• Berita Hari Ini
  • Warta
  • Historia
  • Rupa
  • Arena
  • Pariwara
  • Citra
Kaltim Kece
  • HISTORIA
  • PERISTIWA
  • Ketika Katedral Dikepung karena Kabar Anak Hilang dan Rumor Tumbal yang Ternyata Tak Benar

HISTORIA

Ketika Katedral Dikepung karena Kabar Anak Hilang dan Rumor Tumbal yang Ternyata Tak Benar

Samarinda pernah dihebohkan oleh kabar anak hilang. Rumor kian melebar karena anak itu disebut-sebut dijadikan tumbal pembangunan katedral. 
Oleh Fel GM
ยท
5 menit baca.
Gereja Santa Maria di Samarinda pada 1960 (foto: KTLV Leiden Digital Collection)
Gereja Santa Maria di Samarinda pada 1960 (foto: KTLV Leiden Digital Collection)

kaltimkece.id Monsinyur Jacobus Romeijn MSF bak tersambar petir di siang bolong ketika seorang pemuda tergopoh-gopoh datang kepadanya. Pastor berusia 50 tahun, berkacamata lebar, dan rajin bercukur itu menerima kabar suram. Lokasi pembangunan gereja Katolik yang tak jauh dari tempat tinggalnya akan dikepung warga. Isu yang menyeruak, penancapan tiang-tiang pancang mengorbankan kepala anak manusia.

Pada 1956 atau 63 tahun silam, Pastor Romeijn bersama arsitek bernama Bruder Longginus MSF memulai pembangunan Gereja Katolik Santa Maria (kini Gereja Katedral Santa Maria Penolong Abadi). Lokasi pembangunan gereja itu persis di katedral sekarang ini, Jalan Jenderal Sudirman, Samarinda. Ketika pembangunan dimulai, tiang-tiang pancang harus ditanam secara manual. Belum ada mesin hidraulik untuk konstruksi di Samarinda saat itu. Proyek pembangunan gereja pun memerlukan banyak tenaga.

Di tengah pekerjaan tiang pancang, kabar tumbal kepala anak manusia tersebar. Yurnalis Ngayoh, siswa SMA dari Kutai Barat yang tinggal di pastoran tersebut, menjelaskan bahwa isu tumbal bermula dari hilangnya seorang anak berusia tiga tahun. Anak itu tinggal di Jalan Manggis di Pasar Pagi.

“Katanya, kepala anak itu untuk tumbal pembangunan gereja,” tutur Yurnalis Ngayoh seperti dimuat dalam artikel Seabad Mengalir di Sungai Mahakam, Tumbal di Katedral, yang dimuat Surat Kabar Harian Kaltim Post edisi September 2011. Adapun Ngayoh yang saat itu berusia 15 tahun, tidak lain sosok yang kelak menjadi gubernur Kaltim pada 2008.

Tidak perlu media sosial saat itu untuk membuat isu tumbal kepala manusia menyebar secepat gelegar halilintar. Kabar tumbal untuk tiang pancang pembangunan gereja membakar emosi sebagian penduduk. Massa dari Pasar Pagi, Milono, dan sekitarnya berbondong-bondong mengepung lokasi pembangunan gereja. Para tukang diancam. Gereja dipaksa untuk dibongkar.

Kepala Kampung Pasar Pagi, Bustani HM, berusaha menenangkan massa. Dia berteriak di tengah emosi yang memanas di bawah terik matahari.

“Jangan main hakim sendiri. Tolong, jangan main hakim sendiri,” seru Bustani seperti diceritakan ulang oleh ABC Djoka dalam buku 75 tahun Paroki Santa Maria. ABC Djoka adalah seorang tokoh Katolik yang tinggal di Samarinda sejak 1950-an.

Teriakan sang kepala kampung rupanya manjur. Emosi massa tersiram air yang sejuk. Namun demikian, itu hanya sesaat. Orang-orang yang berkumpul di sekitar proyek gereja justru bertambah banyak. Tekanan kepada pengurus gereja dan para tukang kian kencang. Di tengah situasi yang kembali memanas, seorang kapten yang bertugas di Komando Distrik Militer Samarinda bernama Suwisno berdiri di hadapan massa.

“Saya beri kalian waktu tiga hari. Silakan cari anak itu dulu,” teriak Suwisno, lalu melanjutkan, “Kalau anak itu ada di gedung ini, silakan bunuh mereka.”

Pastor Romeijn bersama beberapa rohaniawan sudah lebih dulu mengungsi ke kantor Gubernur Aji Pangeran Tumenggung  Pranoto. Kantor gubernur memang hanya sekitar 200 meter dari lokasi proyek pembangunan. Sementara di lokasi gereja, 20 pemuda Katolik dari Flores dan Timor bersiaga mempertahankan gereja dari amukan massa.

Dua hari sudah berlalu. Dua hari pula pencarian anak yang hilang tak membuahkan hasil. Semua tempat sudah dicari mulai lokasi pembangunan gereja hingga ke Selili. Warga juga mencari di aliran Sungai Karang Mumus. Waktu yang diberikan Kapten Suwisno pun semakin menipis dan menipis.

Penemuan Jenazah

Seorang pria menuju tepi Sungai Mahakam, tak jauh dari Pasar Pagi, dengan tergesa-gesa. Menahan “panggilan alam”, ia menuju sebuah jamban. Seberkas cahaya dari lentera kecilnya menjadi sumber pelita pada malam itu.

Belum lama menyingkirkan hajat, matanya menangkap benda yang tersangkut di bawah peturasan, tempat dia buang air. Makin dilihat, semakin dia gelisah untuk tidak mendekatinya. Setelah seluruh keberanian terkumpul, didorongnya benda tersebut. Sosoknya seperti manusia. Pria itu terkejut sejadi-jadinya ketika sadar bahwa itu adalah sosok anak tak bernyawa. Itulah jenazah anak tiga tahun yang selama ini dicari-cari.

Warga segera berkumpul setelah mendengar kabar penemuan itu. Seisi Pasar Pagi gempar. Jasad anak itu ditaruh di tepi sungai. Sebagian orang menuding, pastor sengaja membuang jenazah anak ke sungai karena ketakutan. Gunjingan tumbal tiang pancang belum berakhir.

Rumor tumbal kepala baru padam selepas keluarga si anak datang. Selain ayah dan ibu, turut pula kakak laki-laki dari anak malang itu. Melihat adiknya membujur kaku, dalam tangisan yang teramat dalam, si kakak memeluknya erat.

“Hari itu, saya dan teman-teman berenang di Sungai Mahakam,” kata si kakak, masih sesuai penuturan ABC Djoka dalam buku 75 tahun Paroki Santa Maria. Adiknya yang sudah tanpa nyawa masih di dalam dekapan. Dia lalu melanjutkan cerita. Beberapa hari sebelumnya, di Sungai Mahakam yang masih jernih, ia, adiknya, dan beberapa teman sebaya berkejar-kejaran dan berlomba ke tengah sungai. Sang adik memegang erat punggung kakaknya.

Saking senangnya, tak dihiraukan ombak besar yang datang dari lintasan kapal. Ketika ombak menghantam, anak tiga tahun itu tak mampu mempertahankan pegangan.

“Dia belum bisa berenang. Saya sudah cari tapi tidak ketemu,” isak kakaknya lagi. Mendengar pengakuan itu, semua terdiam. Sejurus kemudian, penduduk membantu memakamkan jasad itu.

Pembangunan Gereja Selesai

Di belakang pelang Gereja Santa Maria, bangunan telah rampung. Gereja itu memiliki enam salib di menaranya yang tinggi. Peristiwa tak mengenakkan tentang tumbal sudah lewat setahun belakang. Selepas kejadian itu, hubungan gereja dengan masyarakat semakin harmonis. Kehidupan yang rukun terjalin tanpa sedikit pun kecurigaan.  

Gereja Santa Maria kemudian menjadi pusat misi Katolik di Kaltim --pusat misi sebelumnya bediri di Tering, kini wilayah Kutai Barat. Gereja Katolik lalu membangun sejumlah fasilitas. SD dan SMP Katolik dibangun di Kampung Jawa. Sementara SMA Katolik dibangun 200 meter di belakang Katedral dan selesai pada 1963. Sebuah poliklinik juga dibangun yang kelak menjadi Rumah Sakit Dirgahayu.

Baca juga:
Dibangunnya Jembatan Mahakam, Teknologi Belanda yang Jadi Kebanggaan Soeharto
 

Pada 1961, posisi gereja Katolik Samarinda telah ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik, satu tingkat di bawah keuskupan. Sudah 4.995 orang di Samarinda yang memeluk Katolik saat itu, sebagaimana dicatat dalam dokumen Keuskupan Agung Samarinda. Adapun para biarawan, terdiri dari 23 pastor dan empat bruder. Beberapa tahun kemudian, Gereja Katolik di Samarinda ditetapkan menjadi keuskupan. Uskup Samarinda yang wilayahnya untuk seluruh Kaltim itu adalah Monsinyur Jacobus Romeijn MSF, sosok yang mendirikan Gereja Santa Maria tadi. (*)

Redaksi telah mengubah judul artikel ini agar tidak terjadi kesalahpahaman persepsi. 

Editor : Fel GM
historia kaltim kaltimkece
Iklan Above-Footer

Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi kaltimkece.id

Gabung Channel WhatsApp
  • Alamat
    :
    Jalan KH Wahid Hasyim II Nomor 16, Kelurahan Sempaja Selatan, Samarinda Utara.
  • Email
    :
    [email protected]
  • Phone
    :
    08115550888

Warta

  • Ragam
  • Pendidikan
  • Lingkungan
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Humaniora
  • Nusantara
  • Samarinda
  • Kutai Kartanegara
  • Balikpapan
  • Bontang
  • Paser
  • Penajam Paser Utara
  • Mahakam Ulu
  • Kutai Timur

Pariwara

  • Pariwara
  • Pariwara Pemkab Kukar
  • Pariwara Pemkot Bontang
  • Pariwara DPRD Bontang
  • Pariwara DPRD Kukar
  • Pariwara Kutai Timur
  • Pariwara Mahakam Ulu
  • Pariwara Pemkab Berau

Rupa

  • Gaya Hidup
  • Kesehatan
  • Musik
  • Risalah
  • Sosok

Historia

  • Peristiwa
  • Wawancara
  • Tokoh
  • Mereka

Informasi

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
© 2018 - 2025 Copyright by Kaltim Kece. All rights reserved.