Humaniora
Faron, Buktikan Laut jadi Sumber Berkah

Faron Al Baihaqi meniti sukses dengan konsentrasi bisnis di bidang perikanan. FOTO: ISTIMEWA
Laut Kalimantan Timur memiliki beragam potensi. Belum banyak yang memaksimalkannya. Faron satu di antara yang berhasil. Bagaimana liku-liku hingga bisa menembus pasar ekspor?
Ditulis Oleh: Septianus Hendra
Selasa, 07 Maret 2023
kaltimkece.id Potensi perikanan dan hasil laut Kalimantan Timur ternyata tidak terbatas. Pasar internasional juga terbuka lebar. Faron, pemuda asal Muara Badak telah membuktikannya. Bermodal semangat dan pengetahuan, bisnis perikanan yang digelutinya kini berhasil menembus pasar ekspor. Saban bulan, miliaran rupiah mampu dikantongi.
Kesuksesan yang diraih Faron Ali Baihaqi, tidak datang dengan tiba-tiba. Kepada kaltimkece.id, Sabtu 4 Maret lalu Faaron menuturkan liku perjalanannya. Bermula pada 2010, yang disebutnya sebagai tahun terberat dalam hidupnya.
Usianya kala itu baru menginjak 13 tahun. Cobaan berat diterima ketika kedua orang tuanya memutuskan berpisah. Tak ada yang bisa diperbuat Faron, selain menerima keadaan. Kondisi tersebut turut membuat Faron memutuskan tinggal di kediaman sang nenek, Nurbiah (70), di Desa Gas Alam Badak Satu, Muara Badak, Kutai Kartanegara.
Pasca perpisahan kedua orang tuanya keadaan ekonomi keluarga pun ikut terpuruk. Memaksa laki-laki tanggung yang duduk di bangku kelas enam SD ini. Memutuskan Ikut melaut bersama pamannya, di pesisir Muara Badak.
"Saya waktu itu menjadi nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," Kata pria yang kini berusia 25 tahun tersebut, Sabtu, 4 Maret 2023.
Profesi nelayan ditekuninya selama enam tahun. Faron melakukannya, beriringan dengan kewajibannya bersekolah. Hingga 2016, tepat di penghujung bangku kelas XII SMK. Terlintas di benaknya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun melihat kondisi keuangan menurutnya angan tersebut mustahil.
Tapi keinginannya berkuliah tak lantas dipupus keadaan. Beragam informasi ia cari, hingga Faron menerima kabar menjelang penerimaan mahasiswa baru 2016. Ada program beasiswa bagi calon mahasiswa kurang mampu dan berprestasi. Program tersebut bernama Bidikmisi. Ia mencoba peruntungan mendaftar seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN), sembari mendaftar beasiswa Bidikmisi.
Takdir baik untuk Faron. Setelah melengkapi persyaratan, dan mengikuti tes, dinyatakan lulus SNMPTN sekaligus Bidikmisi. Hal itu memastikan pemuda ini akan segara berkuliah pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Mulawarman, Samarinda. “Waktu itu saya pesimis bisa kuliah karena tidak punya biaya,” ungkap pemuda kelahiran 24 September 1997, tersebut.
Memulai perkuliahan ternyata juga tidak mudah. Saat itu Faron hanya memiliki uang Rp 3,6 juta dari beasiswa yang diterima. Setengah uangnya digunakan untuk membayar SPP sebagai syarat sebagai mahasiswa baru. Uang di tangan tersisa Rp 1,3 juta. Bila uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari akan sulit terpenuhi, gumamnya.
Namun, menurutnya uang beasiswa yang tersisa akan lebih berguna jika digunakan untuk modal usaha. Lantas Faron memberanikan diri untuk menggunakan uang tesebut membeli ikan dari pengepul ikan di Muara Badak. Menjual ikan, sembari berkuliah.
Saban hari, pukul 05.00 Wita pagi, laki-laki ini akan pergi ke pelelangan ikan di Muara Badak. Untuk membeli 30 kilogram ikan jenis kakap. Ikan per kilo dibeli seharga Rp 40.000 lantas dijual kembali dengan harga Rp 70.000. Dengan begitu ia akan untung Rp 30.000 dari hasil menjual ikan tiap kilonya. Menurutnya saat itu harga jual ikan sejenis di pasar Samarinda sekitar Rp 75.000.
Lokasi pemasarannya, menyasar perumahan di Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda. Menurutnya, perumahan tersebut adalah lokasi potensial untuk berjualan ikan keliling. Sebab pelanggan tidak perlu pergi ke pasar. Lagipula ikan yang dijual punya selisih harga dari pasar di Samarinda.
Hasil berdagang ikan per hari, Faron akan mengantongi keuntungan Rp 900.000. Setelah dipotong bensin, makan, dan kebutuhan lainnya, kira-kira memperoleh untung sekitar Rp 800.000.
Untuk pembatas waktu, sejak pukul 7.00 Wita hingga pukul 9.00 Wita pagi, Faron akan berdagang ikan keliling. Sedangkan pukul 10.00 Wita, ia akan pergi ke kampus untuk mengikuti perkuliahan hingga pukul 16.00 Wita. Setelahnya Faron akan kembali pulang ke Muara Badak. "Perjalanan dari Muara Badak dan Samarinda, saya tempuh setiap hari," ucapnya.
Memasuki semester dua pada 2017, Faron mencoba memperluas pasar ke restoran dan hotel di Kota Samarinda. Jejaring usaha pun meluas. Hingga satu waktu, Faron bertemu seorang warga negara asing bernama Mister Chan. Lelaki tersebut kala itu jadi salah seorang tamu pada hotel tempatnya menyuplai ikan.
Pria asal Tiongkok itu tak sengaja melihat ikan jenis kerapu yang Faron suplai kepada pihak hotel. Selanjutnya pria tersebut tertarik dengan kualitas ikan yang Faron miliki. Beberapa waktu keduanya menjalin komunikasi melalui perantara penerjemah bahasa. "Kita komunikasi terkait usaha seputar perikanan," jelasnya.
Hingga pada 2018, Mister Chan, meminta Faron mengirimkan 100 kilogram ikan kakap, ke Tiongkok. Ikan sebanyak itu dikirim untuk memenuhi permintaan pasar lokal. Segala keperluan dan persyaratan pengiriman dilakukan Faron dengan belajar secara autodidak. Sekaligus menerapkan ilmu kampusnya yang linear dengan usahanya. Tujuannya, untuk menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen.
Pengiriman ikan terus berlanjut hingga pria bernama Mister Chan tersebut, sebut Faron, memintanya mengekspor dalam jumlah besar. Permintaan tersebut membuatnya bingung mencari modal. Pasalnya Faron diminta mengirim satu ton ikan. Nasib baik menghampiri. Mister Chan bersedia menyertakan modal usaha sebesar Rp 300 juta, untuk memperlancar usaha Faron. "Karena saya belum punya modal pribadi waktu itu, kita bagi hasil," sebutnya.
Selama tiga tahun menjadi eksportir hasil laut, usahanya semakin besar. Pada 2021, Faron memutuskan untuk membangun perusahaan pribadi di sektor perikanan. Perusahaan itu bernama PT Baruna Maritim Jaya. Pabriknya sekarang berdiri di Kota Balikpapan.
Dari pabrik tersebut sekarang ia mampu megekspor 20 komoditas hasil laut, yang ditujukan ke 14 Negara. Komoditas itu didapatkan dari ribuan nelayan, dari tiga provinsi berbeda. Tersebar di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Utara.
Omzet perusahaannya sekarang tak tanggung-tanggung. Faron sekarang mampu memperoleh laba bersih Rp 5 miliar hingga 10 miliar per bulan. Dari hasil keuntungan mengirim puluhan ton ikan berbagai jenis ke penjuru dunia. Faron kini mempekerjakan tak kurang dari 60 orang karyawan. "Karyawan kita sekarang tersebar di Balikpapan dan Muara Badak," jelasnya.
"Kita juga mau membantu nelayan di daerah agar sejahtera," imbuhnya.
Selain itu, Faron juga gencar melakukan sosialisasi kepada nelayan lokal dalam metode penangkapan ikan laut secara profesional. Termasuk melakukan pengelolaan ikan pasca tangkap. Menurutnya, semua hal harus dilakukan agar harga ikan laut lokal memiliki harga standard tinggi di pasar domestik dan internasional. "Kami berharap kualitas perikanan daerah meningkat," harapnya.
Menurut Faron, saat ini juga membantu peningkatan SDM di sektor pendidikan formal agar linear dalam usaha. Satu di antaranya dengan menjalin kemitraan dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unmul. Agar memfasilitasi praktik kerja lapangan puluhan mahasiswa di pabriknya. Juga, melakukan seminar kewirausahaan di berbagai tempat.
Karena bantuan dan prestasinya di sektor perikanan daerah. Saat lulus kuliah pada Juli 2022 lalu, Farom mendapatkan predikat mahasiswa berdedikasi, sekaligus mitra terbaik dari Universitas Mulawarman. "Kita mengharap semua SDM di sektor perikanan Kaltim meningkat," akhirinya.
Dukungan Akademisi dan Pemerintah
Keberhasilan Faron ternyata menjadi satu dari sekian mimpi Universitas Mulawarman. Sejak beberapa tahun lalu pemerintah dan universitas negeri pertama di Kalimantan Timur ini membuat inovasi dalam pembelajaran perguruan tinggi. "Mahasiswa tidak hanya belajar sebatas di dalam kampus, namun di luar kampus," ungkap Akademikus, FPIK, Unmul, Prof Esti Handayani Hardi.
Menurut guru besar yang meraih gelar saat berusia 38 tahun itu, upaya yang dilakukan berbagai pihak tersebut untuk memadukan implementasi teori pendidikan dan pengalaman. Sebab, teori dan praktik akan saling berhubungan dalam sebuah profesi.
Walau demikian, masih banyak mahasiswa yang belum mampu memadukan teori dan pengalaman agar linear. Prof Esti lalu mencontohkan, pemuda seperti Faron adalah salah satu bukti nyata keberhasilan memadukan teori dan pengalaman di sektor perikanan.
Selain itu, menurut Prof Esti, peluang industri perikanan di Kaltim, ibarat raksasa yang tertidur. Per tahun dari 10 kabupaten dan kota di Kaltim mampu menghasilkan ratusan ribu ton hasil perikanan. Namun saat ini belum terkelola dengan baik. Perlu peningkatan kemampuan masyarakat untuk menggeluti sektor perikanan secara profesional. "Akan ada Faron-Faron baru selanjutnya," ucap perempuan berjilbab tersebut.
Sementara itu, menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kukar, Muslik, pengusaha muda seperti Faron adalah pemberi inspirasi. Sebab, hanya sebagian kecil pemuda daerah yang berani dan mampu menciptakan peluang usaha. Menurutnya peluang usaha di sektor perikanan di Kutai Kartanegara, cukup besar. Baik terkait pasar, ataupun sarana pengembangannya, sangat potensial. Namun, masih banyak masyarakat enggan menggeluti usaha perikanan. "Faktor utama usaha perikanan kurang dilirik karena keterbatasan pengalaman," katanya.
Kepala DKP Kukar tersebut menuturkan, sektor perikanan Kukar memiliki potensi besar ke depannya. Bukan hanya pasar internasional, pasar lokal pun akan meningkat. Itu seiring hadirnya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Benua Etam. Akan ada penambahan jumlah penduduk yang siginifikan. Permintaan bahan pokok dan pangan juga turut meningkat. "Hal itu harus dijadikan peluang oleh pengusaha perikanan daerah," tutupnya. (*)
Dilengkapi : Aldi Budiaris
Artikel Terkait
Pariwara Pemkab Berau
Bupati Berau Dukung Penungkatan Status Kejari Berau jadi Tipe A
Pariwara Pemkab Kukar
Kukar Jadi Tuan Rumah HKG PKK Kaltim
Pariwara Pemkab Berau
Bupati Berharap 149 CJH Berau jadi Haji Mabrur
Pariwara Pemkab Berau
Bupati Harapkan Usulan Alih Status KBK menjadi KBNK Selesai September
Pariwara Pemkab Kukar