Humaniora

Lara Hidup Sopian yang Menjual Roti Bakar di Samarinda sembari Menggendong Putri Dua Tahun

person access_time 1 year ago
Lara Hidup Sopian yang Menjual Roti Bakar di Samarinda sembari Menggendong Putri Dua Tahun

Sopian Solihin bersama putrinya di rumahnya yang sangat-sangat sederhana (foto: giarti ibnu lestari/kaltimkece.id)

Seorang suami yang ditinggal istrinya. Berkeliling menjajakan roti bakar dan menggendong putrinya.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Rabu, 13 April 2022

kaltimkece.id Rumah mungil bercat putih itu berdiri di tengah semak belukar. Ukurannya 4 meter x 4 meter sehingga tak berlebihan jika disebut rumah sangat-sangat sederhana sekali. Pintu dan jendelanya hanya satu. Atapnya seng sementara dindingnya dari tripleks. Satu-satunya “barang mewah” adalah antena televisi di belakang rumah dengan tiang dari bambu.

Kediaman itu milik Sopian Solihin, 42 tahun. Ia tinggal di Jalan Pinang Seribu, Gang Nur Hasisah, RT 13, Kelurahan Sempaja Utara, Samarinda Utara. Dari mulut gang selebar 1,5 meter, rumah Sopian baru bisa ditemukan setelah melewati 150 meter jalan setapak yang becek dan penuh rerumputan. 

Rabu siang, 13 April 2022, Sopian sedang menyusun bahan-bahan roti bakar ketika kaltimkece.id tiba di rumahnya. Sehelai kain merah muda menyelimpang di punggung. Selendang itu sedianya dipakai Sopian untuk menggendong putrinya yang bernama Aprilia Ananta, 2 tahun, saat berjualan nanti. 

“Beginilah rumah saya. Rumah ini peninggalan orangtua,” tutur Sopian seraya berkata, “Orangtua saya sudah lama meninggal.” 

_____________________________________________________PARIWARA

Ada empat orang yang tinggal di rumah tersebut. Selain Sopian dan Aprilia, mereka adalah kakak sulung Sopian bernama Ahmad Rusmadi, 60 tahun, dan kakak ketiga bernama Suherman, 55 tahun. Dua-duanya belum berkeluarga. 

“Kami semua 12 bersaudara,” terang Sopian kemudian mengajak kaltimkece.id masuk ke rumah. Bangunan itu hanya terdiri dari satu ruangan. Kamar tidur dan dapur jadi satu. Lantainya beralaskan spanduk bekas. Tumpukan pakaian di dalam keranjang memenuhi bagian dinding. Sebuah sepeda roda tiga tergolek di bawah jendela. Di tengah ruangan, Aprilia tidur di atas ranjang busa yang sudut-sudutnya telah berlumut. Kain-kain bekas adalah kelambunya. 

Sopian kemudian menceritakan latar belakang sampai ia menjadi buah bibir di media sosial. Sudah sepuluh hari belakangan, ia berkeliling menjual roti bakar sembari menggendong putrinya di punggung. Aprilia, yang bulan ini berulang tahun, dibawa ke mana-mana karena ibunya pergi tanpa kabar. 

Putrinya tidak bisa dititipkan kepada kedua kakaknya. Kakak pertama Sopian baru saja sembuh setelah lumpuh selama tujuh tahun. Kakak keduanya bekerja sebagai wakar sehingga perlu istirahat pada siang hari. "Saya sebenarnya malu harus membawa anak berjualan keliling. Tapi itu harus dilakukan karena saya harus cari nafkah," ucapnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.

Sopian biasa menjajakan roti bakar setiap hari mulai pukul 16.00 Wita. Ia berjalan kaki sampai Perumahan Bengkuring sembari menggendong putrinya. Sebanyak 30 potong roti dengan rupa-rupa selai yang dibawa. Satu roti bakar dijual Rp 5 ribu. Jika habis semua, Sopian mengaku, bisa mendapat Rp 150 ribu. 

“Kalau tidak habis, saya harus berjualan sampai jam 12 malam,” terangnya. Sopian bersyukur, Aprilia tidak pernah rewel. Putrinya disebut seperti sudah memahami keadaan. Tidak pula menanyakan ibunya di mana. 

“Mereka itu tidak dekat karena ibunya suka memukul," tutur Sopian seraya memerhatikan putrinya yang masih mesra dalam pelukan mimpi. 

Ditinggal Pergi Istri

Sopian dua kali menikah. Perkawinan pertamanya kandas tanpa buah hati. Empat tahun lalu, pada 2018, ia menikah siri dengan seorang perempuan berusia 25 tahun dan dikaruniai dua anak. Selain Aprilia, ada Muhammad Yogi Pratama,  1 tahun, yang diasuh mertuanya di Kalimantan Selatan. 

Pada Februari 2022, istri Sopian pergi dari rumah untuk pertama kalinya. Waktu itu, kedua anak mereka dibawa ke Kalsel. Sebulan kemudian, istrinya kembali tetapi hanya membawa Aprilia. Menurut Sopian, ayah mertuanya melarang si bungsu dibawa ke Samarinda karena takut diculik. Sopian tahu itu alasan belaka. 

Pada 3 April 2022 atau beberapa hari memasuki Ramadan, istrinya pergi lagi. Tanpa pemberitahuan dan kabar juga. Sopian mengatakan, istrinya membawa uang terakhir miliknya sebesar Rp 500 ribu. 

“Padahal, kalau dia minta baik-baik, pasti saya beri uang itu," urai Sopian tertunduk. 

Uang tersebut sebenarnya simpanan Sopian saat bekerja sebagai pengantar air minum kemasan galon di Samarinda Ulu. Sebelum kepergian istrinya, Sopian memiliki sepeda motor Suzuki Shogun 125 R hasil dari pekerjaan mengangkut barang di kawasan pergudangan. Sepeda motor bekas itu ia cicil selama enam bulan dengan angsuran Rp 500 ribu. Ia pun diterima bekerja sebagai tukang antar air minum karena memiliki kendaraan. Sopian mengaku, keadaan ekonominya lebih baik waktu itu walaupun tidak bisa dibilang berkecukupan. 

Semua berubah setelah tiga tahun menikah. Sopian mengaku, istrinya tetap menjalankan kebiasaan yang tidak baik seperti ketika belum menikah. Kelakuan itu disebut demi rupiah. 

“Padahal, saya berusaha mencari nafkah yang halal tapi dia tidak mau berubah. Saya malu kalau membicarakan dia,” tutur Sopian tanpa menjelaskan perilaku yang dimaksud. 

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Kepergian istri akhirnya membuat Sopian berhenti bekerja. Tidak mungkin ia mengendarai sepeda motor dengan muatan air minum sembari membawa Aprilia. Sopian akhirnya menjual sepeda motor seharga Rp 2 juta. Uang tersebut dijadikan modal untuk menjual roti bakar. 

Sopian kebetulan telah memiliki gerobak. Dahulu, gerobak itu ia siapkan buat istrinya berjualan jagung rebus dan bakar. Ia berharap, istrinya mempunyai kegiatan lain sehingga meninggalkan perilaku lama dan tak bosan di rumah. Sayangnya, hanya beberapa bulan saja gerobak itu dipakai. 

“Saya sekarang hanya ingin fokus dengan usaha roti bakar. Saya juga tak berharap istri pulang,” tuturnya. Hari sudah sore ketika Sopian berkata demikian. Aprilia terbangun. Putrinya seperti mengetahui bahwa sudah waktunya ia ikut ayahnya berjualan. 

“Ayo, Nak. Kita jalan-jalan lagi,” ajak Sopian kepada putrinya. Walaupun dikatakan dengan lembut, siapapun tahu ucapan Sopian itu penuh dengan kegetiran. (*)

Editor: Fel GM

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait

Pariwara Pemkab Kukar

Kukar Jadi Tuan Rumah HKG PKK Kaltim

access_time2 hours ago

Pariwara Pemkab Kukar

Kuota Hewan Kurban di Kukar Terpenuhi

access_time3 hours ago

Pariwara Pemkab Kukar

Tingginya Investasi Swasta di Kukar

access_time3 hours ago

Pariwara Pemkab Kukar

Harapan Besar dari Program Kredit Kukar Idaman

access_time3 hours ago

Pariwara Pemkab Kukar

Disdikbud Kukar Gelar Perlombaan Karya Tulis

access_time4 hours ago

Pariwara Pemkab Kukar

Distanak Kukar Awasi Kesehatan Hewan Kurban

access_time4 hours ago

Tinggalkan Komentar