kaltimkece.id Lalu-lalang kendaraan di depan sebuah klinik di Sempaja Utara, Samarinda, sedikit merayap ketika Santoso, 55 tahun, turun dari pintu depan ambulans merek Suzuki APV. Lelaki itu masuk ke fasilitas kesehatan tersebut dan keluar beberapa menit kemudian. Ia membawa sepasang kaki palsu yang segera diletakkan di kabin belakang ambulans.
“Kaki palsu ini akan disumbangkan ke seorang anak difabel,” tutur Santoso kepada reporter kaltimkece.id pada pembuka Maret 2023. “Saya membeli kaki palsu ini dari hasil mengamen di beberapa tempat,” sambung lelaki yang biasa disapa Paman Doblang itu seraya merapikan rambut yang tergerai sebahu dengan jari-jari tangannya.
Santoso alias Paman Doblang adalah pendiri Komunitas Berbuat Saja atau Kombes. Anggota komunitas ini sering mengadakan pertunjukan musik di tepi jalan. Pendapatan dari mengamen itu disumbangkan bagi orang-orang yang tidak beruntung.
Sebermula tujuh tahun silam, pada 2016, seorang murid kelas empat SD yang merupakan anak dari kenalan Paman Doblang mengalami kecelakaan. Ia ingin sekali membantu. Dari kelihaian bermain musik, Paman Doblang memutuskan mengumpulkan donasi lewat mengamen.
Masyarakat rupanya memberi sambutan positif. Hanya dua jam bermusik, Paman Doblang mengumpulkan donasi sekitar Rp 500 ribu. Uang tersebut dibelikan kasur supaya anak yang luka di punggungnya bisa lebih nyaman beristirahat.
“Sejak saat itu, kami terus mengumpulkan donasi. Kami berbuat saja pokoknya. Baik buruknya, biar jadi penilaian orang,” tutur Paman Doblang.
Setiap Ahad pagi, Paman Doblang bersama anggota komunitas membuka “panggung” di Gelora Kadrie Oening. Pertunjukan musik mereka biasanya ditonton orang-orang yang sedang berolahraga. Bermusik sambil mengumpulkan donasi ini juga berlangsung di sejumlah tempat di Samarinda. Mulai pelataran swalayan hingga kafe. Paman Doblang bilang, mereka mampu menghasilkan belasan juta per bulan untuk donasi.
Aliran musik yang dibawakan komunitas ini kebanyakan lagu-lagu pergerakan zaman Orde Baru. Mereka membawakan tembang-tembang Iwan Fals dan musikalisasi puisi Willibrordus Surendra Broto Rendra atau WS Rendra.
Banyak sekali anak-anak yang kurang beruntung yang telah menerima donasi dari Kombes. Mulai anak yatim piatu, penyandang disabilitas, hingga anak dari keluarga kurang mampu. Sebagian dari mereka menjadi anak asuh Kombes yang disantuni setiap bulan. Jumlahnya 15 orang yang menerima santunan Rp 500 ribu. Kombes juga kerap mengadakan event donasi yang bersifat insidensial seperti banjir, kebakaran, termasuk untuk pengadaan kaki palsu.
Paman Doblang mengakui, pengumpulan donasi membawa risiko penyalahgunaan. Oleh karena itu, ayah dua anak ini mengurus surat izin Pengumpulan Uang dan Barang (PUB).PUB diatur dalam Peraturan Menteri Sosial 8/2021. Jika diketahui ada penyelewengan, izin tersebut dapat dicabut.
“Kombes menyusun laporan pertanggungjawaban yang disampaikan ke dinas sosial,” jelasnya.
Ambulans Murah dan Rumah Singgah
Lelaki berhati emas ini lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 21 September 1967. Ia merantau ke Samarinda pada 1984 dan sempat mengenyam pendidikan di sekolah pendidikan guru, Jalan Banggeris. Paman Doblang yang kini sudah pensiun dulunya adalah sopir di Dinas Pekerjaan Umum Kaltim. Ia pernah membangun usaha batako dan berjualan es namun gagal. Pernah juga ia bekerja sebagai sopir di perusahaan tambang sebelum menjadi sopir ambulans rumah zakat.
Paman Doblang mengatakan, namanya berasal dari judul puisi WS Rendra. Suatu waktu, ia diundang sebuah organisasi mahasiswa di Universitas Mulawarman. Ia diminta membawakan musikalisasi puisi-puisi WS Rendra. Kebingungan ketika ditanya nama band-nya, ia sebut saja secara asal, “Paman Doblang!”
Paman Doblang mendapatkan mobil ambulans dari hibah Pemprov Kaltim. Kendaraan tersebut dipakai untuk membantu mereka yang tak mampu. Paman Doblang sudah menyetir hingga Berau dan Banjarmasin. Tidak ada patokan biaya untuk tarifnya. Semampunya saja.
Paman Doblang mengatakan, biaya untuk menyewa ambulans di daerah yang jauh dari Samarinda sangat tinggi. Di kecamatan Biduk-Biduk contohnya, untuk pergi ke RSUD Abdul Rivai di Tanjung Redeb, bisa mencapai Rp 1,4 juta hingga Rp 3 juta sekitar tiga tahun lalu. Sekarang, Paman Doblang mengatakan biayanya mencapai Rp 9 juta. Jasa ambulans murah pun disebut sangat dinanti masyarakat.
Ada cita-cita Paman Doblang yang belum kesampaian. Ia ingin mendirikan rumah singgah. Wadah tersebut untuk menampung anak-anak kurang mampu yang selama ini diasuh Kombes. Ia mengatakan, telah menyisihkan donasi setiap bulan sebesar Rp 7,5 juta. Uang yang terkumpul sekitar Rp 30 juta. Masih perlu waktu agak lama untuk Paman Doblang mewujudkan mimpinya. (*)