kaltimkece.id Rapat senat terbuka dalam rangka Dies Natalis Universitas Mulawarman ke-60 digelar di GOR 27 September, Samarinda, Selasa, 27 September 2022. Rapat ini dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Profesor Siti Nurbaya Bakar; dan Gubernur Kaltim, Isran Noor.
Saat memberikan pidato dalam acara tersebut, Rektor Unmul, Profesor Masjaya, menyampaikan beberapa catatan penting tentang kondisi, capaian, dan dinamika yang dialami Unmul dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, dari 2018-2022 merupakan periode yang penuh tantangan dan dinamika. Setidaknya ada dua peristiwa penting yang menyangkut pendidikan pada masa tersebut.
Rektor Unmul, Profesor Masjaya. FOTO: ISTIMEWA
Pertama, peralihan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menjadi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Peralihan ini mengharuskan lembaga pendidikan melakukan penyesuaian kebijakan yang dianggap memerlukan waktu adaptasi yang tidak sebentar. Kebijakan-kebijakan Kemendikbud Ristek yang paling berpengaruh adalah program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, perubahan rencana strategis dan perubahan indikator kinerja utama perguruan tinggi.
Peristiwa yang kedua adalah soal pandemi Covid-19. Kondisi ini telah mengubah cara hidup masyarakat, termasuk kegiatan akademik. Proses belajar-mengajar yang sebelumnya sering dilakukan secara tatap muka namun pandemi sempat membuat kegiatan tersebut dilakukan dari jarak jauh melalui daring.
Kedua peristiwa tidak membuat Unmul tiarap. Kampus malah menjadikan kedua peristiwa itu untuk berbenah. Hasilnya, Unmul dilaporkan mampu berlari lebih cepat dari yang diperkirakan. “Berdasarkan delapan indikator kinerja utama dalam pemeringkatan liga PTN BLU, Kemendikbud Ristek menempatkan Unmul di urutan ke-17. Artinya, naik 13 peringkat yang mana pada 2021 hanya menempati urutan ke-30,” beber Prof Masjaya.
Ada tiga indikator penting yang membuat peringkat Unmul naik. Satu di antarannya tentang hasil kerja dosen yang digunakan masyarakat, khususnya publikasi dosen yang meningkat pesat. Indikator lainnya yakni soal kerja sama pogram studi dan kelas yang kolaboratif dan partisipatif.
Pemeringkatan yang diselenggarakan Kemendikbud Ristek tersebut bukan satu-satunya yang diraih Unmul. Beberapa lembaga internasional juga merilis hasil peringkat perguruan tinggi Indonesia pada September 2022. Salah satunya Webometrics yang menempatkan Unmul di urutan ke-36 sebagai kampus terbaik. Sementara UniTank (4ICU) menempatkan Unmul di posisi ke-49 di Indonesia.
Pemindahan ibu kota negara dianggap peluang besar bagi Unmul untuk berkembang. Keberadaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Bukit Suharto yang dikelola Unmul seluas lebih 20 ribu hektare membuat Unmul tidak dapat dipisahkan dari proyek ini. Pasalnya, kawasan tersebut bakal masuk wilayah pengembangan Ibu Kota Negara Nusantara.
“Oleh karena itu, kami mengharapkan Ibu Menteri LKH memberikan kesempatan kepada Unmul untuk menjadi bagian dari IKN dengan mendukung pembangunan kampus Unmul di IKN,” ujar Prof Masjaya. Dalam rapat senat ini, Menteri Siti Nurbaya memberikan orasi ilmiah mengenai pembangunan hutan tropika basah atau hutan hujan tropis Kalimantan.
“Terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada Ibu Menteri atas kesediaan menyampaikan orasi ilmiah dalam Dies Natalis Unmul ini,” ucap Rektor.
Rapat senat terbuka dalam rangka Dies Natalis Universitas Mulawarman ke-60 diadakan di GOR 27 September, Samarinda. FOTO: ISTIMEWA
Saat memberikan sambutan, Gubernur Isran Noor memberikan ucapan selamat Dies Natalis Unmul ke-60 tahun. Ia berharap, Unmul dapat mencetak lulusan terbaik yang dapat memajukan negara, terutama Kaltim. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Unmul yang telah menunjukkan hasil karya yang luar biasa. Menurutnya, dalam 10 tahun terakhir, Unmul berkembang sangat pesat dan memberikan banyak kontribuksi untuk pembangunan Kaltim.
“Peran Unmul harus lebih ditingkatkan lagi. Apalagi, Kaltim telah ditunjuk menjadi lokasi IKN,” ujar Gubernur.
Dalam rapat tersebut, Unmul juga memberikan apresiasi dan penghargaan kepada 60 orang yang telah berjasa memajukan Unmul dan berkarya untuk masyarakat. Mereka terdiri dari wakil tokoh masyarakat, alumni berdedikasi, dosen, dan tenaga kependidikan yang berprestasi terhadap kemajuan.
Orasi Menteri LHK
Selain Rektor Unmul, Menteri Siti Nurbaya Bakar, dan Gubernur Isran Noor, rapat senat turut dihadiri ketua dan anggota senat hingga civitas akademik. Kepada seluruh peserta rapat, Menteri Siti menyampaikan orasi ilmiah berjudul Membangun Hutan Tropika Basah Kalimantan: Modalitas Menuju Indonesia's Folu Net Sink 2030.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar. FOTO: ISTIMEWA
Dalam orasinya, Menteri Siti mengatakan, lingkungan hidup dan kehutanan tidak hanya berperan menangkal berbagai macam bencana alam namun juga mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional secara berkelanjutan. Pada Juni 2022, dalam peringatan Stockholm +50, dunia disebut memberikan atensi terhadap pembangunan lingkungan hidup dan manusia selama 50 tahun ke depan. Adapun isu yang menjadi masalah utamanya yakni pencemaran lingkungan, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.
Dalam aspek pengendalian perubahan iklim, Indonesia berkomitmen membatasi kenaikan rata-rata suhu global di bawah 2 derajat celcius dari tingkat pre-industrialisasi. Komitmen tersebut dinyatakan dan ditegaskan dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC). Dokumen tersebut memuat target komitmen penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen (counter measure/CM1) sampai 41 persen (CM 2) dibandingkan business as usual (BAU) pada 2030.
Dalam upaya memenuhi komitmen Paris Agreement, Indonesia menyusun strategi implementasi NDC, peta jalan NDC mitigasi, perkembangan NDC, serta strategi jangka panjang pembangunan rendah karbon berketahanan iklim. NDC Indonesia terangkum dalam beberapa sektor utama, yaitu, energi, pertanian, forestry and other land used (FOLU), industrial process and production use (IPPU), dan limbah (waste).
Dalam skenario penurunan emisi gas rumah kaca sebagaimana dinyatakan dalam NDC Indonesia, sektor FOLU atau kehutanan dan penggunaan lahan lainnya diproyeksi memberikan kontribusi hampir 60 persen dari total target penurunan. Maka, upaya pengendalian emisi gas rumah kaca di sektor kehutanan menjadi hal yang sangat penting bagi Indonesia.
Dokumen Long Term Strategy Indonesia 2050 memberikan penjelasan bahwa sektor FOLU akan mampu mencapai kondisi net sink pada 2030. FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan dengan kondisi di mana tingkat serapan sama atau lebih tinggi dari tingkat emisi.
Skenario FOLU Net Sink 2030 dibangun berdasarkan koreksi kebijakan (corrective actions) sektor kehutanan selama lebih dari tujuh tahun terakhir. Didukung berdasarkan hasil penelitiann mendalam atas berbagai persoalan di sektor kehutanan yang telah berlangsung selama belasan hingga puluhan tahun.
Indonesia's FOLU Net Sink 2030 dijabarkan secara rinci dalam rencana operasional. Rencana ini menjadi pijakan untuk mengimplementasikan penurunan emisi gas rumah kaca, termasuk penanganan setiap kegiatan forest and land use seperti kebakaran hutan dan lahan; deforestasi dan degradasi hutan; konservasi habitat; keanekaragaman hayati; pengelolaan gambut; dan mangrove.
Menteri Siti menyebutkan, Indonesia memiliki hutan seluas 125,92 juta hektare (ha). Luasan tersebut terdiri dari hutan konservasi 27,43 juta ha, hutan lindung 29,66 juta ha, hutan produksi terbatas 26,79 juta ha, hutan produksi tetap 29,22 juta ha, dan hutan produksi yang dapat dikonversi 12,82 juta ha.
“Pemanfaatan hutan secara lestari dapat dilakukan melalui pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, serta pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu melalui mekanisme perizinan,” paparnya.
Sejak akhir 2014, pemerintah telah merancang berbagai langkah korektif. Pada awal 2016, rancangan tersebut mulai diimplementasikan. Adapun langkah-langkahnya meliputi pengembangan kebijakan, implementasi kegiatan, pengembangan sistem kerja, dan memonitoring serta mengevaluasi dampaknya.
Setidaknya, ada 19 langkah dan kebijakan korektif yang dilakukan selama lebih dari tujuh tahun terakhir. Satu di antaranya yaitu perubahan arah pengelolaan hutan, dari timber based management menjadi forest landscape management. Lima langkah lainnya yaitu operasional penurunan angka tingkat deforestasi, pengendalian karhutla, penanaman pohon, pengusahaan hutan secara lestari, serta penguatan sistem dan database informasi sumber daya hutan yang bersifat spasial, berkualitas, dan terintegritas sebagai instrumen pengambilan keputusan yang cepat, sistematis, kontinu, dan konsisten.
Menteri Siti mengatakan, Kaltim telah melakukan mitigasi iklim dan karbon dalam program Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF) bank dunia. Saat ini, program tersebut memasuki tahap akhir. Hal yang sama juga dilakukan Jambi dalam proyek BioCF Jambi. Kaltim dan Jambi kemudian menjadi tempat belajar untuk memitigasi iklim, penurunan emisi CO2, dan skema prestasi penurunan emisi dengan mekanisme result based payment (RBP).
Membangun Forest City di IKN
Dalam rapat tersebut, Menteri Siti turut memaparkan soal dampak pembangunan IKN Nusantara terhadap lingkungan hidup. Ia memastikan, mega proyek ini tidak akan merusak hutan alami. “Jika konsep forest city dilakukan secara terukur dan terkendali, justru akan menghadirkan kembali hutan tropika basah di Kaltim tercinta,” ucapnya.
Lebih lanjut, dia memastikan, pembangunan IKN tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap target penurunan emisi gas rumah kaca yaitu sekitar 1,6 juta ton CO2eq. Angka ini merupakan proyeksi lima tahun ke depan. Emisi ini sangat kecil jika dibandingkan dengan FREL Kaltim sebesar 68,4 juta ton CO2eq per tahun (periode referensi 2006-2016). Artinya, emisi yang dihasilkan hanya 2,7 persen dari target FRER Kaltim.
Melalui konsep forest city dan rencana operasional Indonesia's FOLU Net Sink 2030, akan dilaksanakan aksi rehabilitasi non-rotasi yang dapat menghadirkan kembali hutan tropika basah Kalimantan seluas 58.879 ha di ibu kota negara baru. “Kita akan mengembalikan lingkungan alami dan meningkatkan nilai ekologi untuk IKN. Tidak hanya untuk Kaltim tapi juga Indonesia dan dunia keilmuan yaitu kembalinya natural tropical rainforest Kalimantan,” kata Menteri Siti.
Untuk mewujudkan ambisi tersebut, akan dilakukan kombinasi penanaman berbagai jenis tanaman di IKN Nusantara. Salah satunya jenis tanaman endemik Kalimantan. Kemudian jenis-jenis yang mampu tumbuh di area terbuka seperti balangeran (Shorea balangeran) dan kapur (Dryobalanops sp). Ada juga tanaman memiliki fungsi sebagai sumber pakan bagi satwa seperti jengkol, rambai, mangga, dan nyawai. Tanaman ini diperlukan untuk mempercepat pemulihan ekosistem. Jenis lainnya yaitu tanaman cepat tumbuh seperti sengon. Kemudian tanaman antinyamuk untuk mencegah penyakit malaria dan demam berdarah secara alami. Tanaman ini seperti sereh wangi, kemangi, dan lavender.
Selain menyiapkan persemaian, untuk mewujudkan konsep forest city, juga akan dibangun Pusat Plasma Nutfah Nusantara. Pembangunan ini disebut bakal menjadi pusat ilmu pengetahuan keanekaragaman hayati dan pembangunan.
“Kita harus pusatkan genetic resources di Indonesia dalam pembangunan di IKN. Unmul sebagai penggeraknya bersama IPB dan UGM dengan didukung semua fakultas dan jurusan ilmu kehutanan dan lingkungan se-Indonesia,” pungkas Menteri Siti. (*)