kaltimkece.id Upacara adat Erau telah memasuki hari keenam. Itu berarti, tidak lama lagi prosesi belimbur atau siram-siraman dilangsungkan. Masyarakat diingatkan dapat mengikuti belimbur dengan tertib agar tidak mencederai tradisi adat ini.
Kepada kaltimkece.id, Jumat 30 September 2022, Ketua DPRD Kukar, Abdul Rasid, menjelaskan, belimbur adalah kegiatan memercikkan air Sungai Mahakam kepada kerabat. Sultan Kutai Ing Martadipura menjadi pembukanya. Ia memercikkan air kepada seluruh kerabat kesultanan. Masyarakat umum kemudian melanjutkannya. Biasanya, belimbur diadakan pada akhir kegiatan Erau.
Dalam kegiatan pada tahun-tahun sebelumnya, sejumlah oknum melakukan tindakan kekerasan saat mengikuti belimbur. Abdul Rasid tak menampiknya. Menurutnya, aksi-aksi tak bertanggung jawab ini telah mencederai makna belimbur. Ia mengatakan, belimbur memiliki makna menyucikan daerah dari marabahaya.
Oleh karena itu, Abdul Rasid meminta seluruh masyarakat yang mengikuti belimbur mematuhi aturan adat yang diterbitkan kesultanan. Salah satu peraturannya yakni menggunakan air bersih atau tidak menggunakan air kotor. Selain itu, tidak menyentuh fisik lawan jenis yang bukan muhrim dan tidak berkelahi.
“Kita harus menjaga tradisi adat kesultanan ini dan membantu melestarikannya. Jangan sampai, perbuatan segelintir oknum tidak bertanggung jawab membuat citra tradisi ini rusak,” pesannya. (*)