kaltimkece.id Sesuai pendataan kasus anak stunting atau bertubuh pendek Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim, Kutai Kartanegara adalah daerah dengan angka tertinggi. Diskes Kukar mencatat 2.840 anak menderita stunting, baik itu anak umur di bawah lima tahun (Balita) maupun anak berusia bawah dua tahun (Baduta).
Rinciannya, 561 bayi Baduta terdiri dari 167 anak tubuh sangat pendek dan 394 anak tubuh pendek. Sementara kasus stunting Balita ada 2.279 anak, 674 jumlah tubuh sangat pendek dan 1.605 anak jumlah tubuh pendek. Meski demikian, jumlah ini lebih rendah dari tahun sebelumnya. Yakni, 2.872 kasus stunting pada Balita dan 1.027 kasus stunting terjadi pada Baduta. "Untuk angka hingga Oktober 2019, merata di 18 kecamatan di Kukar," terang Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Diskes Kukar dr Aulia Rahman Basri.
Aulia menuturkan, banyak faktor menyebabkan munculnya stunting. Mulai kekurangan gizi kronis karena kurangnya asupan makanan yang bergizi, hingga faktor lingkungan yang tidak sehat. "Bahkan pola asuh tidak sehat menjadi salah satu faktor," ungkapnya. Saat ini Pemkab Kukar telah melaksanakan berbagai program untuk menurunkan angka kasus stunting.
Untuk penanganan stunting berdasar sebab kekurangan gizi kronis, diidentifikasi dari segi determinan. Bicara spesifik, dengan melakukan pengecekan langsung kesehatan bayi. "Serta mengecek asupan vitamin," ujarnya. Juga mengidentifikasi kecukupan makanan, tingkat ekonomi dan pola asupan untuk anak. “Dari dua faktor determinan itu, bisa dilihat penyebabnya," ujarnya. Bisa saja dari kesehatan lingkungan seperti air bersih.
Sementara itu, Bupati Kukar Edi Damansyah menuturkan, penanganan stunting harus dilakukan lintas sektoral. "Tak hanya pekerjaan Diskes saja," tegasnya. Dari 18 kecamatan di Kukar penyebab stunting pada anak berbeda-beda. Dia mencontohkan, kasus stunting karena faktor sanitasi, bukan pekerjaan Diskes saja. "Tapi lintas sektor, yakni Dinas Permukiman," tuturnya.
Bila faktornya adalah pola makan, harus ada sosialisasi dari sekolah dan posyandu. Edi melihat, tingginya angka stunting adalah imbas giatnya Pemkab Kukar mendata anak-anak pengidap stunting. "Kami tidak menunggu ada laporan baru bergerak," ujarnya. Pemkab, lanjut Edi, bisa saja tutup mata dengan tidak mendata. Bila begitu, tak menutup kemungkinan jumlah stunting Kukar terdata sangat rendah. Tapi menurut Edi bukan begitu cara mainnya. "Masalah diselesaikan dari dasar," ujarnya.
Menanggapi jumlah stunting Kukar yang tinggi, komisi IV DPRD Kukar. Ketua Komisi IV DPRD Kukar Baharuddin menuturkan, angka stunting Kukar memang memprihatinkan. "Hal tersebut juga telah menjadi fokus rencana kerja kami," ujarnya saat dihubungi di sela-sela kunjungan komisi IV ke Dinas Kesehatan Malang, Jawa Timur.
Selain mempelajari pola hidup sehat yang diterapkan di Malang, mereka juga mempelajari sistem sanitasi di sana. "Seperti yang diketahui, sanitasi menjadi salah satu faktor penyebab stunting," ujarnya. Setelah pulang dari Malang, komisi IV akan berkoordinasi dengan Pemkab Kukar soal program pengentasan stunting. Dia mengatakan, badan legislatif Kukar akan mem-back up pemerintah daerah. "Kami ingin anak-anak di Kukar tumbuh sehat, agar dapat bersaing pada masa depan," kuncinya. (*)