kaltimkece.id Kelompok Tani Subur Makmur didampingi Polres Mahakam Ulu, sukses memperkenalkan sistem penanaman padi sawah terintegrasi dengan peternakan dan perikanan. Sistem padi sawah relatif baru dikenal petani Mahulu yang terbiasa turun temurun bertani dengan sistem gilir balik. Diharapkan, pola padi sawah menjadi salah satu jawaban persoalan ketahanan pangan di Kabupaten termuda di Kaltim ini.
Rabu, 30 Oktober 2024, dilakukan panen perdana di sawah percontohan seluas 20x20 meter di Kampung, Ujoh Bilang. Di lahan itu, ditanami padi jenis IR 64 diselingi sayur mayur, seperti lombok, sawi dan terong yang biasa dijumpai di pasar. Tanaman pangan siap panen itu, sudah ditanam 3 bulan yang lalu.
Keberhasilan percontohan padi sawah di lahan tersebut tak berhenti di situ saja. Usai panen, Kapolres Mahakam Ulu, AKBP Anthony Rybook; Asisten I Setdakab Mahulu, Agustinus Teguh Santoso; Staf Ahli Bupati Mahulu, Dodit Agus Riyono; bersama kelompok tani Subur Makmur kembali menanam di areal sawah lainnya.
Areal sawah seluas 1 hektare itu letaknya persis bersebelahan dengan lahan percontohan padi. Selama beberapa bulan terakhir, petani didampingi personel Polres Mahulu, sukses membuka lahan padi sawah baru di pusat ibu kota kabupaten. Sisa tunggul kayu dibersihkan dengan ekscavator. Sawah dibajak dengan traktor.
Di sekitar areal sawah tersebut, Kelompok Tani Subur Makmur juga berhasil mengelola peternakan ayam petelur dan budidaya ikan nila. Serta lele yang sudah berhasil dipasarkan di pasar tradisional di sekitar Ujoh Bilang.
Keterlibatan Polri dalam dalam urusan ketahanan pangan bukan tanpa alasan. Sebab, telah ada Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Pertanian dan Polri tentang Sinergitas Pelaksanaan Tugas dan Fungsi pada Pembangunan Pertanian di 2024.
Di Kaltim, MoU ini kemudian ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Pemprov Kaltim dan Kepolisian Daerah Kaltim di tahun yang sama tentang Sinergitas Tugas dan Fungsi Pembangunan Pertanian di Provinsi Kalimantan Timur di tahun yang sama.
"Kita mendukung upaya Asca Cita Bapak Presiden (Prabowo Subianto-red) bahwa setiap daerah harus memiliki ketahanan pangan. Tentunya, kabupaten Mahulu, harus kuat ketahanan pangannya," ujar Kapolres Mahulu, AKBP Anthony Rybok kepada kaltimkece.id, Rabu, 30 Oktober 2024 usai panen dan penanaman padi sawah perdana di Sebenaq, Ujoh Bilang.
Perwira berpangkat melati dua di pundaknya ini menjelaskan alasan mengapa program pertanian ini lebih berfokus pada pola padi sawah. Salah satu alasannya, karena produktivitas padi gunung yang selama ini dijalankan petani lokal di Mahulu dinilai kurang untuk mencukupi kebutuhan beras Mahulu.
"Padi gunung hanya bisa dipanen setahun sekali. Dan, ini tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Kita harus berani mencoba berani menanam padi bibit sawah, yang dalam waktu 3 bulan bisa panen," tambahnya dalam sambutan tanam padi perdana hari itu.
Terlebih, kabupaten paling muda di Kaltim ini, masih bergantung suplai beras dari daerah lain. Persoalan keterbatasan infrastruktur darat juga menjadi utama. Satu-satunya akses transportasi ke semua kampung hanya bisa dilalui melalui aliran hulu Sungai Mahakam yang dikenal berarus deras. Jika musim kemarau airnya surut. Jika musim hujan, airnya meluap.
"Karena pola distribusinya yang sering terhambat sungai, sehingga, di suatu musim, harga beras di sini, bisa mencapai Rp800 ribu sampai Rp1 juta per karung. Begitu mahal," ungkap Kapolres.
Memang, diakui Kapolres, mengubah kebiasaan petani lokal Mahulu dari sistem gilir balik ke padi sawah bukan perkara mudah. Namun, ia optimistis, upaya hari ini dengan dukungan Pemkab Mahulu beserta petani bisa membuahkan hasil bertahap di masa depan.
"Kita harus berani memberikan contoh dan berhasil agar nantinya masyarakat akan tertarik untuk mencoba," terangnya.
Nur Ali, Ketua Kelompok Tani Subur Makmur yang menjadi mitra Polres Mahulu memberi penjelasan tambahan. Menurutnya, budidaya padi sawah memiliki potensi dan hasil yang maksimal. Dalam perhitungannya, produktivitas padi sawah seluas 1 hektare setara dengan hasil padi gunung seluas 2 sampai 3 hektare.
Sebagai perbandingan sambung Nur, produktivitas padi gunung hanya sekitar 1 ton per hektare. Sementara, padi sawah bisa menghasilkan 3 sampai 4 ton per hektare dengan perawatan dan pemupukan.
"Padi sawah hasilnya maksimal, pekerjaannya juga tidak terlalu ribet," ungkap Ali.
Selain mengelola padi sawah. Kelompok Tani Subur Makmur yang beranggotakan 30an petani ini juga membudidayakan seribu ekor ayam petelur, sayur mayur, ikan lele dan nila. Hasil panen ini sudah dipasarkan ke sejumlah pasar dan gerai di Ujoh Bilang.
"Kebutuhan pasar di Mahulu masih sangat besar," kata Nur Ali.
Bupati Mahulu, Bonifasius Belawan Geh diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setdakab Mahulu, Agustinus Teguh Santoso, mendukung upaya yang akan dilakukan oleh Polres Mahulu. Memang tambahnya, memulai sesuatu yang baru itu pasti memiliki kendala dan hambatan.
"Kalau kita tidak berani memulainya ya kapan lagi, seribu langkah ke depan harus dimulai dari satu langkah maju," tegasnya.
Sambung Teguh, upaya pertanian terintegrasi dengan sayur mayur, perikanan dan peternakan ini harus didukung oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
"Ke depannya, usulan diversifikasi oleh Polres Mahulu bisa didukung. Mungkin, kebutuhan pupuk bisa dicukupi untuk peternakan ayam, kambing atau sapi," tutupnya.(adv/prokopimmahulu)