kaltimkece.id Rencana Dinas Pendidikan Berau menggelar sekolah tatap muka di saat pandemi belum berakhir, mendapat respons dari Dinas Kesehatan Berau. Risiko masih terlalu tinggi jika dipaksakan menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) di saat Berau masih zona merah. Dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Berau yang juga Juru bicara Satgas Covid-19, Iswahyudi, sekolah tatap muka saat ini belum tepat. Angka kasus aktif masih 500-an. Dikhawatirkan, PTM menjadi ajang penularan kepada peserta didik.
“Ya, tetapi di sisi lain kalau sekolah online terus berdampak kepada generasi penerus kita karena kualitasnya pasti menurun. Ini juga yang menjadi dilema kami,” ujarnya, Ahad, 12 September 2021.
Upaya vaksinasi kepada pelajar juga belum maksimal. Bahkan, saat telah menerima vaksin pun, para pelajar tetap masih rawan tertular Covid-19. Iswahyudi sangat mewaspadai penularan Covid-19 justru datangnya dari kalangan orang dewasa kepada peserta didik.
Saat sekolah tatap muka, dipastikan mobilitas pelajar maupun guru cukup tinggi. Sehingga resiko tertular juga cukup besar. “Waktu tatap muka memang sudah diatur jaraknya dan skema lainnya agar tidak terjadi klaster sekolah. Tetapi, waktu anak-anak sudah pulang sekolah, bisa jadi mereka berkumpul, jajan bareng, karena tidak ada yang mengawasi. Ini yang kami pikirkan dan takuti,” jelasnya.
Kemudian, di tengah menurunnya status Berau dari PPKM level 4, ke level 3, banyak warga mulai lupa terkait pentingnya menjaga jarak dan menggunakan masker. Iswahyudi juga khawatir, pada waktu-waktu tertentu, seperti saat jam istirahat ada guru yang membawa jajanan ke ruang kerja. Lalu para guru ini akan makan bersama dan otomatis melepas masker. Di sini bisa menjadi peluang terjadinya penularan.
“Biasanya guru akan bawa jajanan seperti gorengan untuk dimakan bersama, kadang kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang sulit untuk dihindari, dan justru berisiko,” ungkapnya.
Iswahyudi mengingatkan kepada Dinas Pendidikan maupun para guru untuk bisa benar-benar menerapkan protokol kesehatan sebelum dan saat dilaksanakan pembelajaran tatap muka. Sebab, jika tindakan itu secara sadar dilakukan, dan terus berulang itu yang membahayakan bahwa si anak bisa tertular dari guru.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan, kunci pencegahan Covid-19 justru ada pada hal yang sederhana. Ia mengimbau untuk tetap memakai masker dan mencuci tangan. Menurutnya, tidak perlu terlalu menekankan kepada tiga hal lainnya, selama dua hal paling sederhana ini sudah konsisten maka sisanya pasti akan mengikuti.
“Konsisten prokes itu menjadi kunci untuk keberlangsungan PTM nantinya,” terangnya.
PERINGATAN DARI GUBERNUR
Dalam lawatan kerjanya di Beau baru-baru ini, Isran Noor menyebut, semua daerah yang berada pada PPKM di bawah level 4 wajib lebih cermat dan terus melakukan evaluasi dalam mengambil keputusan. Saat ini, dengan menurunnya angka Covid-19, ada antusiasme cukup tinggi untuk menggelar sekolah tatap muka. Apalagi kegiatan tersebut sudah terhenti lebih 1,5 tahun.
“Kalau untuk melaksanakan tatap muka, di Provinsi Kaltim tengah melakukan evaluasi secara mendalam. Supaya jangan sampai nanti terjadi lagi outbreak,” kata, Isran Noor saat ditemui dalam kunjungan kerja ke Berau, Sabtu 11 September 2021.
Mengapa perlu lebih cermat dan evaluasi berulang? Karena menurutnya saat ini sudah ada Indikasi munculnya varian baru Covid-19 yang disebut Varian Mu. Varian ini dikhawatirkan juga dapat menyerangnya kepada anak-anak. “Jadi bukan hanya Varian Delta tapi Varian Mu ini juga. Jadi itu perlu diwaspadai,” imbaunya.
Isran juga mewanti-wanti agar seluruh daerah di Kaltim terus waspada terhadap berbagai jenis varian baru Covid-19. Pasalnya cakupan vaksinasi di Kaltim masih cukup rendah. Guru-guru masih banyak yang belum tervaksin. Termasuk di Berau, meskipun persentasenya sedikit.
Persoalan lain juga karena para pelajar dan mahasiswa, khususnya yang berumur 12-17 tahun, juga cukup banyak yang belum divaksin. Alasan-alasan tersebut harus jadi pijakakan saat mengambil kebijakan untuk menggelar pembelajaran tatap muka.
“Tapi kalau nantinya cakupan vaksinasi kita di Kaltim sudah terpenuhi sampai dengan 70-80 persen. Bisa sudah dilakukan pembelajaran tatap muka,” ucapnya. Mantan Bupati Kutai Timur itu juga menyebut, sampai dengan saat ini, cakupan vaksinasi di Kaltim baru mencapai 28 persen untuk dosis pertama dan 22 persen dosis kedua. Menurutnya rendahnya cakupan vaksinasi ini, meskipun telah dilaksanakan sejak awal 2021, karena kuota vaksin yang terbatas.
“Vaksinnya yang tidak ada, belum sampai-sampai. Tapi kami dari Pemprov Kaltim terus berupaya mendorong pusat untuk meningkatkan jumlah kuota vaksin untuk Kaltim,” tutupnya. (*)
Editor: RJ Palupi