kaltimkece.id Pengunaan kompor listrik disebut dapat mengurangi impor elpiji sehingga turut menghemat pengeluaran negara. Menggunakan kompor tersebut bahkan dapat mengatasi masalah kelebihan pasokan listrik. Oleh sebab itu, PT PLN (Persero) tengah membumikan penggunaan kompor induksi. Upaya ini mendapat apresiasi dari Komisi VII DPR RI.
Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, menyatakan bahwa komisinya mendukung penuh program kompor listrik yang diusung PLN. Dukungan ini diberikan karena penggunaan kompor listrik dapat mengurangi kuota impor elpiji yang menjadi bahan bakar kompor konvensional. Dengan begitu, anggaran pembelian elpiji dari APBN bisa dihemat.
Dia pun menyarankan agar PLN dapat menyosialisasikan manfaat kompor listrik dengan sebaik-baiknya. Ini dilakukan agar informasi tersebut sampai ke masyarakat dengan tepat. “Dengan begitu, masyarakat semakin menyadari bahwa kompor induksi lebih murah dan efisien dalam mengonsumsi energi untuk keperluan masak,” ujarnya.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menambahkan, penggunaan kompor induksi juga untuk mengatasi maslaah kelebihan listrik. Selama ini, pasokan listrik selalu mengalami kelibahan. Pengunaan kompor induksi juga sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
“Artinya, selain mengurangi impor energi, program ini juga sekaligus mengurangi subsidi serta menyelesaikan kondisi oversupply,” jelasnya.
Darmawan menargetkan, dalam tiga tahun kedepan, penggunaan kompor induksi mencapai 15 juta orang. Jika target tersebut terwujud, diperkirakan menambah beban daya dari pembangkit PLN sebesar 6,3 Gigawatt (GW). Mendapat dukungan Komisi VII, ia berharap program tersebut dapat berjalan dengan lancar.
“Program kompor induksi ini juga akan membentuk rantai pasok sehingga meningkatkan aktivitas ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang juga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi,” imbuhnya.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), investasi dalam negeri senilai Rp 1 triliun mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.438 orang. Adapun proyeksi investasi dari program konversi ini adalah sekitar Rp 14 triliun. Itu artinya, program tersebut dapat menyerap tenaga kerja sekitar 20.132 orang.
PLN pun telah berdiskusi dengan produsen untuk memastikan kesiapan kapasitas produksi 5 juta kompor induksi pada 2023, 2024 dan 2025. Hasilnya, enam pabrikan lokal menyatakan siap memproduksi kompor tersebut secara massal dengan kandungan TKDN secara bertahap naik sampai 70 persen.
Hasil produksi dari produsen lokal ini akan disalurkan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan usaha mikro. Masing-masing orang dari kelompok tersebut mendapat satu unit kompor induksi, dua tungku, dan satu set perlengkapan memasak berupa penggorengan dan panci. PLN bahkan akan memberikan bantuan pemasangan instalasi serta penambahan daya gratis untuk kompor induksi.
Untuk memastikan bantuan tepat sasaran, Darmawan mengatakan, PLN menyiapkan sejumlah program berbasis digital secara detail. Program-program tersebut seperti data keluarga penerima manfaat (KPM), sistem monitoring pemakaian energi, lokasi, dan sistem operasional, hingga pembayaran.
“Saat ini sedang dilakukan uji coba melalui pilot project di Bali dan Solo dengan target selesai pada Juli. Kenapa di Bali, karena penggunaan kompor induksi ini merupakan bagian dari transisi energi yang menjadi salah satu agenda kunci dalam Presidensi G20 di Indonesia,” pungkas Darmawan. (*)
Editor: Surya Aditya