kaltimkece.id Sekerat, sebuah desa yang menurut Junsyah, Ketua Adat Kutai Desa Sekerat, bermula dari kepindahan beberapa keluarga masyarakat Kutai yang sebelumnya bermukim di Sekurau. Perpindahan untuk mencari penghidupan yang lebih baik itu terjadi sekitar tahun 1958. Daerah Sekerat dipilih karena berada di pesisir, sehingga memudahkan untuk mencari ikan dan berhubungan dengan dunia luar. Transportasi utama pada waktu itu adalah transportasi air.
Wilayahnya masih berhutan lebat, sehingga banyak binatang yang sering mengganggu tanaman yang dibudidayakan oleh warga, seperti babi dan rusa. Tutupan hutan yang lebat itu kemudian berkurang pada masa booming kayu gelondongan. Pada awal tahun 1970-an, pemerintah memberikan izin penebangan kayu di hutan untuk dijual langsung dalam bentuk kayu log.
"Dulu dikenal dengan istilah banjir kap," ujar Junsyah.
Pada masa booming kayu ini, Sekerat masih merupakan bagian dari Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada periode tersebut, Sangkulirang menjadi kecamatan tertua calon Kabupaten Kutai Timur. Sangkulirang telah ada sejak zaman kesultanan dan kolonial Belanda. Sebelum menjadi kecamatan, Sangkulirang adalah sebuah kawedanan, kantor pemerintahan wilayah pembantu bupati. Sangkulirang mencatat sejarah sendiri di era booming kayu ini. M. Rusli, camat pertama Sangkulirang, hanya menduduki jabatannya selama 4 tahun dan kemudian mengundurkan diri untuk menjadi pengusaha kayu. Kelak, putra Sangkulirang ini tercatat sebagai salah satu pengusaha besar dan sukses di Kalimantan Timur lewat usaha perhotelan, bersanding dengan pengusaha kayu lainnya yang kemudian juga berbisnis perhotelan, yakni Jos Soetomo.
Dengan kondisi ini, perjalanan menuju Sekerat menjadi menantang karena berkelok-kelok dan dipenuhi dengan tanjakan serta turunan. Kontur wilayah desa Sekerat memang dipenuhi dengan perbukitan. Deretan perbukitan yang dari kejauhan, terutama dari arah pandang sisi laut, ini kemudian memunculkan sebutan Sekerat. Dalam bahasa Kutai, sekerat berarti seiris. Konon, dari jauh, deretan perbukitan di Sekerat memang terlihat terpisah dari deretan perbukitan di wilayah Selangkau, Kecamatan Kaliorang. Dalam cerita tradisional asal-usul nama Sekerat, dua deret perbukitan terpisah itu disebut sebagai gunung laki-laki dan gunung perempuan.
Desa Sekerat berada di Kecamatan Bengalon. Berdasarkan hasil kajian dari Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) pada tahun 2021, desa ini mempunyai kawasan hutan seluas 174.438 hektare (ha), sedangkan area berhutan di Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 23.255 ha. Areal berhutan di APL yang ada di Desa Sekerat menjadi yang terluas di Kecamatan Bengalon. Desa Sekerat mempunyai areal berhutan di APL seluas 8.990 ha yang terdiri dari Hutan Hujan seluas 8.489 ha, Hutan Karst seluas 167 ha, Hutan Rawa seluas 1 ha, dan Hutan Mangrove seluas 333 ha. Dengan luas wilayah yang begitu besar, meski banyak konsesi atau izin tambang dan perkebunan, Desa Sekerat masih menyisakan wilayah lahan berhutan.
Pemerintah Desa Sekerat kemudian mengalokasikan hutan seluas 5.186 ha untuk dijadikan sebagai hutan milik desa. Hutan ini berada di 5 lokasi, yaitu Sapatan Sekurau Atas, Sekurau Atas, Mampang Sekurau, Gunung Mampang Sekerat, dan Sempadan Sungai. Desa Sekerat, pemerintah desa, dan masyarakat, setelah melalui serangkaian proses dialog, edukasi, dan penyadaran yang dilakukan oleh BIKAL, kemudian bersepakat dan membangun komitmen bersama untuk menyelamatkan wilayah hutan yang tersisa yang berada di Areal Penggunaan Lain (APL). Tidak hanya untuk kemakmuran masyarakat Desa Sekerat dan wilayah sekitarnya, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi untuk turut menjaga iklim dunia.
Tangkapan Air
Nursalim, Direktur Pelaksana Yayasan BIKAL, menceritakan bagaimana inisiatif Pemerintah Desa Sekerat bersama masyarakatnya melindungi areal berhutan untuk tangkapan air. Desa Sekerat mempunyai 4 dusun, yaitu Dusun Sekurau Atas, Sekurau Bawah, Mampang, dan Sekerat. Perbukitan atau gunung berbatu tersebar di seluruh dusun tersebut. Sebagian di masa lalu pernah terbakar namun telah tumbuh kembali menjadi hutan perbukitan. Selain tutupan hutan di perbukitan, di bagian pesisir juga ada hutan mangrove.
Pada tebing-tebing perbukitan yang jarang disentuh oleh kehadiran manusia, banyak terdapat gua-gua tempat bersarang burung walet. Dari wilayah perbukitan itu pula mengalir beberapa mata air yang kemudian mengalir melalui anak sungai, salah satunya Sungai Keli. Mata air lainnya ada di perbukitan Dusun Mampang yang alirannya kemudian dimanfaatkan oleh warga untuk sumber air bersih serta pertanian. Di Dusun Mampang ada kurang lebih 60 hektar sawah yang pengairannya bersumber dari mata air. Selain mata air yang berasal dari gua-gua dan perbukitan Dusun Mampang, Desa Sekerat juga mempunyai kawasan mata air besar yang kemudian dijadikan Kawasan Objek Vital Nasional Mata Air Desa Sekerat. Sumber mata air Desa Sekerat ini sekurangnya memasok 3 Instalasi Pengolahan Air, yaitu Perumdan Mata Air Sekerat, IPA Kaliorang, dan IPA KEK Maloy.
Dengan demikian, penerima manfaat dari mata air Sekerat meliputi belasan ribu jiwa warga desa di Kecamatan Bengalon dan Kaliorang, serta industri di kawasan KEK Maloy. Kawasan karst Sekerat memang merupakan bagian tak terpisahkan dari kawasan karst SangkulirangâMangkalihat yang membentang dari wilayah Kabupaten Kutai Timur hingga Kabupaten Berau. Fungsi utamanya adalah wilayah tangkapan air. Gunung karst Sekerat kemudian menjadi tangki air yang aliran airnya menjadi air kehidupan bagi warga desa sendiri maupun desa-desa tetangga.
Kehadiran PT. Kobexindo Cement di desa tetangga yang berbatasan dengan Desa Sekerat sempat menimbulkan kekhawatiran, terutama jika kawasan Gunung Sekerat ikut ditambang. Namun, Sunandhika, Kepala Desa Sekerat, lewat komunikasi dengan pihak perusahaan, diyakinkan bahwa wilayah perbukitan di Dusun Sekerat tidak akan ditambang. Atas dasar layanan ekologis kawasan hutan perbukitan yang dilindungi oleh masyarakat dan pemerintah Desa Sekerat, maka pencegahan perusakannya terutama untuk mengambil batuannya akan diupayakan sekeras mungkin. Jika kawasan hutan di perbukitan atau gunung itu rusak, apalagi batuannya tergali, niscaya sumber air tidak akan mengalir lagi dan juga tidak mungkin dipulihkan kembali.
Dengan demikian, upaya penyelamatan hutan yang masih tersisa dengan luasan sebesar 5.186 ha di Desa Sekerat bukanlah sekadar proyek ambisius atau mengawang-awang. Langkah ini bukan sebuah pencitraan karena selain untuk melindungi air sebagai sumber kehidupan, penyelamatan hutan di Areal Peruntukan Lain ini juga bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan liar di dalamnya.
Dalam kawasan ini ditemukan keberadaan macan dahan dan orangutan. Orangutan adalah umbrella species atau spesies penting yang menjadi penanda kondisi hutan yang masih bagus karena ketersediaan pakannya. Sedangkan macan dahan adalah predator puncak. Kehadirannya menandakan hewan-hewan di bawah rantai makanannya masih ada. Dengan demikian, fungsi ekologi masih berjalan. Dalam penggalian potensi hutan lestari yang dilakukan oleh BIKAL bersama dengan Badan Pengelola Hutan Milik Desa (BPHMD) Desa Sekerat ditemukan pula potensi pengembangan hutan sebagai destinasi wisata alam dan olahraga. Selain itu, juga ditemukan peluang untuk mengembangkan kegiatan agroforestri.
Wisata Alam dan Olahraga
"Dua puluh menit," jawab Muhammad Drajat singkat ketika ditanya berapa waktu yang dibutuhkan untuk pulang pergi menuju lokasi olahraga Paralayang di salah satu puncak bukit berhutan di Dusun Mampang, Sekerat.
Nyatanya tidak demikian. Jalan yang kadang mendaki dan menuruni perbukitan dengan tutupan vegetasi tebal di kanan kirinya bukan hanya membutuhkan waktu, melainkan juga stamina untuk mencapainya.
Langkah Drajat memang cepat, seolah hampir setiap jengkal jalan yang dilalui begitu dikenal. Drajat, selain menjabat sebagai Kepala Dusun Mampang, juga dipilih oleh pemerintah desa dan warga untuk menjadi ketua Lembaga Pengelola Hutan Milik Desa (LPHMD) Sekerat.
Sebagai Ketua LPHMD, Drajat dan anggota lainnya berencana mengembangkan potensi hutan milik desa secara berkelanjutan, melalui kegiatan wisata alam, wisata olahraga, dan agroforestri.
Lahir dan besar di Sekerat, Muhammad Drajat mengenal hutan sejak kecil. Namun, belum semua dijelajahinya; ada banyak titik, gua, gunung, dan tebing yang dikenalnya lewat cerita orang-orang tua.
Drajat bersyukur bisa bertemu dan berkegiatan bersama BIKAL lewat program KalFor. Menurutnya, pendampingan yang dilakukan oleh BIKAL dengan menempatkan seorang petugas lapangan telah membantu masyarakat lebih memahami fungsi dan manfaat hutan lestari untuk kehidupan ke depan.
Meski para tetua Sekerat sejak dulu selalu menjaga hutan, pemahaman tentang masalah teknis kehutanan dan kelembagaan untuk mengawal kelestarian hutan belum dipunyai.
"Dengan adanya LPHMD ini, kepastian, keamanan, dan masa depan hutan Sekerat lebih terjamin. Tantangannya bisa dihadapi bersama, demikian juga pengelolaannya akan dilakukan bersama-sama," ujar Drajat.
Selalu ada tantangan untuk menjaga dan mempertahankan hutan, terutama di wilayah yang bukan hutan atau Areal Peruntukan Lainnya. Salah satu cara yang dibangun oleh BIKAL, LPHMD, dan Pemerintah Desa adalah membangun komunikasi dengan perusahaan atau investor yang memperoleh konsesi di wilayah tersebut.
Pada area konsesi yang berhutan dan tidak dieksploitasi dengan alasan tertentu, BIKAL, LPHMD, dan Pemerintah Desa meminta perusahaan untuk menjadikan areanya tetap sebagai hutan atau area dengan nilai konservasi tinggi.
"Kami sudah membangun komunikasi dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai izin di wilayah Sekerat. Dan mereka menyambut baik," kata Drajat.
Melihat corak mata pencaharian warga dan potensi penghidupan yang berkembang di Sekerat, Muhammad Drajat optimis upaya untuk menyelamatkan, menjaga, dan melestarikan hutan milik desa akan berjalan sesuai rencana.
"Masyarakat Sekerat pasti menyadari pentingnya hutan karena mereka selama ini memperoleh layanan ekologi berupa air bersih," lanjut Drajat.
Dan LPHMD akan terus melakukan sosialisasi kepada warga terkait potensi lainnya dari hutan yang lestari, seperti potensi wisata dan pemanfaatan hutan untuk kegiatan agroforestri. Tantangan lain yang dipikirkan oleh Drajat dan anggota LPHMD lainnya adalah pengembangan sumber daya manusia dan dukungan pendanaan untuk menjaga hutan milik desa.
"Pendampingan yang dilakukan BIKAL atau KalFor ini selama setahun rasanya belum cukup untuk mempersiapkan sumber daya manusia kami. Masih banyak yang harus dipelajari dan disiapkan. Semoga kami tidak dilepas begitu saja," harap Drajat.
Dalam konteks dukungan pendanaan untuk mengelola dan melestarikan hutan, BIKAL telah menghubungkan LPHMD dengan Dana Forest Carbon Partnership Facility Carbon Fund (FCPF-CF). Lewat skema kemitraan dana karbon yang diperoleh oleh Kalimantan Timur, kelompok pengelola hutan bisa mendapat dukungan pendanaan.
Dengan luas hutan yang dicadangkan oleh pemerintah dan masyarakat desa Sekerat, salah satu aspek yang akan membutuhkan sumber daya yang besar adalah penjagaan. LPHMD Sekerat mesti melakukan patroli berkala.
Kemajuan teknologi bisa membantu pemantauan cepat dengan menggunakan drone. Namun, tetap diperlukan ground check atau gerak cepat menuju lokasi kejadian jika ditemukan hal-hal yang tidak diinginkan atau aktivitas yang mengancam kelestarian hutan. Hal ini membutuhkan dukungan sarana prasarana serta dana yang cukup.
Menghubungkan atau membangun jejaring antara LPHMD dengan para pihak lainnya, baik dari unsur perusahaan, pemerintah daerah, organisasi pemerintah daerah, dan lainnya, menjadi penting untuk dilakukan.
Selain itu, LPHMD dan pemerintah desa perlu membangun peluang-peluang untuk kemandirian. LPHMD Sekerat dengan pendampingan yang dilakukan oleh BIKAL lewat Program KalFor telah berada dalam jalur yang benar, melalui penggalian potensi hutan yang kemudian direncanakan untuk dikelola menjadi lokasi wisata alam, wisata edukasi, wisata olahraga, dan usaha agroforestri.
Agroforestri, Pucuk Dicinta Ulam Tiba
Di depan, belakang, samping kanan, dan kiri rumah mungil yang dibangun sendiri itu dipenuhi berbagai jenis tanaman. Imam Suhadi, pemiliknya, memang gemar bertani dan beternak serta melakukan pekerjaan tangan lainnya.
Tampilan dan suasana lingkungan rumahnya juga menunjukkan kecintaannya pada lingkungan. Pertemuan dengan BIKAL ibarat pucuk dicinta ulam tiba. Imam bersedia lingkungan rumahnya dijadikan sebagai demplot budidaya kelulut.
Meski telah mempunyai ketertarikan dan pengetahuan tentang peternakan serta pertanian, pendampingan dan peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh BIKAL membuat pengetahuan dan keterampilan Imam bertambah.
Walau mempunyai keterbatasan waktu karena Imam Suhadi bekerja di perusahaan, namun di luar jam atau hari kerja, Imam akan mencurahkan waktu dan perhatiannya untuk menjaga, merawat, dan mengembangkan tanaman dan ternak kelulutnya.
Dalam penilaian BIKAL, kelulut potensial dikembangkan di Sekerat karena tutupan lahan di lingkungan permukiman, ladang, maupun hutan masih besar. Tutupan vegetasi ini merupakan sumber bahan pangan yang berlimpah untuk kelulut.
Di pekarangan depan dan belakang rumah Imam berderet stup dan log kelulut. Ada juga kotak perangkap terpasang di bawah atap sisi rumahnya untuk mengandangkan kelulut liar.
Selain memberikan penguatan kapasitas, BIKAL juga memberi dukungan kepada Imam untuk pengembangan demplot kelulut berupa bibit kelulut, botol, dan desain kemasan untuk madu kelulut.
Imam sendiri nampaknya belum terlalu berminat untuk mencari sumber penghidupan dari bertani dan beternak, namun lebih ingin berbagi pengetahuan dan keterampilan, menjadi pendidik dan mentor untuk usaha tani ternak.
Selain itu, Imam juga ingin demplot kelulut serta usaha agroforestri yang akan dilakukan di hutan milik desa bisa berkembang menjadi lokasi wisata, terutama wisata hortikultura.
Di lereng hutan perbukitan Dusun Mampang, kelompok tani mulai menanami lahan dengan buah-buahan. Tanaman keras atau tahunan ini akan membuat petani memperoleh hasil tanpa harus menebang pohon atau membuka hutan. Hasil dari lahan pertanian bisa ditingkatkan melalui integrasi dengan peternakan kelulut.
Bibit kelulutnya sendiri bisa dibeli atau diperbanyak dengan pemecahan koloni. Namun, di lingkungan hutan dan rumah ada juga kelulut liar. Imam telah mempunyai keterampilan untuk memerangkap kelulut liar agar hidup dalam stup buatan.
Dalam pandangan Imam, pertanian dan peternakan di Sekerat mempunyai masa depan cerah. Sebab, kini Sekerat menjadi salah satu pusat industri sehingga penduduk yang datang, baik untuk menetap maupun tinggal sementara, bertambah banyak. Mereka merupakan potensi pasar yang besar yang bisa dipenuhi dengan memanfaatkan lahan yang ada untuk bertani dan beternak tanpa harus merusak atau membuka hutan.
Bahkan, petani dan peternak akan semakin sejahtera jika hutan terjaga karena hutan adalah sumber nutrisi dan pangan untuk lahan tanaman pangan serta ternak kelulutnya.
Wisata Massal, Pantai Sekerat
Kabupaten Kutai Timur mempunyai banyak destinasi wisata pantai, masing-masing memiliki kekhasan dan keunggulannya. Pantai Sekerat berada tidak jauh dari kawasan pusat permukiman di Dusun Sekerat. Lokasinya juga hanya berjarak kurang lebih 0,5 km dari Kantor Desa.
Membentang meliputi dua wilayah RT, pantai ini masih terjaga alami. Area berpasirnya cukup lebar, kurang lebih 30 meteran saat air tinggi. Ketika air surut, pantai yang landai itu area berpasirnya semakin meluas.
Keasrian Pantai Sekerat didukung oleh deretan pohon kelapa dan cemara udang yang menyejukkan mata. Area pantai ini akan memanjang hingga Pantai Jepu-Jepu yang berada di Selangkau, desa tetangga. Pantai di perbatasan antara Sekerat dan Selangkau, di dekat pabrik Kobexindo Cement, berada di area hutan mangrove.
Pemerintah desa dan masyarakatnya antusias dengan pengembangan destinasi wisata pesisir ini. Di Pantai Sekerat, warga yang rumahnya menghadap pantai membuka usaha warung makan dan minum. Pengunjung bisa duduk-duduk di warung sambil memandang lautan lepas dan merasakan desir angin yang datang dari Selat Makassar. Keindahan pantainya semakin sempurna dengan deretan gunung menghijau di belakangnya. Bukit berhutan yang tak jauh dari pantai itu juga menghembuskan udara dan angin segar. Di Sekerat, bisa dibuktikan bahwa rimba hadir untuk samudera.
Pemerintah desa mendukung pengembangan destinasi wisata pantai dengan pembangunan gazebo, baik yang kecil maupun yang besar. Beberapa warga juga berinvestasi dengan membangun resort dan glamping. Melihat potensi wisata Pantai Sekerat yang bisa memberikan keuntungan ekonomi berkelanjutan bagi banyak warga, BIKAL kemudian menjadikan bisnis pariwisata sebagai salah satu fokus pengembangan. Dukungan diberikan kepada Kelompok Sadar Wisata Desa Sekerat lewat pendampingan untuk memperkuat sumber daya dalam tata kelola kepariwisataan.
Penguatan kepada Pokdarwis dilakukan antara lain dengan pendampingan untuk pengembangan paket-paket wisata, tata kelola sampah, dan kebersihan lingkungan di destinasi wisata. Pokdarwis Desa Sekerat juga dilatih untuk meningkatkan kapasitas guna memperluas pasar wisatanya. Kehadiran perusahaan dan para pekerjanya adalah pasar potensial. BIKAL memberikan pelatihan outbound kepada Pokdarwis agar bisa mengembangkan layanan untuk kegiatan wisata perusahaan, outing, gathering, dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh karyawan-karyawan perusahaan.
Darjad dan Imam, yang juga aktif dalam kegiatan kepariwisataan desa, menceritakan bahwa pada liburan Idul Fitri yang lalu, pungutan entrance fee yang dilakukan dengan cara membuat portal di jalan masuk Dusun Sekerat bisa menghasilkan pendapatan bersih kurang lebih 20 juta. Hebatnya, pendapatan ini tidak dibagi dan masuk ke kantong panitia, melainkan didedikasikan untuk perbaikan lingkungan di Desa Sekerat. Uang itu dipakai untuk perbaikan WC umum dan sarana kebersihan lainnya. Di Sekerat, mereka yang terlibat dan aktif di Pokdarwis adalah orang-orang muda yang punya pekerjaan. Mereka sudah punya penghasilan sendiri. Dukungan dan kerelaan mereka untuk mengembangkan pariwisata desa dimaksudkan untuk turut berkontribusi bagi pengembangan ekonomi desa dan masyarakatnya.
Corak bisnis Pokdarwisnya merupakan bisnis sosial yang bertujuan untuk menumbuhkan ekosistem wisata dengan pembagian keuntungan yang lebih merata untuk warga desa. Corak kemitraan yang dibangun antara Lembaga Pengelola Hutan Milik Desa dan Pokdarwis Sekerat bisa menjadi model untuk memperkuat kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan hutan. Bagaimanapun, komitmen dan partisipasi untuk melestarikan hutan akan tetap terjaga jika hutan punya relevansi langsung atau kebermanfaatan secara ekologi dan ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung, untuk warga. Dan wisata, terutama wisata alam, merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk menunjukkan kebermanfaatan itu. Ke depan, selain bekerja sama dalam pengelolaan paket wisata bersama dengan LPHMD, Pokdarwis Sekerat juga akan mengelola glamping di Pantai Sekerat dan wisata hutan mangrove.
Bunyi mesin perahu yang akan pergi atau baru kembali dari pesisir melalui Sungai Sekurau memecah kesunyian hutan aren yang berada di kedua sisi sungai. Tegakkan pohon aren yang rapat dan diselingi berbagai jenis rumpun bambu dengan ambience bunyi-bunyian satwanya terasa mistis. Di hutan aren itulah sekelompok petani yang tergabung dalam Kelompok Gula Aren Sekurau Mandiri beraktivitas sedari pagi untuk mengambil bumbung air nira yang dipasang sejak sore kemarin. Pohon yang diselimuti ijuk itu mesti dipanjat dengan bantuan tangga berupa sebilah bambu utuh. Kaki mesti menapak hati-hati untuk menjaga keseimbangan. Pijakannya juga harus mantap agar tidak terpeleset karena licin embun pagi yang menyelimuti ruas bambu.
Air nira aren yang diambil tidak dibiarkan lama-lama. Sesampai di tempat pengolahan, segera dituang dalam wajan besar untuk dimasak. Perlu waktu beberapa jam agar air nira menjadi kental dan siap dicetak menjadi gula. Bumbung bekas air nira yang terbuat dari pipa paralon besar itu kemudian dicuci dan diasapi dengan api dari tungku pemasak air nira. Tabung penampung air nira itu mesti benar-benar kering agar nanti, jika dipakai kembali, tidak membuat air niranya terfermentasi dan meninggalkan rasa asam.
Hasyim, salah satu anggota Kelompok Gula Aren Sekurau Mandiri, menerangkan bahwa pohon-pohon aren itu sudah ada sejak dia datang ke Bontang pada tahun 1993. âTak ada yang menanaminya, mungkin tumbuh dari bijian yang dibawa dari atas sana saat sungai meluap lalu tersangkut di kanan-kiri dan tumbuh,â ujarnya. Dan benar, tanpa ditanam pun suksesi akan terjadi karena di bawah pokok-pokok aren itu tumbuh banyak anakan. âSejak dulu, orang Sekurau sudah membuat gula aren,â lanjut Hasyim, yang juga sering melaut untuk mencari ikan.
Produk gula aren Sekurau telah dikenal di wilayah Bengalon, Sangkulirang, bahkan hingga Sangatta. Potensi nira aren ini kemudian menjadi salah satu fokus dari pendampingan BIKAL untuk menumbuhkan bisnis komunitas sebagai sumber penghidupan berkelanjutan dan memiliki dampak ekonomi, sosial budaya, dan ekologi. BIKAL kemudian melakukan peningkatan kapasitas terhadap usaha mikro gula aren untuk meningkatkan kualitas, kebersihan/sanitasi, dan pengembangan produk. Kepada petani aren diperkenalkan pengembangan produk air nira bukan hanya untuk gula batu atau gula habang, tetapi juga gula semut, gula cair, dan gula tapok.
Petani aren juga didorong untuk membangun kolaborasi dengan membentuk kelompok usaha gula aren, dan kemudian terbentuk Kelompok Gula Aren Sekurau Mandiri. Kepada kelompok ini kemudian diberi bantuan Rumah Produksi dengan perlengkapan seperti alat pengaduk gula semut dengan tenaga listrik dan kompor gas, alat perlindungan diri, kemasan, serta alat bantu kemasan seperti timbangan, mesin press plastik, dan lain-lain. Untuk branding dan marketing, BIKAL juga memberikan bantuan desain kemasan, label, dan mempromosikan produk lewat berbagai event. Lewat Kelompok Gula Aren Sekurau Mandiri, BIKAL juga mendorong peningkatan peran perempuan dalam pengelolaan dan produksi air nira. Ibu Hayani, Asmarani, dan teman-teman perempuan lainnya kemudian ikut memproduksi gula semut, gula cair, dan gula tapok serta mengemasnya hingga siap didistribusikan dan dipasarkan.
Kelompok Gula Aren Sekurau Mandiri menjadi salah satu percontohan bagaimana masyarakat mengembangkan bisnis untuk mendukung penghidupan dengan cara memanfaatkan hutan aren secara berkelanjutan. Di Sekurau telah terbukti bahwa pemanfaatan hutan aren bisa menjadi sumber penghidupan masyarakatnya. Pendampingan yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan sumber daya, meningkatkan kualitas, dan mendiversifikasi produk akan membuat pemanfaatan sumber daya hutan dan sumber daya lainnya berkelanjutan. Praktik pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan kemudian akan bermuara pada kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan, atau partisipasi dalam turut menjaga dan memanfaatkan lingkungan serta sumber dayanya secara lestari.(*)