kaltimkece.id Program Bincang, Cerita, Rembuk dan Aksi Perhutanan Sosial (BICARA Perhutsos) resmi diluncurkan pada Jumat, 1 Maret 2024. Program ini digelar secara daring melalui aplikasi zoom meeting, acara ini juga disiarkan melalui kanal youtube BICARA Perhutsos yang bisa ditonton ulang kapanpun.

Program BICARA Perhutsos diinisiasi oleh mitra konsorsium dalam program Enhancing Community Forest Tenure Sustainable Livelihoods (ECO-STABLE).  Program ini didesain sebagai forum belajar antar pegiat Perhutanan Sosial (PS) mulai dari stakeholder pengambil kebijakan hingga masyarakat penerima manfaat hutan sosial di tingkat tapak. Tak terkecuali masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan Kalimantan Timur.

Rakhmat Hidayat, Kepala Sekolah forum BICARA Perhutsos, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa program ini sudah lama dicanangkan. Tujuannya agar parapihak dapat saling berbagi cerita pembelajaran maupun pengalaman lapangan yang diperoleh saat melakukan kegiatan pengelolaan PS.

"Kami berharap, PS bisa menjadi program yang menjadikan Indonesia lebih baik dalam pengelolaan sumber daya alam. Forum ini bisa jadi ajang saling belajar antar komunitas di tingkat tapak hingga nasional," ungkapnya.

Turut hadir dalam kegiatan ini antara lain perwakilan Dewan Kehutanan Nasional (DKN), Dinas Kehutanan Provinsi di beberapa daerah, para petani hutan hingga perwakilan kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS) seluruh Indonesia. Khususnya wilayah Kaltim, dihadiri oleh pihak Dishut Provinsi, KUPS Sari Naga Hkm Sungai Wain Balikpapan, Kelompok Masyarakat Hukum Adat Kampung Juaq Asa Kabupaten Kutai Barat, serta Lembaga Pengelola Hutan Desa Modang Kabupaten Paser.

Pada sesi sambutan, Ghozali Rahman selaku Kepala Bidang Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Hutan Dishut Kaltim, memaparkan beberapa capaian program PS di Kaltim. Ia menyebut, program PS telah termuat dalam RPJMD Kaltim periode 2019-2023. Sejauh ini, Kaltim telah mengantongi 137 izin kelola PS dengan total area seluas 287.068 hektar. Izin tersebut sudah terbit dan tersebar di delapan Kabupaten/Kota.

Ghozali menambahkan, dalam pengembangan usaha PS, Kaltim telah memiliki sejumah capaian menggembirakan. "Saat ini, total 281 KUPS telah terbentuk. Rinciannya yakni dua KUPS kategori platinum, empat KUPS kategori gold, 83 KUPS kategori silver, serta 152 KUPS kategori blue," ujarnya. Ia juga menegaskan, pemprov Kaltim terus berupaya mendorong peningkatan pengelolaan dan pengembangan setiap KUPS.

Pihaknya juga sangat mengapresiasi dan mendukung terbentuknya forum belajar antar pegiat PS dan petani hutan di berbagai wilayah di Indonesia. Ia berharap, melalui wadah belajar ini, petani hutan khususnya di wilayah Kaltim bisa mendapatkan pengetahuan yang mereka butuhkan sebagai bentuk peningkatan kualitas kelola hutan. Forum ini juga dapat menjadi tonggak acuan bagi petani untuk belajar dan menggali pengetahuan.

"Gagasan dan ide seperti ini sudah semestinya dapat diterapkan oleh parapihak demi mewujudkan keadilan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat," tambahnya.

Dari dampingan KBCF, Pitriani, salah seorang narasumber dari KUPS Sari Naga HKm Sungai Wain Balikpapan menyampaikan cerita proses kelola usaha ala kelompoknya. "KUPS Sari Naga mengolah buah naga menjadi selai dan sirup buah naga. Berawal dari melimpahnya hasil panen dibarengi harga yang tidak stabil, kelompok memformulasikan agar buah naga yang masa awetnya terbilang singkat apabila dalam bentuk buah segar, diolah menjadi selai dan sirup. Hasilnya, kedua produk tersebut memiliki masa awet lebih lama dan mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada buah segar," ujarnya semangat.

“Kalau buah naga segar yang ditumpuk untuk pengiriman, bisa busuk dalam waktu tiga hari. Bila diolah menjadi selai di suhu ruangan normal bisa mencapai satu bulan dan enam bulan bila diletakkan di mesin pendingin. Hal ini juga berlaku dengan produk sirup," urai Pitriani.

Perempuan petani tersebut juga menuturukan bahwa suksesnya kelola usaha tersebut tidak lepas dari peran pendamping terutama dalam mendapatkan legalitas usaha. Hingga kini, produk selai dan sirup tersebut telah memperoleh NIB dan SP-PIRT serta sertifikat halal. Hal ini mempermudah kelompok untuk memasarkan produk lebih luas.

"Terutama saat pelatihan uji kelayakan dan kurasi produk, hal tersebut sangat membuka wawasan kami, sehingga kami mengetahui kekurangan yang ada di produk dan dapat mengembangkan produk menjadi lebih baik," tutupnya.(*)