kaltimkece.id Kelistrikan Kalsel, Kalteng dan Kaltim terhubung melalui jaringan transmisi tegangan tinggi dan tergabung dalam satu sistem Interkoneksi Kalimantan. Total pemakaian listrik pelanggan di tiga provinsi tersebut mencapai 1,190 juta watt.

Dengan kondisi kebutuhan listrik pelanggan yang dinamis setiap harinya, PLN harus menjaga kestabilan pasokan listrik pembangkit dan kecukupan listrik yang dibutuhkan. Lantas, siapa yang mengatur dan menjaga kestabilan pasokan (supply) dan kebutuhan (demand) listrik ini?

Pengaturan dan pengoperasian sistem kelistrikan Kalimantan dijalankan oleh PLN Unit Pelaksana Pengatur Beban (UP2B) Kalimantan yang berpusat di Banjarbaru, Kalsel. Manajer PLN UP2B Kalimantan, Turyanto, menjelaskan pengaturan sistem kelistrikan dijalankan melalui dua unit regional control center (RCC). RCC 1 berlokasi di Balikpapan. Unit ini bertanggung jawab atas sub-sistem Mahakam yang meliputi gardu induk dan pembangkit listrik di Kaltim.

“Sedangkan RCC 2 terletak di Banjarbaru dan bertanggung jawab atas sub-sistem Barito yang meliputi gardu induk dan pembangkit listrik di Kalsel dan Kalteng,” jelas Turyanto.

Masing-masing RCC memiliki personel yang disebut dispatcher atau ‘pilot’ yang bertugas mengatur pengoperasian pembangkit dan pengaturan beban di gardu induk selama 24 jam. Ini dilakukan untuk mewujudkan sistem yang stabil, andal dan efisien. Saat ini, PLN memiliki 18 personel dispatcher yang telah berpengalaman mengoperasikan sistem kelistrikan Kalimantan selama bertahun-tahun.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Layaknya pilot pesawat terbang, seorang dispatcher juga dibekali kemampuan dan sertifikasi kompetensi dari lembaga terakreditasi nasional sebelum bertugas di ruang kontrol. Ruangan ini untuk memonitor status dan kondisi seluruh pembangkit jalur transmisi dan gardu induk. Adapun tempat latihan dispatcher adalah Dispatcher Training Simulator (DTS). DTS merupakan program simulasi pengoperasian sistem kelistrikan dan dilengkapi dengan berbagai simulasi kondisi, mulai dari kondisi operasi normal hingga kondisi emergency untuk menggambarkan jika terjadi gangguan maupun force majeure yang tidak dikehendaki.

Dalam menjalankan tugasnya, dispatcher harus mengikuti standar operasional (SOP) yang ketat dengan penuh kedisiplinan. Demi mencegah timbulnya kesalahan dalam bertugas, seluruh prosedur pengoperasian sistem rutin dievaluasi untuk mengikuti kondisi-kondisi terkini.

Turyanto mengatakan, Pulau Kalimantan sangat luas sehingga untuk menghubungkannya diperlukan jalur transmisi yang sangat panjang karena membelah hutan serta rawa-rawa. Hal ini pun menimbulkan tantangan dalam pengoperasian sistem di berbagai kondisi agar sistem kelistrikan tetap terjaga keandalannya.

“DTS memberikan pemodelan sistem kelistrikan yang real sehingga gambaran kondisi sistem dapat secara langsung tertampil pada visualisasi DTS. Nantinya, hasil simulasi akan dijadikan bahan mitigasi peningkatan keandalan sistem serta pembelajaran bagi dispatcher,” tandasnya. (*)

Editor: Surya Aditya