kaltimkece.id Borneo Etnika Kaltim bakal menyuguhkan pagelaran akbar. Dihelat Sabtu, 23 November 2019 pukul 19.00 Wita. Bertempat di Gedung Rizanie Asnawie Taman Budaya Kaltim. Acara bertajuk "Kembali ke Bumi".
Pentas Tunggal Borneo Etnika Kaltim tersebut dapat disaksikan masyarakat luas. Saat ini persiapan tengah berlangsung. Disebut-sebut sebagai salah satu mahakarya Borneo Etnika Kaltim.
Dayang Eria Erlika, bagian humas dan publikasi Borneo Etnika Kaltim, mengatakan bahwa ajang tersebut tiap tahun rutin digelar. Salah satunya sebagai peringatan hari jadi Borneo Etnika Kaltim. Gelaran spesial tahun ini didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Borneo Etnika Kaltim awalnya sebuah sanggar tari. Didirikan 2008. Pada 2013 diubah menjadi yayasan. Dengan fokus seni yang lebih besar. Sekretariatnya di Jalan Kemakmuran, Gang KNPI, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai Pinang.
"Kembali ke Bumi" merupakan pagelaran tari kolaborasi. Antara teater, tari, dan puisi. Para penari terbagi dalam beberapa kelompok usia. Mulai SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Termasuk penari senior. Adapun yang termuda berusia tujuh tahun.
Ketua Harian Borneo Etnika Kaltim, Agus Setiaji, mengatakan bahwa berbagai komunitas seni di Kaltim hingga Kalimantan Utara bakal hadir. Beberapa bahkan turut berpartisipasi. Mulai anak asuh para pelatih Borneo Etnika Kaltim di sekolah-sekolah hingga para senior.
Tema "Kembali ke Bumi" merupakan keresahan tentang hilangnya budaya-budaya leluhur. Seperti makan bersama atau beseprah. Hingga rutinitas lainnya yang dilakukan bersama-sama. Seiring berjalannya waktu, era modernisasi membuat hal-hal itu terkikis. Anak muda makin individual.
Semakin canggihnya teknologi seperti smartphone maupun gawai lain, membuat anak-anak muda makin fokus diri sendiri. Jarang memikirkan kebersamaan.
"Melalui seni dalam gelaran pentas tunggal Borneo Etnika Kaltim bertema Kembali ke Bumi, kami mencoba menggugah anak-anak muda, bahwa ternyata pada zaman serba modern, budaya tetap menarik untuk dipadupadankan,” sebutnya.
“Dengan budaya kita bersama-sama kembali berkumpul. Saling bercerita, berbagi, untuk mengangkat akar-akar budaya yang ada," sambung Agus.
Tiga bulan persiapan telah dilakukan. Mengejar penampilan yang matang. Mulai proses pendanaan, pematangan konsep, pematangan garapan, hingga penyeleksian para penari.
Setelah tahap dilanjutkan dengan pemantapan kemampuan per individu. Juga olah rasa, pernapasan, vokal, dan fisik. Latihan setiap hari dilakukan di area Taman Budaya Kaltim. (*)
Editor: Bobby Lolowang