Pariwara
Perempuan, Kaum Muda, dan Pengelolaan Hutan

Para peserta diharapkan menjadi fasilitator bagi anggota di Kabupaten/Kota masing-masing. FOTO: ISTIMEWA.
Peserta juga dilatih agar terampil dalam menata batas area kelola perhutanan sosial di masing-masing wilayah kelola masyarakat.
Ditulis Oleh: PARIWARA
Selasa, 21 Maret 2023
kaltimkece.id Kawal Borneo Community Foundation (KBCF) bersama The Asia Foundation (TAF) Indonesia menyelenggarakan pelatihan pemetaan partisipatif. Untuk meningkatkan kapasitas Perempuan dan Generasi Muda (PGM) pengelola hutan, kelompok perhutanan sosial (KPS)/kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS), dan staf pendamping. Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menggunakan teknologi pemetaan, seperti Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain itu, juga dapat memetakan area kelola perhutanan sosial yang menunjang kebutuhan dokumen rencana kelola perhutanan sosial (RKPS).
Kegiatan tersebut dibuka pada Sabtu, 25 Februari 2023 dan diselenggarakan selama empat hari berturut-turut di Hotel Midtown, Samarinda. Kegiatan diikuti oleh 21 peserta yang terdiri dari 18 perempuan dan tiga laki-laki. Peserta berasal dari tiga desa dengan Kabupaten/Kota yang berbeda, yaitu lima orang dari Kelompok Tani HKm Sungai Wain Balikpapan; enam orang dari Kampung Intu Lingau, Kutai Barat; dan enam orang dari Desa Karangan Dalam, Kutai Timur.
Pada hari pertama, fasilitatornya adalah Ridwan dari The Asia Foundation (TAF) Indonesia. Ridwan memulai dengan mengidentifikasi sejauh mana peserta mengenal dan memahami tentang pemetaan partisipatif. Ia menjelaskan, pemetaan partisipatif berarti kontribusi dan peran aktif masyarakat dalam menata kawasan di tempat mereka tinggal. Artinya, ketika terdapat peta yang dihasilkan bukan dari masyarakat, berarti tidak dapat disebut pemetaan partisipatif. Karena prinsip dari pemetaan partisipatif adalah peta yang diproduksi langsung oleh masyarakat.
"Peserta juga dilatih agar terampil dalam menata batas area kelola perhutanan sosial di masing-masing wilayah kelola masyarakat," ucap Ridwan.
Peserta dikenalkan dengan beberapa alat pemetaan seperti receiver (GPS), Avenza Maps, dan software pengolah peta seperti QGIS. Selain itu, peserta juga dikenalkan dengan alur pembuatan peta dan contoh peta yang telah memuat informasi yang dibutuhkan. Untuk menunjang kemudahan pemahaman peserta.
Praktik pengambilan titik koordinat menggunakan receiver GPS. FOTO: ISTIMEWA.
Pada hari kedua, dilakukan praktik pengambilan titik koordinat di sekitar lokasi pelatihan menggunakan receiver GPS. Praktik ini bertujuan agar peserta terampil dalam menemukan titik koordinat serta mengambil titik di lokasi tersebut.
Pada hari ketiga, peserta diajak mengenal alat pemetaan lebih dalam dengan berlatih di Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (HPFU). Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Dengan modal titik yang telah disiapkan oleh fasilitator, seluruh peserta diminta menemukan titik, sekaligus membuat rute sesuai dengan arah yang telah ditentukan. Setelah itu, seluruh peserta memasuki area tersebut untuk berkeliling mencari titik yang nantinya akan membentuk sebuah area. Selain itu, peserta juga diminta untuk mengambil track/merekam jalur.
Kelompok pertama didampingi oleh Achmad Albar, selaku Manajer Data dan Pemetaan KBCF. Ia menyampaikan pemilihan lokasi praktik di HPFU dimaksudkan agar peserta mendapatkan gambaran ketika melakukan pemetaan area di kawasan hutan.
"Kami mengajak peserta tracking di HPFU agar peserta dapat mengenal lebih dalam, bagaimana praktik pemetaan area dilakukan. Seperti pengambilan titik, merekam jalur, dan mengukur area di kawasan hutan. Tujuannya agar kelompok perhutanan sosial, utamanya perempuan dan pemuda, dapat melakukannya secara mandiri setelah pelatihan ini," jelas Achmad Albar.
Kelompok kedua didampingi oleh Irmah Rusjal, selaku Program Officer PSPGM-KBCF. Irmah menjelaskan terkait aspek, bagaimana perempuan dapat berperan aktif dalam pengelolaan hutan. Seperti memetakan area, mengidentifikasi potensi, sekaligus memantau kawasan hutan.
"Kami mendorong keterlibatan mereka, mengingat pengelolaan hutan juga dekat dengan kontribusi perempuan. Mungkin selama ini perempuan tidak terlalu dilibatkan dalam pengelolaannya. Maka dari itu, pelatihan ini juga ditujukan untuk mendorong peran dan partisipasi perempuan dalam pengelolaan hutan," terangnya.
Hari terakhir, Margaretha Tri Wahyuningsih, selaku Program Officer TAF Indonesia, memfasilitasi diskusi rencana tindak lanjut pelatihan. Ia menyampaikan bahwa pelatihan ini harus memiliki dampak baik sehingga perlu disusun tindak lanjutnya di masing-masing wilayah.
"Peserta yang telah mengikuti pelatihan, diharapkan menjadi fasilitator untuk anggota lain di Kota/Kabupaten masing-masing yang belum berkesempatan mengikuti pelatihan," tutur Margaretha.
Mewakili peserta, Fitri dari KUPS Durian, Kampung Intu Lingau, Kutai Barat, mengucapkan terima kasih telah diberi kesempatan mengikuti pelatihan.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat. Awalnya saya tidak terlalu mengerti tentang kegiatan ini. Tapi setelah mengikuti pelatihan ini, saya jadi tahu bagaimana menggunakan alat pemetaan untuk mengukur batas area kelola kebun kita. Ini yang sudah kami sepakati dengan kelompok untuk menyampaikan hasil pelatihan ini ke teman-teman di Desa," tutup Fitri.(*)
Artikel Terkait
Kutai Kartanegara
Babak-Belur Jalan Dondang Dihantam Tambang
Pariwara Pemkab Kukar
BBM Subsidi untuk Petani dan Nelayan di Kukar
Pariwara Mahakam Ulu
Pejabat Melayani Rakyat dan Membina Staf
Pariwara Mahakam Ulu
Taat dan Sistematis Kelola Aset Daerah
Pariwara Mahakam Ulu