kaltimkece.id Periode Idul Fitri 1444 Hijriah PT PLN (Persero) mencatat pemakaian listrik tertinggi (beban puncak) kelistrikan nasional mengalami kenaikan di banding 2022. Kenaikan terjadi merata, terutama di daerah yang menjadi tujuan mudik dan destinasi wisata. Hal ini menjadi salah satu sinyal adanya pemerataan ekonomi di daerah.
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengatakan, beban puncak secara nasional pada periode Idul Fitri 1444 Hijriah mencapai 29,9 gigawatt (GW) dengan daya mampu pasok 44,5 GW.
"Pertumbuhan konsumsi listrik mencerminkan pemerataan aktivitas masyarakat. Tadinya terpusat di kota besar, sekarang tersebar ke daerah," ucap Darmawan.
Kenaikan terjadi merata, terutama di daerah yang menjadi tujuan mudik dan destinasi wisata. FOTO: ISTIMEWA.
Contohnya di Jawa Tengah, beban puncak pada periode Idul Fitri tahun ini naik enam persen menjadi 3.575 megawatt (MW) dibandingkan momen Idul Fitri tahun lalu. Begitu juga di Jawa Timur, tercatat beban puncak mencapai 4.698 MW. Tumbuh dua persen dibandingkan momen mudik tahun lalu.
Jawa Barat juga mengalami kenaikan beban puncak. Tercatat, beban puncak pada siang hari di Idul Fitri 2023 mencapai 4.172 MW. Jumlah itu naik 8,8 persen dibandingkan beban puncak listrik siang hari Idul Fitri tahun lalu.
Di Banten yang mayoritas kawasan industri mengalami kenaikan beban puncak 2,17 persen atau 42 MW dibandingkan tahun lalu. Meski industri banyak yang menghentikan kegiatan, namun berbagai aktivitas lain, seperti bandara dan pelabuhan mengalami kenaikan konsumsi listrik sehingga beban puncak pada Idul Fitri mengalami peningkatan.
Selain itu, ada Bali yang juga tercatat mengalami kenaikan beban puncak hingga 811 MW, naik 10 persen dibandingkan tahun lalu.
"Ini mengindikasikan bahwa ekonomi Bali tumbuh, pariwisata Bali mulai bergeliat, dan banyak masyarakat yang memanfaatkan libur lebaran tahun ini untuk berwisata ke Bali," urai Darmawan.
Bali juga tercatat mengalami kenaikan beban puncak yang mengindikasikan pariwisatanya mulai menggeliat. FOTO: ISTIMEWA.
Pertumbuhan serupa terjadi di sistem kelistrikan Sumatra pada malam Idul Fitri 1444 Hijriah. Beban puncaknya naik dari 5.863 MW menjadi 6.103 MW atau tumbuh 4,1 persen dibandingkan tahun lalu.
Pertumbuhan merata terjadi pada beban puncak sistem kelistrikan Sulawesi di malam Idul Fitri 1444 Hijriah. Di Sulawesi bagian Selatan, beban puncak naik dari 1.327 MW menjadi 1.372 MW atau tumbuh 1,03 persen. Sulawesi Utara dan Gorontalo dari beban puncak 365 MW menjadi 367 MW atau tumbuh satu persen. Serta Baubau dari 33 MW menjadi 37 MW atau tumbuh 1,1 persen.
Sedangkan di Kalimantan pada tahun 2022 tercatat beban puncak saat hari lebaran sebesar 1.088 MW. Namun pada tahun ini, tumbuh menjadi 1.150 MW. Begitu pula di wilayah interkoneksi Katulistiwa, tercatat beban puncak meningkat dari 340,5 MW menjadi 351,65 MW.
Di Nusa Tenggara Barat, kenaikan konsumsi listrik pada momen Idul Fitri 1444 Hijriah pada beban puncak malam mencapai 267,8 MW. Beban puncak tersebut naik 5,85 persen. Sedangkan untuk sistem Nusa Tenggara Timur, beban puncak mencapai 93,7 MW dan sistem Flores dengan beban puncak sebesar 76,18 MW. Beban puncak di Maluku juga tumbuh sebesar 53,91 MW.
Bahkan hingga ujung timur Indonesia, beban puncak di Papua tumbuh 4 persen saat perayaan Idul Fitri 1444 Hijriah dengan daya mencapai 436,45 MW.
Dilakukan monitoring secara berkelanjutan. FOTO: ISTIMEWA.
Kondisi peningkatan konsumsi listrik yang merata di daerah diprediksi akan terjadi hingga H+4 Idul Fitri 1444 Hijriah. Darmawan mengatakan, setelah arus balik mulai terjadi, maka diprediksi pertumbuhan konsumsi listrik di kota besar akan kembali naik seiring dengan kembalinya aktivitas masyarakat bekerja di perkotaan.
"Kami akan tetap melakukan monitoring secara kontinu dan melakukan penyeimbangan antara pasokan dengan demand, sehingga pasokan listrik tetap terjaga dengan stabil," jelas Darmawan.
Darmawan menjelaskan, selama periode siaga, secara nasional kondisi kelistrikan aman dan andal memenuhi kebutuhan masyarakat. PLN menyiagakan sebanyak 82 ribu personel yang standby 24 jam menjaga keandalan pasokan listrik. Tersebar di lebih dari 2.000 posko siaga di seluruh Indonesia, PLN siap melayani serta membantu masyarakat.
PLN juga hadir di setiap titik kegiatan prioritas masyarakat. Seperti tempat ibadah, pelabuhan, bandara, stasiun, terminal, rumah sakit, dan titik vital lainnya. Para personel dibekali dengan peralatan dan armada pendukung. Berupa 1.500 unit genset, 560 unit UPS (Uninterruptible Power Supply), 925 UGB (Unit Gardu Bergerak), 16 trafo mobile, 260 crane, 3.300 mobil, 3.400 motor, dan peralatan lainnya.(*)