kaltimkece.id Upaya Pemkab Kutai Kartanegara menarik minat kawula muda ke sektor pertanian mulai terlihat. Di Kecamatan Sebulu, petani-petani muda bermunculan. Menurut Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar mengatakan, ada petani berusia 30 tahun yang sudah mengelola 5 hektare sawah.
Pelaksana Tugas Bupati Kutai Kartanegara, Chairil Anwar menjelaskan upaya pemkab mendorong regenerasi petani. Pemkab telah mengambil kebijakan mekanisasi pertanian. Sudah saatnya tenaga manusia dalam mengelola lahan-lahan pertanian mulai dikurangi dan digantikan dengan teknologi. Kebijakan tersebut penting agar para generasi muda siap terjun ke lapangan.
“Mekanisasi dalam mengolah lahan pertanian menjadi fokus pemerintah. Jadi, mereka yang muda-muda, ketika lulus (dari sekolah-sekolah pertanian), siap mengolah lahan tidur,” terang Chairil.
Plt Bupati juga berharap, program Distanak Kukar meregenerasi petani menjadi pioner untuk mewujudkan ketahanan pangan. Chairil mengingatkan agar pelatihan yang sudah sedemikian banyak benar-benar berguna dan diterapkan di daerah masing-masing.
“Jadi harus back to basic ke desa-desa,” kata Chairil Anwar.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar, Sutikno, mengatakan bahwa regenerasi petani sedang dijalankan. “Menurut catatan kami, ada 2.400 kelompok tani dan 172 kelompok wanita tani di 18 kecamatan atau 193 desa dan 44 kelurahan di Kukar. Namun demikian, petani dari anggota kelompok tersebut didominasi usia tua, rata-rata 40 tahun ke atas,” demikian Sutikno.
Menurutnya, minat generasi milenial di sektor pertanian sangat minim. Di samping anggapan bahwa sektor pertanian tidak banyak menghasilkan uang, status sosial petani masih dipandang rendah. Kaum muda pun kehilangan gairah untuk bertani. Tanpa upaya bersama-sama, situasi tersebut dapat berimplikasi kurang baik terhadap target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045.
“Perlu ditekankan bahwa melibatkan generasi muda adalah kuncinya. Solusi untuk menarik generasi muda agar terlibat dalam bisnis pertanian adalah dengan memperkenalkan pertanian modern,” terang Sutikno.
Menurut salinan Badan Pusat Statistik Kaltim, ada 68.384 petani di sepenjuru Kukar. Sebanyak 6.432 orang (9 persen) berusia lebih dari 65 tahun, lalu 12.736 orang (18,6 persen) berusia 55-64 tahun, dan 20.650 orang (30,2 persen) berusia 45-54 tahun. Itu berarti, sebesar 57,8 persen petani Kukar berumur di atas 44 tahun.
Kelompok umur petani di Kukar selanjutnya adalah 19.879 orang (29 persen) berusia 35-44 tahun dan 8.158 orang (11,9 persen) berusia 25-34 tahun. Yang patut menjadi perhatian adalah hanya 529 orang (0,77 persen) petani Kukar yang berusia di bawah 25 tahun. Dari gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa petani Kukar didominasi kelompok berusia tua. Di sisi lain, sangat sedikit ditemukan petani muda yang berusia di bawah 25 tahun.
Menurutnya, minat generasi milenial di sektor pertanian sangat minim. Di samping anggapan bahwa sektor pertanian tidak banyak menghasilkan uang, status sosial petani masih dipandang rendah. Kaum muda pun kehilangan gairah untuk bertani. Tanpa upaya bersama-sama, situasi tersebut dapat berimplikasi kurang baik terhadap target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045. (*)