kaltimkece.id Saban hari Aditya Karisma Algani yang akrab di sapa Algan, memilah dan memilih bibit porang di pekarangan rumahnya yang berlokasi di Jalan Mangkurawang, Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar). Setiap hari bibit porang seukuran bola kasti tersebut dijual kepada petani.
Setiap bulan Algani mendatangkan satu ton porang dari pulau jawa. Dan beberapa kilogram disisihkan untuk lahan pertaniannya sendiri. Sehari-hari, Algani juga mengelola lahan porang seluas 1 hektare di Kelurahan Mangkurawang. "Kalau dijual harga bibit Katak Rp 250 ribu, kurang lebih, sebanyak 50 buah," ungkap, Algani kepada kaltimkece.id pada Rabu, 7 Juli 2021.
Kegiatan tersebut dilakukan sejak 2018. Sejak itu juga komoditas tersebut diperkenalkan kepada seluruh petani di penjuru Kukar. Apalagi tanaman tersebut bisa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan alat kecantikan, obat-obatan, dan bermacam olahan makanan di luar negeri.
"Saat ini sedikit demi sedikit banyak petani yang mulai tertarik dan bergabung menanam porang," sebutnya.
Dihitungnya ada 70 petani telah membudidayakan tanaman bernama latin Amorphophallus mueller tersebut di Kukar. Apalagi karakter porang termasuk tamanan liar sehingga pembudidayaannya sangat mudah lantaran tidak memerlukan banyak pupuk. Durasi tanamnya juga hanya enam bulan.
Dari 1 kilogram porang basah bisa dibeli dari petani seharga Rp 7.500. Selanjutnya, bila terjual ke pabrik dan telah melalui proses pengeringan dan diolah menjadi keripik, harga hingga Rp 60 ribu per kilogram.
Dari satu hektare lahan ditanami 35-40 ribu bibit porang, saat panen menghasilkan 70 ton yang bila dijual harganya Rp 500-700 juta.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar, Sya'rani, menjelaskan bahwa saat ini penggiat pertanian di sejumlah kecamatan sudah memulai menanam porang. Kegiatan pertanian tersebut dilakukan petani karena mengikuti tren pertanian nasional.
“Rata-rata pembelinya adalah pasar luar negeri. Porang diminati pasar ekspor khususnya Jepang dan beberapa negara lainnya," tuturnya.
Meski demikian, usaha yang satu ini masih terkendala dengan pengadaan bibit. Belum lagi pasar luar negeri mengharuskan porang memiliki sertifikasi benih unggulan yang sesuai permintaan pasar ekspor.
"Kalau pemerintah yang mengadakan bibit nanti, harus memiliki sertifikat," jelasnya.
Dirinya pun optimistis pertanian Kukar ke depan bisa mendapatkan bibit sesuai standar dan sesuai permintaan pasar internasional. Tujuan utamanya meningkatkan kualitas dan menjaga pangsa pasar.
Sampai saat ini, setidaknya ada 70 petani menanam porang yang tersebar di 18 Kecamatan Kukar. Dikelola di atas lahan seluas 20 hektare. "Sekarang tanaman porang sangat menjanjikan bagi Kukar," tandasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kukar, Abdul Rasid, juga menyadari prosepek tanaman tersebut sangat menjanjikan. Dia berharap potensi tersebut ke depan terus disosialisasikan. Dinas Pertanian Kukar juga perlu berperan langsung dengan memberi pelatihan kepada petani.
"Supaya Kukar mampu menghasilkan porang lebih maksimal," jelas, Abdul Rasid.
Pemkab Kukar didorong dapat memanfaatkan usaha tani tersebut secara maksimal. Dengan mengontrol kegiatan dan pemanfaatan usaha petani tersebut. Juga, menjaga pasar dan agar tidak mengalami kerugian pada kemudian hari. (*)
Editor: Bobby Lolowang