kaltimkece.id Namanya Qanitah Adam. Remaja kelahiran Balikpapan, 23 Maret 2008, itu berhasil memperoleh sebuah peran dalam film layar lebar. Judulnya, Pulang Tak Harus Rumah yang tayang perdana pada 15 Januari 2024 di bioskop. Siswi SMA 1 Balikpapan itu bisa tampil di depan kamera setelah lolos audisi yang diikuti ratusan remaja.
"Waktu itu, saya melihat pendaftaran audisi casting untuk film Pulang Tak Harus Rumah. Dari situlah, saya ikut. Alhamdulillah terpilih," tutur Qanitah ketika dihubungi kaltimkece.id, Sabtu, 13 Januari 2024.
Qanitah adalah anak ketiga dari Muhammad Adam, anggota legislatif DPRD Kaltim 2019-2024. Gadis 16 tahun ini hobinya bermain golf, biliar, dan berenang. Ia merupakan alumnus SD 001 Balikpapan dan SMP 1 Balikpapan.
Bakatnya di dunia seni terlihat sejak kecil. Ia mahir bermain biola dan sering tampil dalam pentas musik di Balikpapan. Selain itu, Qanitah mendalami fashion di Kimmy Jayanti Modelling School di Jakarta. Ia sudah sering tampil dalam berbagai perlombaan fashion, balet, hingga dansa.
Qanitah pernah mendapat penghargaan internasional untuk balet dan dansa di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia juga dinobatkan menjadi Putri Remaja Kaltim 2021 hingga masuk sepuluh besar Putri Remaja Indonesia 2021 tingkat nasional mewakili Kaltim.
Bakat seni itulah yang menumbuhkan keinginan Qanitah bermain film. Ia mengaku, sudah berlatih akting secara autodidak sejak kecil. Dalam debutnya di film layar lebar garapan Dinamika Lestari (DL) Entertainment, Qanitah berperan sebagai gadis desa dari keluarga Uleng. Ia pun beradu akting dengan para aktris nasional.
"Senang dan tidak menyangka bisa terpilih menjadi salah satu pemain film," sambungnya.
Dalam film itu, Qanitah adalah gadis desa dan sangat kepo (ingin tahu). Ia kemudian bertemu dengan Jeihan selaku karakter utama. Perbedaan latar belakang antara Qanita dan Jeihan memicu konflik kecil. Konflik itu mengubah sudut pandang Jeihan tentang kehidupan di desa yang lebih mementingkan interaksi sosial ketimbang kebergantungan terhadap gawai.
Qanitah menyampaikan pesan moral yang ingin dibawa dalam film karya anak muda Sulawesi Selatan itu. Mulai pola asuh anak, pentingnya berinteraksi sosial, dan mengutamakan bersosialisasi tanpa gadget.
"Banyak pesan moral terutama kaum milenial yang tidak dapat dipisahkan dari kemajuan teknologi," ucapnya.
Lalu, bagaimana Qanitah mengatur waktu antara kesibukan dan tugasnya sebagai seorang pelajar? Qanitah menegaskan bahwa sekolah adalah prioritas utama. Ia memang harus pintar-pintar membagi waktu.
Ia juga berpesan kepada generasi Z untuk bersiap diri menyambut persaingan global. Lagi pula, Ibu Kota Negara Nusantara segera hadir di Kaltim. Generasi muda dari Bumi Mulawarman harus mengasah kompetensi agar memiliki daya saing sehingga tidak menjadi penonton belaka.
"Tetap semangat. Apabila gagal, jangan patah arang karena kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda," pesannya. (*)