kaltimkece.id Kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kutai Kartanegara mengalami peningkatan. Dinas Kesehatan Kukar mencatat, sepanjang 2022 ini, kasus DBD mencapai 210 kasus. Tenggarong Seberang menjadi kecamatan yang memiliki kasus DBD terbanyak yakni 51 kasus. Adapun pada 2021, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, jumlah kasus DBD di Kukar tercatat 186 kasus.
Kepada kaltimkece.id, Sabtu, 2 Juli 2022, Kepala Puskesmas Tenggarong Seberang, Suratno, tak menampik data tersebut. Ia menyebutkan dua penyebab utama masalah ini terjadi. Pertama, masih minimnya kesadaran masyarakat soal kebersihan lingkungan. Kedua, penduduk tinggal dekat perairan. Perairan merupakan tempat berkembang biaknya nyamuk DBD.
“Tenggarong Seberang dekat dengan Sungai Mahakam dan rawa,” jelasnya. Meski demikian, Suratno memberikan catatan bahwa kasus DBD bersifat fluktuatif. Peningkatan kasus DBD biasanya hanya terjadi saat intensitas hujan sedang tinggi-tingginya. Anak-anak berusia 5-15 tahun disebut yang paling rentan terjangkit penyakit ini.
_____________________________________________________PARIWARA
Puskesmas Tenggarong Seberang punya sejumlah program mengentaskan DBD. Satu di antaranya rutin melakukan fogging, terutama di RT 4 dan RT 5 Desa Loa Ulung, Tenggarong Seberang. Selain itu, gencar menyosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan kepada masyarakat. Suratno mengimbau kepada masyarakat agar sering-sering membersihkan penampungan air. “Karena nyamuk biasanya hidup di genangan air bersih,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kukar, Sri Suharti, menyebutkan, dari 210 pasien DBD pada tahun ini, satu orang di antaranya meninggal dunia. Ia pun sependapat dengan Suratno bahwa curah hujan yang tinggi menjadi penyebab utama meningkatnya kasus demam berdarah. Daerah yang berair menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk DBD.
Sri Suharti menjelaskan bahwa demam berdarah disebabkan oleh nyamuk jenis Aedes aegypti. Nyamuk ini hidup di lingkungan yang kotor. “Selama masyarakat abai kebersihan, maka DBD akan tetap ada,” jelasnya.
Akan tetapi, dia mengingatkan agar masyarakat tidak hanya fokus membersihkan lingkungan yang kotor. Mengingat, nyamuk juga hidup di penampungan air bersih. Ini terjadi karena nyamuk demam berdarah kerap bermutasi. Bahkan, nyamuk disebut mampu bertahan hidup 4-5 bulan tanpa air.
“Dia seperti mati suri. Kalau penampung air kembali terisi air, dia akan hidup lagi. Jadi, kita harus sikat dinding penampung airnya,” seru Sri Suharti. Ia pun menyarankan agar masyarakat selalu menutup tempat penampungan air.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Dinas Kesehatan Kukar juga rutin menyosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan agar lingkungan bebas DBD. Di sisi lain, Sri Suharti meminta masyarakat tidak lagi melaksanakan pengasapan untuk memberantas nyamuk. “Fogging itu tidak disarankan lagi karena efek negatifnya lebih banyak dibandingkan manfaat,” katanya tanpa menyebutkan efek negatif dari fogging. (*)
Editor: Surya Aditya