kaltimkece.id Udara dingin masih menyelimuti Hunan, sebuah provinsi di tenggara Tiongkok, ketika Tahun Baru Imlek sebentar lagi tiba. Seorang warga setempat, sebut saja Mr X, bersiap-siap mudik. Demi berkumpul bersama keluarga, ia telah memesan bus jarak jauh. Namun ada sesuatu yang Mr X tidak sadari. Dia telah terinfeksi virus SARS-Cov-2.
Rabu, 22 Januari 2020, Mr X duduk di baris kedua dari belakang. Bus yang ia tumpangi punya 48 kursi dan semua terisi penuh. Bus ini berpendingin ruangan. Semua jendelanya tertutup. Seluruh penumpang saat itu tidak mengenakan masker. Pemerintah Tiongkok, pada tanggal tersebut, memang belum menetapkan keadaan darurat wabah Covid-19.
Sepanjang empat jam perjalanan darat yang menyenangkan itu, Mr X tidak berinteraksi dengan penumpang yang lain. Bus kemudian berhenti di kota berikutnya. Penumpang bergantian turun dan naik. Di sini, tujuh penumpang diketahui telah terinfeksi Covid-19.
Posisi ketujuh penumpang yang terinfeksi di dalam bus itu acak. Dua orang duduk di kursi paling belakang bus atau satu deret di belakang Mr X. Seorang penumpang yang lain ada di satu deret depan Mr X namun di jejeran yang berbeda (terpisah oleh lorong bus).
Dua penumpang lain yang terinfeksi berada di deret keempat dan kelima di depan Mr X. Yang terjauh adalah tiga penumpang yang jauhnya enam dan tujuh deret kursi dari Mr X. Jarak tempat duduk Mr X ke penumpang terjauh ini mencapai 4,5 meter.
Ketika sampai di kota tujuan, Mr X turun dari bus dan berganti angkutan umum. Namun demikian, penyebaran virus di dalam bus belum juga berhenti. Ketika rombongan yang lain naik bus, sekitar 30 menit kemudian, seorang penumpang di barisan depan di sisi lain lorong ikut terinfeksi.
Sementara itu, Mr X sudah melanjutkan perjalanan dengan minibus. Ia duduk di dalam kendaraan sejam lamanya. Virus SARS-Cov-2 yang dibawa akhirnya menginfeksi dua penumpang. Seorang di antara yang terinfeksi duduk sejauh 4,5 meter. Dengan demikian, dalam keseluruhan perjalanan sepanjang empat jam itu, Mr X telah menginfeksi 13 orang.
Temuan ini diperoleh Tim Epidemi Pemerintah Tiongkok setelah mempelajari rekaman kamera pengawas di dalam bus dan minibus. Rekaman ini kemudian dicocokkan dengan data kesehatan para penumpang. Kebijakan Tiongkok yang mewajibkan kamera pengawas dipasang di seluruh bus jarak jauh memberikan bukti berharga bagi para ilmuwan. Mereka merekonstruksi penyebaran virus di dalam bus, yang jendelanya semua tertutup.
Penjelasan dari Reka Adegan
Hu Shixiong adalah peneliti utama di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Hunan, Tiongkok, yang ikut dalam rekonstruksi. Ada dua temuan penting dari penelitian ini. Pertama, virus mampu menyebar 4,5 meter, lebih jauh dari jarak aman yang selama ini diyakini yakni 1-2 meter. Kedua, virus mampu hidup di ruangan berpendingin udara selama 30 menit bahkan ketika orang yang terinfeksi sudah pergi.
Menurut Hu, penularan ini kemungkinan karena penumpang yang lain menghirup aerosol atau partikel kecil yang diembuskan Mr X. Aerosol adalah partikel berbobot ringan yang terbentuk dari tetesan kecil cairan tubuh.
“Alasan yang memungkinkan adalah di ruang yang sepenuhnya tertutup, aliran udara didorong oleh udara panas yang dihasilkan pendingin ruangan. Munculnya udara panas ini mengangkut droplet yang sarat virus ke jarak yang lebih jauh," tulis Hu dalam makalahnya (Coronavirus can travel twice as far as official ‘safe distance’ and stay in air for 30 minutes, Chinese study finds, artikel South China Morning Post, 2020).
Selama ini diyakini bahwa penularan Covid-19 ke udara amat terbatas. Tetesan (droplet) kecil dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi cepat jatuh ke benda-benda di sekitarnya. Namun berdasarkan rekonstruksi ini, kemampuan virus untuk "terbang" di udara semakin jauh. Hal itu terjadi ketika virus menyebar di lingkungan yang tertutup dan berpendingin ruangan.
Patut dicatat, belum ada penelitian lanjutan mengenai jenis pendingin udara yang dimaksud mengingat ada begitu banyak jenis perkakas tersebut. Belum tentu, pendingin di bus ini sama seperti pendingin ruangan kebanyakan. Bisa pula, yang dimaksud dalam jurnal ini, adalah pengatur suhu kendaraan yang disetel dalam mode hangat mengingat cuaca di Tiongkok saat itu sedang dingin.
Ketahanan virus untuk hidup saat menempel di benda mati sangat bergantung jenis permukaan benda tersebut. Di suhu sekitar 37 derajat Celcius, virus mampu bertahan dua hingga tiga hari di kaca, kain, logam, plastik, atau kertas. Para ilmuwan juga memperingatkan, SARS-Cov-2 mampu bertahan lebih dari lima hari dalam kotoran manusia atau cairan tubuh. Mencuci tangan dan mengenakan masker di tempat umum sangat dianjurkan untuk mencegah penularan.
Meskipun rekonstruksi ini cukup bisa dipercaya, seorang dokter di Beijing menilai, penelitian tersebut meninggalkan teka-teki. Pertanyaan paling penting adalah bagaimana bisa empat orang yang bersebelahan maupun di depan dan belakang Mr X justru tidak terinfeksi? Padahal, keempat penumpang ini justru yang paling dekat dengan pembawa virus.
"Pengetahuan kami tentang penularan virus ini masih terbatas," terang Hu menjawab pertanyaan tersebut. (*)
Ikuti berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: