kaltimkece.id Seiring merebaknya virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19, hoaks mengenai penyakit pandemik itu bersemai bak cendawan di musim hujan. Kabar-kabar yang keliru pun menyebar cepat.
Misinformasi dan disinformasi itu, berikut penjelasannya, telah disiarkan laman resmi organisasi kesehatan dunia, WHO. Beberapa kabar sumir yang lain juga diperjelas Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dari Departemen Kesehatan Amerika Serikat. Akun Twitter @afrkml telah merangkumnya dan disadur ulang kaltimkece.id untuk menjadi pemahaman bersama.
Hoaks yang pertama adalah virus SARS-Cov-2 mati karena suhu panas. Pernyataan ini keliru karena virus corona terbukti sudah menyebar di negara tropis seperti Indonesia dan Malaysia. Virus ini juga menyerang negara dengan cuaca bersuhu tinggi di Afrika dan Timur Tengah.
Kedua, mandi air hangat bisa mencegah tertular virus corona. Hal ini tidak benar karena manusia adalah mamalia, makhluk berdarah panas. Berapapun suhu di luar, tubuh tetap menjaganya normal antara 36,5-37 derajat Celcius.
Kabar ketiga adalah minum air panas ditambah berkumur air garam dan cuka dapat membunuh virus yang menempel di tenggorokan pada empat hari fase awal. Air tidak bisa membunuh virus yang sudah terlanjur masuk ke tubuh. Sementara garam dikenal sebagai anti-bakteri namun tidak dengan virus corona. Jika cara menghidarinya sesederhana itu, virus corona tidak mungkin berstatus pandemi seperti sekarang.
Sering minum air dapat membuat virus masuk ke saluran pencernaan dan mati karena asam di lambung. Inilah kabar keliru berikutnya. Penjelasan persis dengan keterangan terdahulu. Air tidak membunuh virus.
Selanjutnya, hand dryers dan blower (pengering tangan yang biasanya disediakan di wastafel umum) dapat membunuh virus. Faktanya, angin dari pengering tangan ini justru membuat virus yang menempel di kulit tersebar dan menempel di banyak benda.
Kekeliruan persepsi yang lain adalah thermal scaner bisa mendeteksi virus corona. Penjelasan yang benar adalah alat pemindai ini hanya mengukur suhu tubuh. Orang yang demam sehingga suhu tubuhnya tinggi kemungkinan besar karena terinfeksi virus atau bakteri. Namun demikian, belum tentu terinfeksi virus corona.
Lalu, benarkah menyemprot alkohol dapat membunuh virus? Jawabannya belum tentu. Virus yang sudah masuk ke tubuh tidak mati karena alkohol. Virus ini akan hilang jika sudah ditemukan antivirusnya (bukan antibiotik). Meminum alkohol dengan alasan yang sama hanya memperburuk kekuatan tubuh.
Ada orang yang sembuh dari Covid-19 karena mengonsumsi obat tertentu. Pernyataan ini tidak benar sama sekali. Sampai hari ini, belum ada vaksin maupun antivirus SARS-Cov-2. Orang yang berhasil sembuh kebanyakan karena sistem kekebalan tubuhnya baik ditambah penanganan medis yang tepat.
Mengonsumsi bawang putih, jahe, temulawak, dan rempah-rempah yang lain bisa mencegah corona. Faktanya, belum ada bukti ilmiah bahan-bahan tersebut mampu menangkal seseorang terjangkit corona. Salah tiga langkah yang efektif mencegah penyebaran virus adalah mengurangi bertemu dengan banyak orang, memakai masker, dan selalu mencuci tangan dengan sabun.
Hand-sanitizer tidak membantu melawan coronavirus. Faktanya, apapun bentuknya, sepanjang berbasis alkohol 60-70 persen, cairan ini dapat mencegah penularan virus. Sama halnya dengan sabun. Alkohol dan sabun mampu membersihkan virus yang menempel di kulit manusia.
Kabar selanjutnya adalah paket dari Tiongkok bisa menularkan virus. Tidak sepenuhnya benar. Apapun barangnya, memegang wajah tanpa mencuci tangan setelah memegang sesuatu, bisa menjadi mediuma penularan. Uang kertas yang sering berpindah tangan justru jauh lebih berpotensi menyebarkan virus ini. Yang jelas, tidak ada hubungan sama sekali antara lokasi asal pengiriman barang dengan penularan virus.
Kemampuan menahan napas selama 10 detik adalah bukti tidak terinfeksi virus corona. Pernyataan ini keliru belaka. Diagnosis infeksi di paru-paru ditegakkan hanya melalui metode penyinaran. Sementara Covid-19 ditentukan melalui alat tes khusus. (*)