kaltimkece.id Industri musik di Kaltim memang tak sebesar kota-kota di Pulau Jawa. Namun geliatnya mulai terasa. Grup-grup musik Bumi Etam satu per satu menunjukkan prestasi.
Dua tahun berturut-turut band asal Samarinda berhasil menembus PlanetRox Indonesia Finalist. PlanetRox adalah audisi pencarian grup musik. Pemenang audisi tersebut akan diterbangkan Quebec, Kanada, untuk tampil di Envol et Macadam, sebuah festival musik tahunan di Quebec. PlanetRox dilaksanakan di berbagai negara untuk mencari satu band yang mewakili negaranya manggung di Envol et Macadam.
Pada 2018, Murphy Radio, band beraliran math rock asal Samarinda terbang ke Kanada setelah dinobatkan menjadi jawara PlanetRox Indonesia. Nah, pada 2019, Visual of Illusion Dream atau disingkat VOID, band beraliran grunge asal Samarinda, menjadi finalis PlanetRox Indonesia.
VOID akan bersaing bersama empat finalis lain untuk memperebutkan kesempatan menjadi line up di Envol et Macadam. Band yang terdiri Randi (vokal & gitar), Yaswin (vokal & gitar), Delly (bass), dan Chandra (drum), itu akan ke Jakarta pada Jumat, 28 Juni 2019.
Disebutkan Randi, pada 2018 VOID juga mengirim dua lagu mereka ke PlanetRox Indonesia. "Yah, tapi belum rezekinya VOID karena Murphy Radio yang terpilih," ujarnya dalam sebuah diskusi bertajuk Flight to Fight for Final Audition PlanetRox 2019 di Kafe Satu Kata.
Dalam sistem audisi awal PlanetRox Indonesia, tiap peserta mengirim karyanya ke ajang tersebut. Dari band seluruh Indonesia yang mengirim karya akan dipilih lima finalis untuk bersaing di ajang final. Pada 2019 VOID kembali mencoba peruntungan. Apalagi, terang Randi, VOID sudah diperkuat Yaswin. "Ya 'kan awalnya personel VOID tiga orang, pada akhir 2018 kami menambah 'otak'," terangnya.
Materi baru yang sudah rapi jali pun dikirim ke PlanetRox. Kemudian VOID ditetapkan sebagai finalis. Pernah gagal tahun lalu, VOID merasa nothing to lose. Tapi ada pikiran optimis dari keempatnya. Dalam karya yang dikirim untuk PlanetRox Indonesia 2019, VOID memasukkan unsur baru. Tentu lantaran tambahan pasokan tenaga dari Yaswin.
Randi menyebut, VOID yang awalnya grunge mentok seperti Nirvana dan Sonic Youth, menjadi lebih melodius. Ada tambahan nuansa punk rock dan post punk era 1970 hingga 1990-an. Nuansa itu dihadirkan dalam single Please Don't Leave Me Like This.
Perjuangan ke Jakarta
Sebagai band daerah dengan keterbatasan sumber daya, VOID menghadapi beberapa kendala. Ya, meski namanya finalis, peserta audisi final harus menanggung sendiri biaya perjalanan dan akomodasi selama di Jakarta. "Masalahnya, meski optimis lolos, kami enggak berpikir kalau benar-benar menjadi finalis," ujar Yaswin.
Dana menjadi kendala. Mau tidak mau, VOID mesti berjibaku dari panggung ke panggung. Beruntung, Aldy Yamin, gitaris Murphy Radio, bersedia menjadi manajer. Kolaborasi berbagai pihak pun dilakukan. Salah satunya penjualan merchandise. Bahkan, VOID bisa disebut lebih beruntung dibanding Murphy Radio. Sebab, mendapat sokongan dari Pemkot Samarinda. "Meski belum menutup semua biaya," ucap Yaswin.
Keputusan mendapat sokongan dana dari pemkot, menurut Yaswin, sempat menjadi perdebatan. Karena menyandang label band indie, bagi sebagian orang agak haram bila menerima bantuan dari pemerintah. "Sempat ada pemikiran, tapi kami mesti realistis. Dari karya kami tetap idealis. Jaringan kami harus tetap luas," terang Yaswin.
Sebagai manajer, Aldy Yamin menyebut kolaborasi bisa dilakukan dengan pihak mana saja. "Selama enggak mengintervensi karya," terangnya.
Karena pernah mengikuti ajang yang sama, Aldy sedikit banyak memberikan tips and trik selama di ajang audisi. "PalnetRox enggak cuma mencari band bagus dari segi karya. Tapi juga dari sisi mental," ucapnya. Aldy membocorkan, proses penjurian terdiri 75 persen penilaian juri dan 25 persen voting penonton. Salah satu pengalamannya, saat tampil beberapa alat musik tiba-tiba mati. Nah, di situ mental pemusik digembleng. Bagaimana si pemusik mengatasi masalah di atas panggung. "Dan hal itu sih enggak jadi masalah. Karena manggung di Samarinda sering kok alat mati. Malah heran kalau manggung enggak ada trouble," selorohnya. (*)
Editor: Bobby Lolowang