Sosok
Aldisa, Si Bondan Winarno Samarinda

Aldisa Fadlillah bisa mewujudkan cita-cita sejak kecil untuk terus jalan-jalan dan makan-makan. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID
Aldisa Fadlillah meraup beragam hasil dari media sosial. Bagaimana cerita pengeloa akun @smrfoodies meniti sukses?
Ditulis Oleh: Muhammad Al Fatih
Selasa, 14 Februari 2023
kaltimkece.id Media sosial jadi ladang menjanjikan buat Aldisa Fadlillah. Berawal dari iseng, penghobi makan itu kini punya banyak pengikut pada platform Instagram. Tak hanya makan gratis, aktivitasnya ini menghadirkan banyak rupiah.
“Cekrek.” Aldisa mengambil foto makanan yang terhidang di depannya. Segera setelah selesai menandaskan makanan, lelaki lulusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Mulawarman itu kembali fokus pada ponselnya. Foto terbaik, menyusul narasi singkat, segera diunggah ke akun Instagramnya, @smrfoodies.
Akun yang sedari awal dikelola bersama rekannya, Winda ini, memuat banyak informasi kuliner. Khususnya sajian unik yang memiliki cita rasa khas yang ada di Samarinda.
“Saat itu tahun 2015,” sebutnya. Aldisa menuturkan kisah awal mula bergelut dengan informasi kuliner. Mula-mula hanya iseng. Tentang kuliner Samarinda, juga beragam informasi lain, Aldisa pernah menuangkannya melalui blog. Sadar platform ini tidak lagi menarik banyak pengunjung, Instagram pun dipilih untuk mengarsipkan kegiatan yang digandrunginya; jajan.
Akun milik Aldisa dan Winda ini ternyata ramai peminat. Berjalan tiga bulan, pengikut sudah mencapai seribu. Momentum ini membuat keduanya semakin bersemangat, berkeliling Samarinda dan membuat konten baru.
Meningkatnya pengikut, ternyata berimbas pada permintaan endorsement. Banyak warung, atau restoran yang menghubunginya untuk menjajal sajian yang dijual. Aldisa dan Winda ternyata cukup konsisten, bahkan jika ada sajian yang dianggap tidak enak dan kurang layak ditayangkan, keduanya tidak bersedia mengunggah ke akun mereka. Prinsip yang sampai saat ini tetap dipertahankan.
“Ini untuk menjaga kualitas konten. Karena kami bertanggung jawab atas informasi yang kami buat,” lanjutnya.
Memegang prinsip yang kuat, dan terkesan pilih-pilih, ternyata tak berimbas pada menurunnya permintaan endorsement. Aldisa justru sering kewalahan. Sehari bisa sampai lima tempat yang harus didatangi. Tentu, semuanya menyajikan makanan yang harus dicicipi. Praktis, postur tubuhnya pun meningkat drastis. “Pernah (sampai) 95 kilogram,” sebutnya.
Tak ingin mengidap obesitas, Aldisa pun segera memperbaiki pola kerja. Tawaran endorsement harus bisa dikurangi. Juga, dengan rutin berolahraga. Saat waktu sela, bahkan setiap hari, Aldisa menyempatkan diri mengeluarkan keringat di pusat kebugaran. Kini postur tubuhnya sudah kembali ideal. Penurunan berat badan mencapai 20 kilogram.
Aldisa mengatakan, tidak semua postingan merupakan endorsement. Komposisinya hanya sepertiga dari total postingan. Ia juga menyatakan bahwa ada proses seleksi ketat dalam penerimaan endorsement.
“Kalau tidak enak, tidak akan dimuat,” tegasnya. Ia berpendapat antara endorsement dan postingan reguler memang harus seimbang. Kalau tidak itu akan merusak kualitas konten.
Bagi Aldisa, hikmah yang diterima dengan konsisten mengelola akun, seakan meneruskan hobi masa kecil. Sedari bocah, ia sudah hobi makan. Keluarganya pun sering membawanya menyantap kuliner di berbagai tempat.
Pemandu acara kuliner, Bondan Winarno, jadi idola sejak cilik. Acara Wisata Kuliner yang menyajikan kegiatan jalan dan makan-makan yang ditayangkan oleh televisi nasional, menjadi tontonan favorit. “Sejak SD bercita-cita jadi Bondan Winarno,” ucapnya.
Aldisa pun mengakui dirinya agak berbeda dengan teman-temannya, yang bercita-cita menjadi tentara atau dokter. Menjadi Bondan Winarno selalu menjadi jawabannya ketika ditanya mengenai cita-cita. Berkeliling kota sambil menyantap beragam sajian makanan, adalah kegiatan yang diidam-idamkan.
Kegiatan yang sekarang dijalani Aldisa memang tak bisa serta-merta disamakan dengan Bondan Winarno. Namun, perlakuan khusus kadang didapati saat pergi ke sebuah warung makan. Mulai dari diberikan makanan secara gratis, hingga diajak foto bersama pemilik warung.
Perlakuan istimewa yang kerap didapatkan Aldisa beragam rupa. Tak hanya makan tanpa bayar, kadang juga mendapatkan menu tambahan. Sering hal itu diberikan kepadanya, tanpa diminta. Tetap tahu diri. Sebagai ucapan terima kasih, Aldisa pun akan membuat konten untuk tempat tersebut. Meski, tetap mempertimbangkan kepantasan kuliner tersebut untuk dipromosikan. “Terakhir di warung pecel,” sebutnya.
Aldisa mengaku bersyukur ketika tempat kuliner yang dipromosikan berakhir ramai. Peristiwa itu kerap terjadi. Warung-warung kaki lima yang awalnya sepi, tiba-tiba ramai dikunjungi.
“Ada (penjual) yang sampai mengeluh sakit kaki karena tidak bisa duduk setelah warungnya tiba-tiba ramai,” ucapnya.
Pengalaman yang membekas bagi Aldisa adalah saat membantu promosi warung ayam dan bebek goreng di Jalan Gunung Arjuna. Setelah mengunggah sajian di lokasi itu, muncul istilah ayam ganja. Tentu ini bukan karena ada sajian daun bernama ilmiah Cannabis sativa. Namun itu hanya jadi istilah pengganti pada menu tambahan berupa kangkung goreng. Istilah ayam ganja pun jadi populer.
“Awalnya (makan di situ) rekomendasi teman, ternyata kangkung gorengnya bikin nagih. Adiktif gitu,” ujarnya.
Peran Aldisa dan Winda membantu para pengelola warung makan pun sangat terasa saat pandemi melanda. Pasalnya, diberlakukan aturan warung hanya menjual dengan pola bawa pulang, tidak boleh makan di tempat. Akibatnya, warung pun sepi pembeli. Tentu itu sangat berat bagi pengusaha karena harus menanggung biaya sewa tempat, juga gaji karyawan. Melalui akun Instagram, Aldisa membuat informasi tentang jasa foto produk, dan tanpa dipungut biaya.
Banyak warung makan yang kemudian mengirimkan makanan ke rumahnya. Aldisa pun menyambut baik. Studio fotonya dipergunakan untuk membantu UMKM lokal, agar tetap bertahan. “Lumayan jadi dapat makan gratis,” ucapnya sambil tertawa kecil.
Pencapaian Aldisa di akun Instagram tak membuatnya merasa puas. Inovasi terus dilakukan. Bahkan, untuk pengikut dengan rentang usia 17-20 tahun, dibuat akun khusus dengan nama @makanterus.samarinda. Pada akun ini, sajian yang sering dikenalkan adalah jajanan murah meriah. Di antaranya mengenalkan sajian seperti roti bakar, tahu gunting, juga pentol. Ini disesuaikan kebutuhan segmen audiens, yang banyak diisi remaja usia SMP hingga mahasiswa.
Sukses mengenalkan tempat makan orang lain, ternyata tak selaras dengan upaya mengelola warung sendiri. Pada 2020 lalu, ia sempat membuka warung. Walau akhirnya ia harus mundur teratur. Pengalaman ini tak membuatnya berkecil hati. Aldisa menyasar aktivitas baru; festival kuliner.
Seiring pandemi yang kian melandai. Juga aturan berkerumun yang longgar, Aldisa merancang kegiatan yang mengumpulkan banyak pemilik usaha kuliner. Ini juga berawal dari keresahan, karena belum ada festival kuliner berkelas di Samarinda. Menurutnya, festival kuliner yang pernah digelar, diadakan ala kadarnya. Menu makanan yang disajikan pun kurang variasi.
“Lima tenant jualan kopi, lima lainnya jualan kentang tornado, sisanya jualan cumi bakar. Kalau dihitung-hitung kan itu hanya ada tiga tenant,” ucapnya.
Bersama beberapa kolega, Aldisa menemukan konsep yang cocok. Dua festival kuliner berhasil digelar. Pertama, Samarinda Food Week yang berlangsung di Halaman Parkir Hotel Harris. Kedua, Culinary Playland yang berlangsung di GOR Segiri. Dua event yang diinisiasi Aldisa ini berhasil mendatangkan ribuan penikmat kuliner di Samarinda. Apalagi saat kegiatan, juga diramaikan pemusik lokal, seperti Paws Letter dan Rio Satrio.
Satu dari sekian banyak kunci sukses keberhasilan festival garapannya, diakui Aldisa karena variasi menu. Menurutnya, pengunjung akan mendapat pengalaman kuliner yang berbeda. Pengunjung ada yang datang beberapa kali untuk mencoba kuliner yang belum sempat dicicipi pada kunjungan sebelumnya.
“Seminggu bisa datang tiap hari karena belum mencoba semuanya,” sebutnya.
Kini, ia sedang merencanakan festival kuliner yang ketiga. Festival kuliner tersebut akan bernama Pedas Puas Festival, berlokasi di Lapangan TVRI, Jalan Wahid Hasyim II, Sempaja. Festival ini akan menjual variasi makanan-makanan pedas yang ada di Samarinda. “Pulang dari situ, nanti sakit perut,” pungkasnya dengan nada bercanda. (*)
Artikel Terkait
Pariwara Mahakam Ulu
Kolaborasi Beasiswa ke Ukrida
Pariwara Mahakam Ulu