kaltimkece.id Suara sirine meraung-raung di area Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam. Kehebohan terjadi sekitar pukul 13.15 Wita, Kamis siang, 18 Juli 2019. Suara memekakkan telinga itu tanda terjadi musibah di area sekitar.
Rahmawati, kasubbag Umum dan Hukum RSJD Atma Husada Mahakam, memendar pandangan ke seluruh penjuru. Mencari tahu kondisi darurat apa menyebabkan sirine dinyalakan petugas keamanan. "Dari belakang rumah sakit orang-orang sudah berteriak kebakaran," ujarnya saat ditemui kaltimkece.id, Kamis siang.
Beberapa petugas segera menjalankan prosedur kebencanaan. "Kami sudah beberapa kali menjalankan simulasi respons kebencanaan," ujarnya.
Api terus berkobar. Petugas mengumpulkan pasien rawat inap di titik kumpul paling luas. Tepatnya lapangan depan ruang rawat inap. Pasien tersebut jadi prioritas. Kobaran api dengan ruang rawat inap. Hanya tersekat tembok dan satu bangunan. Sedangkan pasien rawat jalan dikumpulkan di area parkir depan rumah sakit.
Kegaduhan akibat bencana terjadi. Untungnya tak sampai menyebabkan kepanikan. Apalagi kericuhan. Dari proses evakuasi hingga pemadam datang hanya berselang lima menit.
Menurut Rahma, musibah begini sudah kali kedua. Dari dua musibah, api tak sempat melalap bangunan rumah sakit. "Tak ada korban jiwa dan kejadian pasien kabur," ucapnya.
Kepala Bidang Proteksi dan Penyuluh Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran Kota Samarinda Makmur Santoso mengatakan, petugas fokus agar api tak merembet ke gedung rumah sakit. “Makanya kami memblokir di rumah sakit," ucap Makmur.
Baru Enam Bulan Ditempati
Rumah dilahap si jago merah berada di Jalan Pesut, Gang 2 RT 11, Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir. Rumah nahas tersebut adalah kediaman Bambang beserta tiga kepala keluarga lainnya.
Kepada kaltimkece.id, Bambang menyebut dirinya sedang tidur saat kejadian. "Yang tahu kejadian putri saya," ucapnya.
Karlina, putri Bambang, mengungkapkan bahwa api berasal dari lantai dua rumah mereka. Sesaat sebelum tahu api berkobar, terdengar letupan dari lantai atas rumahnya. "Saya langsung lari ke depan rumah," ujarnya.
Api sudah berkobar di lantai dua. Teringat sang ayah masih tidur, Lina kembali masuk untuk membangunkan.
Musibah ini adalah kali kedua bagi keluarga Bambang. Pada 2013, rumahnya juga dilalap si jago merah. Baru pada 2018 lalu mendapat bantuan Pemkot Samarinda untuk kembali membangun tempat tinggal. "Baru enam bulan ini kami tempati. Ternyata harus berakhir sama seperti sebelumnya. Penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan petugas,” imbuh Bambang. (*)
Editor: Bobby Lolowang