kaltimkece.id Air hujan yang memercik pintu penjagaan jalan tol Balikpapan-Samarinda belum kering ketika tiga pria yang tak dikenal mendekat. Dua di antara mereka yang mengenakan tas selempang segera mengapit pintu pos jaga. Seorang lagi, sambil merekam video, meminta petugas keamanan tol menelepon pimpinan.
Adegan yang terekam dalam sebuah video amatir itu berlanjut. Seorang petugas jaga tol kemudian memberanikan diri keluar menemui ketiga lelaki tersebut. Pria berbadan subur tadi bermaksud mencari tahu maksud kedatangan “tamunya” sembari menjelaskan tentang jalur koordinasi ke pimpinan. Di sela-sela itu, ketiga lelaki tak dikenal menanyakan asal daerah para petugas tol. Namun, jawaban petugas segera ditanggapi oleh pria yang merekam video dengan kalimat berbau rasis.
“Masuk tidak? Kalau enggak masuk, saya pukul sekalian,” ancam pria yang memegang kamera setelah melontarkan kata-kata rasis. Sesekali, ia memaki petugas.
Perundungan itu berlangsung Jumat, 20 Desember 2019, sekitar pukul 09.00 Wita. Lokasinya tepat di gerbang tol Samboja, Kutai Kartanegara. Di tempat inilah, empat hari sebelumnya, Presiden Joko Widodo meresmikan tol Balikpapan-Samarinda yang merupakan jalan bebas hambatan pertama di Kalimantan.
Dihubungi kaltimkece.id, Kepala Balai Pelaksana Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit membenarkan peristiwa tersebut. “Ya, warga Samboja. Sudah disepakati ada rekrutmen menjadi tenaga kerja di JMTO (Jasa Marga Toll Operation),” ucap Danang, Sabtu, 21 Desember 2019, melalui pesan WhatsApp.
JMTO adalah anak usaha PT Jasa Marga Balikpapan-Samarinda yang mengoperasikan tol Balikpapan-Samarinda. Danang lalu meminta media ini mencari konfirmasi lanjutan ke PT Jasa Marga Balikpapan-Samarinda.
Direktur Teknik PT Jasa Marga Balikpapan-Samarinda, Edy Nugraha, yang dihubungi terpisah, membenarkan peristiwa itu. “Ya, orang begitu nyari-nyari (pekerjaan) saja. Mereka merasa, warga sekitar tidak dapat pekerjaan di situ (tol). Kami temui, kami jelaskan, kami merekrut warga sekitar juga,” terang Edy.
Selepas peristiwa di pos jaga, ketiga orang yang mendaku sebagai warga itu diajak berunding oleh kepolisian dan aparat pemerintahan di Kecamatan Samboja. Pada intinya, pria-pria tadi menuntut untuk direkrut dalam operasi tol.
“Mereka minta macam-macam. Minta ditunjuk jadi operator, tidak mau. Jadi satpam, juga tidak mau. Mereka maunya menjadi pengamanan luar. Maksudnya tidak jelas,” ucap Edy. Meski demikian, ia menerangkan bahwa perundingan berjalan cair. Para pihak menganggap tak ada lagi masalah.
“Nanti, mereka ikut seleksi berikutnya,” katanya.
Edy menyampaikan bahwa selama proses konstruksi hingga operasional, PT Jasa Marga Tol Balikpapan-Samarinda merekrut banyak tenaga kerja dari penduduk lokal. Operasional tol, misalnya, memerlukan tim penyelamat, patroli, teknisi elektronik, sampai petugas pengatur lalu lintas. Pekerja tersertifikasi ini melibatkan instansi seperti kepolisian, dinas perhubungan, dan anak perusahaan. Memang, lanjutnya, untuk sementara kebanyakan petugas teknisi utama di pintu tol berasal dari luar Kaltim. Mereka diberi tugas mengajari teknisi lokal cara mengoperasikan tol yang relatif baru bagi warga Kaltim.
“Tentu kami merekrut orang sekitar supaya tidak berbiaya tinggi. Kalau orang luar, kami ‘kan harus siapkan tempat tinggal dan transportasi,” ujarnya. Sebagai pejabat yang baru menempati posisi sejak April tahun lalu, Edy mengaku, kejadian ini baru ia temui.
Jalan tol adalah objek vital nasional yang berguna bagi orang banyak. Pengelola tol memastikan memperkuat kerja sama pengamanan bersama kepolisian. Di samping itu, pengelola mencatat bahwa selama tiga hari terakhir tol dibuka, sudah 4.200-4.600 orang per hari yang melintas. Sementara ini, jalan tol masih melalui masa gratis selama dua pekan. Pengelola sebatas membuka pintu tol antara pukul 06.00-18.00 Wita. Setelah masa gratis, tol dibuka 24 jam. (*)
Editor: Bobby Lolowang