kaltimkece.id Sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Balikpapan masih kerap dilanda antrean panjang kendaraan. Barisan tersebut, umumnya, diisi para pemburu bahan bakar minyak bersubsidi seperti pertalite dan solar. Menyikapi masalah ini, Pemkot Balikpapan berupaya adanya pompa bahan bakar minyak yang baru.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bagian Perekonomian, Sekretariat Kota Balikpapan, Sri Hartini Nugraha, Kamis, 11 Januari 2024. Ia menyebut, saat ini hanya ada 14 SPBU di Balikpapan. Jumlah tersebut diyakini menjadi penyebab antrean BBM tak pernah berakhir. Mengingat, jumlah penduduk terus bertumbuh setiap waktunya.
Pada 2022, beber Sri, penduduk Balikpapan berjumlah lebih 700.000 jiwa. Setahun kemudian, angkanya naik menjadi lebih 800.000 jiwa. Kehadiran Ibu Kota Negara Nusantara di Kaltim ditengarai memengaruhi pertumbuhan penduduk Kota Minyak yang bergerak cepat.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan Samarinda. Pada 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Samarinda, jumlah penduduk Kota Tepian adalah 849.717 jiwa. Di wilayah Ibu Kota Kalimantan Timur itu, sebut Sri, terdapat 34 SPBU.
"Jadi, memang sangat kurang sekali SPBU di Balikpapan," ucap perempuan itu.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi antrean BBM di SPBU, Pemkot Balikpapan segera meminta kepada PT Pertamina (Persero) untuk menambah SPBU di Balikpapan. Permintaan tersebut akan dituangkan dalam surat resmi dan dikirim ke Pertamina Pusat.
"Pemerintah daerah tidak bisa membangun SPBU. Kalau menunggu dari swasta, agak lama. Jadi, kami meminta inisiatif dari Pertamina untuk investasi buka SPBU di sini," jelasnya.
Sementara itu, Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra, membenarkan bahwa jumlah SPBU di Balikpapan sangat kurang. Kota ini disebut memiliki luas wilayah 500 kilometer persegi, dan hanya tersedia 14 SPBU. Artinya, terang Arya, setiap SPBU melayani para pengonsumsi BBM di area dalam radius 30-40 kilometer persegi.
Situasi tersebut berbanding jauh dengan Surabaya. Kota di Jawa Timur ini, sebut Arya, memiliki 110 SPBU. Padahal, luas wilayahnya cuma 350 kilometer persegi. Dengan demikian, setiap SPBU di Kota Pahlawan melayani para pengonsumsi BBM di radius 3 kilometer persegi.
"Idealnya, satu SPBU itu melayani masyarakat dalam radius 10 kilometer persegi," terangnya.
Minimnya jumlah SPBU di Balikpapan bukan tanpa alasan. Arya mengatakan, kontur di kota ini rata-ratanya berbukit. Kondisi ini menyulitkan pembangunan SPBU. Perlu biaya besar untuk membangun stasiun tersebut di bukti karena tanahnya mesti diratakan. Hal ini disebut membuat para investor ogah-ogahan membangun SPBU di Balikpapan.
Walau demikian, Pertamina dipastikan tidak menutup mata. Arya membeberkan, dua SPBU sedang dibangun di Balikpapan. Salah satu SPBU dijadwalkan beroperasi pada Maret 2023. Pihaknya juga tengah mengusulkan izin pendirian pertashop. "Ada lima pertashop yang kami ajukan hadir di Balikpapan. Upayanya masih berproses," katanya.
Mengenai wacana membuka SPBU 24 jam, Arya mengatakan, usulan tersebut telah disampaikan kepada para pengusaha SPBU di Balikpapan. Hanya saja, para pengusaha disebut belum berani membuka SPBU mereka 24 jam. Salah satu alasan mereka, membuka usaha 24 jam memiliki risiko besar di bidang keamanan.
"Salah satu yang dikhawatirkan, SPBU 24 jam dimanfaatkan oleh pengetap," sebutnya. Alasan lainnya, pengoperasian SPBU 24 jam membutuhkan biaya yang lebih besar. Pasalnya, SPBU mesti menambah pekerja yang bertugas tengah malam sampai pagi. Hal ini disebut dapat memicu kerugian karena jumlah konsumen BBM di Balikpapan masih sedikit.
"Kalau SPBU di Jakarta, dari pukul 12 malam sampai pukul 5 pagi tambah ramai," pungkasnya.(*)