kaltimkece.id Hujan yang baru saja mengguyur peternakan kerbau di Jalan Proklamasi, Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur, menyebarkan aroma rerumputan di antara kabut yang tipis. Di tengah sisa-sisa genangan air, puluhan kerbau berjalan kecil di lahan seluas 9 hektare. Mereka begitu asyik memamah rerumputan yang tumbuh dengan liar. Keindahan padang sekitar seolah menambah kenikmatan mereka ketika menyantap tumbuhan tersebut.
Peternakan ini baru saja populer dengan nama Bukit Kebo. Sebuah padang dengan hamparan rerumputan bak permadani hijau nan luas. Pohon yang tumbuh di beberapa tempat memberikan keteduhan. Gemericik air dari aliran sungai kecil terdengar sayup-sayup. Semuanya serba alami, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.
Bukit Kebo dapat ditempuh dari dua arah. Pertama, melalui Jalan Proklamasi, Manggar, Balikpapan Timur. Kedua, dari Jalan Soekarno Hatta, Kilometer 8, Balikpapan Utara. Walaupun demikian, akses menuju peternakan belum semua mulus. Sebagian masih tanah yang dipenuhi kerikil. Ketika hujan, jalan menjadi licin dan becek. Sementara pada saat malam, penuh kegelapan karena belum penerang jalan.
Perbukitan hijau nan asri yang luas ini mulai dikenal pada pertengahan 2021. Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Balikpapan, Dortje Marpaung, menjelaskan awal mula peternakan ini populer. Sebelum ramai dikunjungi, Bukit Kebo menjadi lokasi syuting sejumlah pelaku ekonomi kreatif. Waktu itu, kata Dortje, mereka syuting untuk keperluan promosi. Setelah diunggah di media sosial, dalam waktu singkat, memantik warga berdatangan.
“Enggak menyangka jadi viral,” terang Dortje kepada kaltimkece.id, Sabtu, 4 September 2021.
Warga yang berbondong-bondong datang tidak dari Balikpapan saja. Ada yang dari Samarinda dan Kutai Kartanegara. Saking ramainya, Pemkot Balikpapan sampai harus menutup sementara Bukit Kebo. Pemkot khawatir, kerumunan di lokasi wisata dadakan ini menjadi tempat penularan Covid-19.
Akan tetapi, Pemkot Balikpapan memahami daya tarik Bukit Kebo. Mereka berencana bekerja sama dengan pengelola peternakan untuk menjadikan kawasan ini lokasi wisata. Pemkot bahkan berencana ikut melengkapi fasilitas penunjang wisata.
“Kami sudah berkomunikasi dengan pengelolanya. Pak Wali Kota (Rahmad Masud) juga sudah mengarahkan untuk bersama-sama membenahi jalan di sana,” beber Dortje.
Lewat kerja sama ini, Pemkot Balikpapan disebut membuka potensi untuk menambah kas daerah. Meskipun peternakan dimiliki swasta, pemkot dapat menarik pajak dari tiket atau retribusi yang pengunjung bayar. “Ada aturan-aturannya, tidak bisa sembarang,” kata Dortje.
Bukit Kebo dimiliki seorang pria bernama Seber R Kombong. Ia membangun peternakan ini 17 tahun silam. Seber mengubah hutan untuk dijadikan tempat membudidayakan kerbau. Sekarang Seber sudah punya 40 ekor kerbau. Dia mengatakan, hewan ternak itu untuk dijual. Paling mahal, Rp 80 juta per ekor. Biasanya, yang membeli adalah warga suku Toraja untuk keperluan hajatan.
“Awalnya saya heran, kenapa peternakan ini ramai dikunjungi. Tapi, ya, sebenarnya enggak masalah. Kami paham, masyarakat perlu hiburan dan tempat rekreasi,” jelasnya kepada kaltimkece.id yang berkunjung ke peternakan pada akhir Agustus 2021.
Seber memang setuju jika peternakan itu dijadikan lokasi wisata. Asalkan, pesan dia, pemerintah mendukung dan bersedia melengkapi sarana dan prasarana penunjang. “Kalau pemerintah mendukung dan memberikan izin, saya rasa tidak ada salahnya,” ucap Seber. (*)
Editor: Fel GM