Jangan anggap remeh depresi. Apabila pembaca merasakan keinginan bunuh diri, atau mengetahui teman dan kerabat yang menunjukkan kecenderungan tersebut, sangat dianjurkan berdiskusi dengan psikiater, psikolog, serta rumah sakit dan klinik kesehatan jiwa.
_________________________________________
kaltimkece.id Sudah pukul delapan pagi ketika Saudah Iriani, 52 tahun, buru-buru pergi meninggalkan rumahnya di Kelurahan Damai, Balikpapan Selatan. Guru SMP 19 Balikpapan itu menerobos padatnya lalu lintas di Jalan Mulawarman dengan sepeda motor. Ia hendak ke sekolah tersebut di Kelurahan Lamaru, Balikpapan Timur, untuk mengajar daring.
Rabu, 22 September 2021, setelah 20 menit berjalan, Saudah yang sedang melintas di Kelurahan Batakan melihat seorang perempuan menjulurkan tangan. Nenek itu sudah terlihat tua. Rambutnya memutih. Ia mengenakan kaus hitam dengan celana panjang biru. Perempuan paruh baya itu melambaikan tangan untuk meminta tumpangan.
Saudah pun menepikan sepeda motornya. Setelah mengobrol sebentar, ia mengetahui bahwa nenek tadi, sebut saja namanya Lestari, 60 tahun, meminta tumpangan ke Manggar. Saudah pun memboncengnya karena kebetulan menuju arah yang sama.
“Nenek itu mengaku bekerja di sana,” tutur Saudah ketika menceritakan awal pertemuannya kepada kaltimkece.id, Rabu, 22 September 2021.
Di tengah perjalanan, Lestari minta diantarkan ke mesin ATM. Saudah lantas menghentikan kendaraan di sebuah ATM dekat kantor penyedia oksigen di Manggar. Setelah keluar dari anjungan tunai tersebut, Saudah melihat wajah Lestari murung. Saudah tak bertanya apa-apa tetapi Lestari menyampaikan penjelasan.
“Uang kiriman anak saya rupanya belum masuk,” tutur Lestari kepadanya. Keduanya lantas melanjutkan perjalanan.
Ketika sepeda motor memasuki jembatan, Lestari tiba-tiba mengurungkan niatnya bekerja. Ia meminta diantarkan ke Pasar Manggar saja. Lestari bilang, ada janji temu dengan temannya dan minta diturunkan di situ. Saudah yang mulai curiga tak menuruti permintaan tersebut. Akan tetapi, Lestari nekat turun dari sepeda motor yang sedang berjalan lambat.
“Kembali, Nek, ayo naik motor,” teriak Saudah.
Lestari tidak menghiraukannya dan melompat. Persis di bawah jembatan, Ali, 43 tahun, sedang mencari ikan di kapal. Tanpa membuang waktu, lelaki itu mengarahkan kapalnya ke titik Lestari menceburkan diri. Ali terjun dan menyelam. Tujuannya satu, menyelamatkan perempuan berkaus hitam yang ia lihat tadi.
Ali muncul ke permukaan. Bersamanya, tubuh Lestari sudah memucat dan lemas. Warga setempat yang mengetahui peristiwa ini segera membawa Lestari ke puskesmas terdekat menggunakan pikap.
Kepala Kepolisian Sektor Balikpapan Timur, Komisaris Polisi FX Hartanta, mengabarkan bahwa Lestari sudah melewati masa kritis. Ia sempat dirawat dua jam di puskesmas. Kira-kira pukul 10.30 Wita, Lestari dibawa pulang keluarganya. Polisi belum mengetahui motif percobaan bunuh diri tersebut. Kepolisian, kata Kompol Hartanta, belum melakukan pemeriksaan karena Lestari masih shocked.
“Kabarnya, sih, nenek itu depresi berat. Tapi yang membuat dia depresi, itu belum diketahui,” kata Kapolsek Balikpapan Timur lewat sambungan telepon.
Masalah-Masalah Lansia
Psikolog dari Balikpapan, Patria Rahmawaty, membeberkan sejumlah masalah yang kerap dihadapi lansia. Biasanya, orang-orang yang telah memasuki usia senja diganggu dengan kesehatan fisik, ekonomi, dan psikologis. Mengenai psikologis, masalahnya bisa berupa kecemasan eksternal dan gangguan tidur. Kecemasan eksternal adalah kecemasan lansia terhadap orang terdekatnya. Misalnya, tak henti-henti memikirkan anaknya yang sedang merantau.
“Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh faktor kelekatan atau kebergantungan lansia kepada orang lain,” kata perempuan berkaca mata itu.
Masalah-masalah itulah yang diyakini dosen psikologi Politeknik Negeri Balikpapan itu menjadi penyebab lansia depresi. Jika depresinya mencapai titik parah, lansia bisa berbuat apa saja, termasuk bunuh diri. Faktor usia yang sudah tua juga menjadi pemicu munculnya niat tersebut.
Ada sejumlah upaya untuk mencegah perbuatan tersebut. Pertama, sebut Patria, keluarga intens berkomunikasi. Segala masalah yang dihadapi lansia sebisa mungkin diatasi secepatnya. Upaya berikutnya, rutin membawa lansia ke psikiater untuk mendapatkan psikoedukasi.
“Sehingga, hal-hal yang dapat menimbulkan kecemasan dalam diri lansia dapat diketahui dan diberikan treatment psikologis yang sesuai,” tutup Patria. (*)
Editor: Fel GM