Balikpapan

Ikhtiar dari Uang Pribadi Rp 5 Miliar

person access_time 3 weeks ago
Ikhtiar dari Uang Pribadi Rp 5 Miliar

Pintu masuk ekowisata Hendrawisata Pesona Mangrove di Batu Ampar, Balikpapan Utara. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID

Ekowisata mangrove di Batu Ampar, Balikpapan Utara, ini dibangun dengan dana pribadi. Dulunya hampir jadi perumahan, bagaimana Hendra Antoni menyelamatkannya?

Ditulis Oleh: Septianus Hendra
Rabu, 08 Maret 2023

kaltimkece.id Sinar mentari yang terik tak digubris Hendra Antoni, 34 tahun, ketika membersihkan dedaunan pohon bakau yang gugur di atas jembatan kayu. Pemilik Hendrawisata Pesona Mangrove itu kemudian menuju dermaga untuk memeriksa dua jetski dan satu speedboat. Fasilitas penunjang bagi wisatawan itu dalam kondisi prima. 

Rabu, 6 Maret 2023, kaltimkece.id menemui Hendra di lokasi wisata miliknya, Hendrawisata Pesona Mangrove, di Jalan AW Syahrani, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara. Ia mengisahkan ihwal pembangunan ekowisata mangrove tersebut.

Sebermula pada April 2022, Hendra mendengar bahwa hutan mangrove di sebelah lahannya akan dibangun perumahan. Ia merasa sayang karena selama ini sudah merawat pokok bakau di lahannya seluas 4 hektare. Merasa khawatir permukiman akan mengancam keberadaan mangrove, Hendra membeli lahan tersebut. Luasnya juga 4 hektare. Lelaki yang dulunya seorang pelaut ini mengeluarkan uang Rp 1 miliar untuk tanah tersebut. 

“Waktu saya beli, beberapa pohon mulai ditebangi. Saya beruntung karena membeli tepat pada waktunya,” tutur Hendra. 

Lahan mangrove yang dimiliki Hendra di Batu Ampar bertambah menjadi 8 hektare. Area itu adalah muara yang terhubung dengan Teluk Balikpapan. Lokasinya sedikit ke arah hulu dari eks penyeberangan feri di Somber.

Di lahan milik Hendra, air di sekitar akar mangrove lumayan jernih. Warnanya kehijau-hijauan karena memantulkan bayangan daun bakau. Jika beruntung, penyu yang sesekali muncul di permukaan bisa terlihat. Udara di hutan bakau ini juga segar lagi rindang. Nyanyian burung yang bertengger di dahan sesekali terdengar berikut jerit bekantan. 

Pesona alam yang begitu tenang mengundang Hendra mewujudkan keinginan lamanya. Sejak 10 tahun silam, ia berniat membangun wisata pohon bakau. Hendra akhirnya memutuskan membangun ekowisata. Destinasi wisata tersebut ia beri nama sesuai namanya. 

“Entah mengapa, saya sangat menyayangi lingkungan dan ingin menjaganya,” kata Hendra menjelaskan alasan pembangunan ekowisata.

Pengunjung di bawah pohon mangrove yang rindang. Cocok buat tempat healing. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID
 

Sejumlah fasilitas yang menarik buat pengunjung segera dibangun. Struktur jembatan kayu selebar 1,5 meter melingkari lahan mangrove tersebut. Jembatan setinggi 1,5 meter itu diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menyusuri teduhnya pohon bakau. Ada pula sembilan gazebo berlantai kayu dengan ukuran besar. Dua villa yang elok berdiri sudut lokasi wisata ini. 

Hendra juga membangun tambak sehingga pelancong bisa memancing. Tambak tersebut bersebelahan dengan sebuah muara. “Kalau di muara, khusus dibuka untuk pemancingan bebas. Cukup bayar masuknya. Kalau memancing dari tambak, hasil tangkapan Rp 50 ribu per kilogram,” jelasnya.

Beragam jenis ikan bisa menyangkut di kail. Mulai kakap, kerapu, maupun trakulu. Penggemar memancing kebanyakan datang pada malam hari. “Sampai jam dua subuh masih ada yang memancing. Malah sampai ada yang membawa keluarganya,” jelas Hendra.

Susur mangrove melalui jembatan kayu. Ada beberapa jenis bakau yang tumbuh di Hendrawisata Pesona Mangrove. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID
 

Progres pembangunan ekowisata ini disebut sudah 70 persen. Lahan mangrove yang telah dijadikan ekowisata seluas 4 hektare. Hendra memerinci jumlah uang yang sudah ia keluarkan untuk membeli tanah dan membangun fasilitas wisata. Sebanyak Rp 1 miliar habis untuk mendapatkan hak atas lahan 4 hektare plus Rp 3 miliar untuk membangun fasilitas. Ditambah lagi Rp 1 miliar, kata Hendra, untuk membeli dua jetski, sebuah speedboat, dan kapal wisata. Jadi totalnya Rp 5 miliar. 

Hendra mengatakan, pembangunan ekowisata mangrove akan dilanjutkan hingga rampung. “Kami masih membangun jembatan 300 meter lagi, 10 gazebo, termasuk menara pantau di tengah mangrove,” tuturnya. 

Hendrawisata Pesona Mangrove tidak hanya dikunjungi wisatawan lokal. Turis mancanegara seperti dari Tiongkok dan Jepang pernah berkunjung dan menginap di sana. Para wisatawan tersebut ingin melihat bekantan pada pagi hari. Menurut Hendra, setiap hari sekitar 100 orang pengunjung yang datang. 

“Kalau Sabtu dan Minggu, bisa sampai 300 orang. Saya senang sekali. Bisa merawat mangrove sekaligus menjadi sumber pemasukan,” katanya. 

Hendra Antoni, pemilik Hendrawisata Pesona Mangrove. Mengeluarkan Rp 5 miliar untuk menyelamatkan mangrove sekaligus membangun ekowisata. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID 
 

Hendra mempekerjakan enam karyawan untuk mengelola lokasi wisata ini. Ia juga telah menyiapkan ahli di bidang mangrove. Ia tidak ingin sesuatu apapun mengancam keanekaragaman hayati di lokasi tersebut. Hutan mangrove ini sudah menjadi bagian yang berarti bagi hidupnya. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar