Untuk mengenalkan sosok calon pemimpin Kota Minyak kepada publik menjelang debat perdana calon wali kota Balikpapan yang akan digelar Rabu malam, 23 Oktober 2024, kaltimkece.id berupaya mewawancarai para calon wali kota Balikpapan. Dari tiga peserta Pemilihan Kepala Daerah Balikpapan 2024, baru dua kandidat yang memberikan lampu hijau. Permintaan wawancara yang dilayangkan ke aplikasi percakapan Rahmad Masud, kandidat lainnya, belum direspons hingga Selasa, 22 Oktober 2024. Laporan eksklusif tentang Rendi Susiswo Ismail dan Muhammad Sabani tayang dalam dua artikel berbeda pada 22 dan 23 Oktober 2024.
***
MESKI dinyatakan sebagai lulusan SMP Petung terbaik, wajah Rendi Susiswo Ismail sama sekali tak menunjukkan raut kebahagiaan. Masalahnya, ijazahnya ditahan pihak sekolah lantaran Rendi belum melunasi biaya pendidikan. Lelaki kelahiran Kelurahan Petung, Balikpapan Seberang (kini Kecamatan Penajam, Penajam Paser Utara), 17 Agustus 1963, itu pulang sambil tersedu-sedu.
Duduk di bawah pohon jeruk di depan rumahnya di Petung pada 1977, Rendi terus meratapi nasibnya. Sirna sudah, gumamnya, mimpi melanjutkan pendidikan di Kota Balikpapan. Ia pun berancang-ancang membantu usaha abahnya sebagai petani padi gunung dan pembuat sirap, atap rumah berbahan papan ulin.
Di tengah kegundahan Rendi, ibunya, Kastiah Sucarmo, datang. Kepada perempuan yang baru saja selesai memetik padi itu, Rendi menumpahkan kekesalannya tak mendapatkan ijazah SMP. Setelah mendengar seluruh penuturan Rendi, Kastiah melepaskan anting-anting di kedua kupingnya. Ia menyerahkan perhiasan tersebut kepada buah hatinya seraya memberikan nasihat.
"Kita memang miskin, namun bukan berarti kita tidak berhak mendapatkan pendidikan. Bawalah anting-anting ini, Nak. Berikan kepada gurumu untuk menebus ijazahmu," seru Kastiah sebagaimana diceritakan ulang Rendi saat ditemui di Rumah Ampiek, Balikpapan, Jumat, 11 Oktober 2024.
Mendengar perintah tersebut, Rendi tak lagi berpikir panjang. Ia segera lari ke sekolah sambil menggenggam kedua giwang ibunya. Ia pun menyampaikan pesan dari sang ibu kepada gurunya. Rendi akhirnya tersenyum begitu memegang ijazahnya.
"Saya selalu sedih ketika mengenang peristiwa tersebut," ucap putra sulung dari tiga bersaudara itu dengan mata berkaca-kaca.
Bermodalkan ijazah tersebut, Rendi menyeberangi lautan. Semula, ia mendaftar di SMA Muhammadiyah Balikpapan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ia bekerja serabutan. Ia mengaku pernah menjadi tukang angkat air. Menggunakan jeriken, Rendi mengambil air di sebuah sumur di Gunung Sari lalu mengantarkannya ke rumah-rumah warga.
Selain itu, ia pernah menjadi penjaja koran dan pemetik kelapa di Kelurahan Manggar. Kelapa-kelapa tersebut kemudian ia didistribusikan ke pasar-pasar. Semua pekerjaan tersebut ia lakoni selama sekitar setahun.
Di tengah pendidikannya di SMA Muhammadiyah, Rendi mendaftar di Sekolah Perawatan Kesehatan RSU Balikpapan. Setelah mengikuti serangkaian seleksi, nama Rendi masuk dalam 39 orang dari 500 pendaftar yang dinyatakan lolos seleksi. Sejak diterima di sekolah inilah, Rendi berhenti bekerja serabutan.
Sebenarnya, menjadi seorang perawat bukan cita-cita Rendi. Ia masuk sekolah perawatan hanya untuk mengakali masalah ekonominya. Di sekolah tersebut, Rendi mendapatkan asrama dan makanan gratis, termasuk mendapatkan uang saku. Oleh sebab itu, Rendi belajar di dua sekolah. Setelah selesai belajar di Sekolah Perawatan pada pagi hari, ia akan lanjut belajar di SMA Muhammadiyah pada malam hari.
"Waktu itu, enggak ada masalah belajar di dua sekolah," kenang pria yang kini berusia 61 tahun itu.
Menjadi pelajar yang hidup di bawah garis kemiskinan, tak meredupkan semangat Rendi untuk terus bermimpi. Begitu lulus SMA Muhammadiyah, Rendi merantau ke Pulau Jawa. Ia melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Manajemen Keuangan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kosgoro, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Selama berkuliah di perguruan tinggi ini, ia aktif berorganisasi di sejumlah organisasi. Salah satunya Himpunan Mahasiswa Islam. Ia juga pernah menjadi kader Partai Golongan Karya pada zaman Orde Baru. Dari organisasi-organisasi inilah, Rendi mulai menyukai bidang hukum.
Ia kemudian berkuliah di Program Sarjana Ilmu Hukum, Universitas Abdurachman Saleh, Jember. Pada 2005, Rendi mengikuti pendidikan khusus profesi advokat Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi). Setelahnya, ia menjadi pengacara dan memiliki usaha konstruksi. Sejak saat itu, ekonomi Rendi pelan-pelan membaik. Ia pun telah mempersunting Syarifah Emi Hasyimiah Alaydrus sebagai istri. Dari pernikahan mereka, lahir lima anak. Anak bungsunya telah lebih dulu berpulang ke rahmatullah.
Sejak 2006, Rendi menjadi dosen tetap Fakultas Hukum, Universitas Balikpapan. Walau telah memiliki pekerjaan yang mumpuni, ia tetap haus pendidikan. Di tengah kesibukannya, Rendi menempuh pendidikan Program Magister Ilmu Hukum, Universitas Brawijaya, Malang. Ia juga telah merampungkan Program Doktor Ilmu Hukum di kampus yang sama.
Kegigihan Rendi mendapatkan pendidikan yang tinggi benar-benar telah mengubah nasibnya. Selain menjadi dosen, ia pernah memimpin sejumlah perusahaan. Beberapa di antaranya yakni menjadi pimpinan PT Federal Grafiti Pers, Komisaris Utama PT Marina Jaya Perkasa, hingga pemilik PT Garda Bhumi Borneo. Termasuk Rumah Ampiek yang menyediakan cendera mata dan kafe, juga miliknya.
Lelaki yang pernah menjadi tukang angkat air itu bahkan tengah bersiap memimpin Balikpapan. Pada 23 September 2024, Komisi Pemilihan Umum Balikpapan menetapkan pasangan Rendi Susiswo Ismail dan Edy Sunardi Darmawan sebagai calon wali kota dan wakil wali kota Balikpapan. Dalam Pilkada Balikpapan 2024, Rendi-Edy akan menantang pasangan Rahmad Masud-Bagus Susetyo dan Muhammad Sabani-Syukri Wahid.
Terlepas menang atau kalah dalam pertarungan tersebut, Rendi mengucapkan syukur bisa berdiri di titik ini. Baginya, semua capaian yang telah didapatkannya merupakan anugerah dari Tuhan yang tidak semua orang bisa merasakannya. "Ibu saya yang punya andil paling besar dalam kesuksesan karier saya," ucapnya.
Ketika kelak menjadi wali kota Balikpapan, Rendi berjanji juga mengimplementasikan amanat dari ibunya untuk warga kota. Memperbaiki kualitas pendidikan akan menjadi misi utamanya nanti. Hal ini dilakukan karena ia sudah membuktikan bahwa hanya pendidikan yang tinggi yang dapat mengusir kemiskinan. (*)