kaltimkece.id Hujan rintik tak dipedulikan Clara Claudia Umboh yang asyik berswafoto. Ia tengah berada di Desa Wisata Edukasi Kang Bejo, Kelurahan Sumber Rejo, Balikpapan Tengah. Clara punya urusan di situ. Ia mengerjakan tugas ujian tengah semester mengenai pariwisata dan ekonomi kreatif. Lokasi wisata tersebut dipilih karena penuh dengan kreativitas warga yang mengubah kangkung menjadi berbagai olahan.
“Warganya kreatif dan sangat kompak menjaga dan merawat tempat wisata ini. Prestasinya juga banyak. Tempatnya adem, warganya ramah,” tutur Putri Pariwisata Kalimantan Timur 2022 sekaligus Putri Pariwisata Manuntung Balikpapan 2022 itu kepada kaltimkece.id, Kamis, 23 Maret 2023.
Desa Wisata Edukasi Kang Bejo dikelilingi hamparan kangkung seluas 1,5 hektare. Ismakun selaku pemilik lahan menceritakan awal mula wisata kangkung tersebut. Menurutnya, sebelum 1980, ladang ini awalnya sawah. Namun karena padi sering gagal panen, tanamannya diganti dengan kangkung.
Melihat keindahan hamparan kangkung, warga berinisiatif menjadikannya destinasi wisata. Mereka menyiapkan kampung wisata tersebut pada 2018. Warga bergotong-royong mengumpulkan dana dari iuran sukarela. Setahun kemudian, Desa Wisata Edukasi Kang Bejo dibuka pada 2019.
“Awalnya, yang terlibat dalam pendirian lokasi wisata ini adalah Pak Lurah, Pak Ketua RT 40, dan dari LPM (lembaga pemberdayaan masyarakat),” terang Ismakun.
Kangkung di dalam desa wisata ini dikelola oleh warga. Lahannya dibagi menjadi 40 petak. Setiap petak berukuran 10 meter x 10 meter. Ada 21 warga dari RT 40 yang bertani kangkung. Setiap warga memiliki jumlah petak yang berbeda-beda. Kangkung yang ditanam berjenis kangkung potong. Vegetasi itu disebut dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Ketika ada tanaman yang mati, tinggal ditancap maka tumbuh lagi.
“Jadi, lahannya ini sistem sewa. Setiap 10 meter x 10 meter, warga menyewa Rp 23.500 per bulan yang dibayarkan kepada pemilik lahan,” tutur Ismakun.
Sebagian besar hasil panen kangkung ini dibawa ke pasar. Setiap ikat dijual Rp 5.000 hingga Rp 7.000. Kangkung yang dijual ke pasar harus menyesuaikan permintaan dari langganan. Setiap warga hanya diperbolehkan memotong 60 ikat kangkung per hari. Apabila laku semua, mereka bisa memperoleh pendapatan kotor Rp 420 ribu per hari atau Rp 12,6 juta sebulan.
Kangkung yang tidak dibawa ke pasar kemudian diolah. Produk olahannya bermacam-macam. Ada pecel, cimi-cimi (sejenis penganan dari tepung yang digoreng, bentuknya memanjang seperti mi), keripik, salome (pentol), bolu, bahkan es krim. Semuanya berbahan dasar kangkung. Tak sampai di situ, warga berkreasi dengan memproduksi batik bermotif kangkung. Produk-produk itulah yang dijual di lokasi wisata tersebut.
Desa Wisata Kang Bejo dikunjungi pelancong dari berbagai daerah. Selain domestik Balikpapan, pengunjungnya dari Bontang, Sangatta, Mahakam Ulu, hingga Kalimantan Selatan. Mereka melihat hamparan 'permadani' kangkung termasuk kebun hidroponik dan produksi tauge di situ. Tidak ada biaya yang ditetapkan untuk masuk ke lokasi wisata. Memberikan infak sudah cukup. Infak itu akan digunakan untuk membangun dan merawat Kampung Kang Bejo.
“Kami tidak mengenakan tarif masuk wisata. Kami menjual paket edukasi,” terang Sekretaris Pengelola Desa Wisata Edukasi Kang Bejo, Yeni Hirnawati. Ia menjelaskan makna edukasi di lokasi wisata. Edukasi berupa pengajaran cara menanam kangkung, tauge, hingga hidroponik yang benar.
Desa Wisata Edukasi Kang Bejo meraih berbagai penghargaan atas pengelolaannya. Pada 2020, kampung Bejo ditunjuk sebagai kampung ketahanan pangan oleh TNI. Pada Januari 2021 menjadi juara ketiga Lomba Kampung Panggung Nusantara. Pada Juli 2021, juara pertama Lomba Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Se-Balikpapan. Oktober 2021, juara pertama Lomba Pokdarwis Se-Kaltim.
Tahun ini, kampung tersebut mengikuti Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diikuti 4.573 Desa Wisata seluruh Indonesia. Desa Kang Bejo masuk 300 besar. Yeni berharap, inovasi dan kreativitas bisa membawa Desa Wisata Edukasi Kang Bejo masuk 75 besar ADWI pada tahun mendatang.
“Kami memiliki slogan hidup rukun yang tetap terjaga. Semoga kami terus berkontribusi, berkolaborasi, serta bersinergi bagi pariwisata di Balikpapan,” kata Yeni. (*)