kaltimkece.id Cairan hitam mengalir di sebuah parit besar dekat kilang minyak Balikpapan, Jumat pagi, 24 Mei 2024. Fluida yang mengeluarkan aroma menyengat itu menuju perairan Teluk Balikpapan. Zat serupa juga ditemukan di permukiman apung di Kelurahan Margasari dan Kelurahan Baru Tengah, Balikpapan Barat.
Cairan tersebut mengingatkan Sani, ketua RT 6 di Margasari, kepada peristiwa enam tahun silam. Pada pengujung Maret 2018, pipa milik Pertamina di dasar Teluk Balikpapan bocor akibat dihantam sauh kapal asing. Pipa itu kemudian memuntahkan banyak minyak mentah. Dalam hitungan jam, minyak tersebut terbakar. Suasana berubah menjadi mencekam. Lima orang dilaporkan tewas dalam insiden ini.
"Aroma cairan hitam kemarin mirip minyak mentah itu. Seperti bau solar," kata lelaki berusia 50 tahun itu kepada kaltimkece.id ketika ditemui di kediamannya, Sabtu, 25 Mei 2024.
Sani memaparkan bahwa cairan hitam tadi muncul sejak Kamis malam, 23 Mei 2024. Tak ingin petaka pada 2018 itu terulang, Sani buru-buru mengingatkan kepada para warganya untuk tidak memantik bara apalagi membuang puntung rokok di cairan tersebut.
"Kami masih trauma," ucapnya.
Tak lama kemudian, sejumlah petugas dari Pertamina, Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan, relawan, hingga masyarakat, membersihkan cairan tersebut. Mereka menetralkan cairan menggunakan oil boom dan menyedotnya dengan truk vakum. Cairan tersebut akhirnya tak terlihat lagi.
"Kami sudah ambil sampel cairan tersebut untuk diperiksa," kata Kepala DLH Balikpapan, Sudirman Djayaleksana.
Dikonfirmasi terpisah, Area Manager Communication, Relations, and CSR, PT Kilang Pertamina Internasional unit Balikpapan, Dodi Yapsenang, memberikan penjelasan. Ia mengakui cairan hitam berasal dari kilang Balikpapan. Persisnya, cairan tersebut merupakan sisa minyak dari pembersihan pipa.
Dodi mengklaim, munculnya minyak tersebut tidak mengganggu produksi bahan bakar minyak di kilang. Operasional di kilang dipastikan berjalan normal. Sebagai upaya penanggulangan, Pertamina disebut sudah membersihkan ceceran minyak tersebut sesuai standar operasional prosedur.
"Kami terus menanggulangi dan mengecek lingkungan yang terdampak," kata Dodi.
Kebakaran di Kilang
Tak berselang dari 24 jam sejak kemunculan minyak atau pada Sabtu dini hari, 25 Mei 2024, sekira pukul 04.25 Wita, kilang minyak Balikpapan terbakar. Delapan branwir dikerahkan. Api berhasil dijinakkan pada pukul 08.20 Wita.
Melalui keterangan tertulis, General Manager PT Kilang Pertamina Internasional unit Balikpapan, Bayu Arafat, memberikan penjelasan. Pertamina kini memiliki dua kilang di Balikpapan. Lokasi kebakaran berada di Crude Distillation Unit (CDU) IV di kilang kedua. Unit tersebut merupakan tempat mengolah BBM dan elpiji. Belum diketahui penyebab kebakaran. Pihak berwenang tengah menyelidikinya.
"Yang pasti, tidak ada korban jiwa dan luka dalam kebakaran ini," kata Bayu.
Akibat kebakaran, sambungnya, operasional kilang kedua dihentikan. Produksi BBM kini dilakukan di kilang pertama. Pertamina disebut tengah memantau produksi BBM di kilang tersebut. Hal ini bertujuan memastikan suplai BBM kepada masyarakat tidak terganggu.
Saat ini, kata Bayu, kilang Balikpapan sedang meningkatkan produksinya dari 170.000 barel per hari (bph) menuju 300.000 bph. Dalam upaya ini, Pertamina mengintegrasikan kilang pertama dan kedua. Kilang kedua merupakan hasil dari refinery development master plan alias RDMP.
"Pada saat kejadian (kebakaran), tidak ada aktivitas maintenance atau perbaikan," ucapnya.
Ia memastikan, pasokan BBM dan elpiji masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sumber BBM untuk kilang Balikpapan disebut juga datang dari luar kota. Atas kejadian ini, Pertamina mengucapkan permohonan maaf kepada masyarakat.
Kepala Kepolisian Resor Kota Balikpapan, Komisaris Besar Polisi Anton Firmanto, mengaku, telah menerjunkan tim untuk menyelidiki penyebab kebakaran di kilang minyak Balikpapan. Tim disebut tengah melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengumpulkan bukti-bukti terkait kebakaran.
"Kami juga akan berkoordinasi dengan laboratorium forensik. Insyaallah, kami segera datangkan tim labfor untuk mencari tahu penyebab kebakaran tadi," kata Kapolres.
Waspadai Tumpahan Minyak
Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Pokja Pesisir, Mapaselle, menilai bahwa kejadian tumpahan minyak di Balikpapan terjadi berseri. Hampir setiap peristiwa berulang dan tidak ada upaya serius menanggulanginya.
"Dampak dari kebocoran pipa Pertamina beberapa tahun lalu terhadap lingkungan belum selesai. Lingkungan belum pulih dan tiba-tiba datang lagi tumpahan minyak. Tentu ini memperberat kualitas lingkungan hidup di Teluk Balikpapan," jelasnya kepada kaltimkece.id, Sabtu, 25 Mei 2024.
Mapaselle mengatakan bahwa tumpahan minyak tentunya berdampak kepada ekosistem pesisir. Ia menyebut tumpahan itu dapat mencemari beberapa habitat penting.
"Kalau penyemprotan disinfektan itu hanya menenggelamkan material minyak. Tidak menghilangkan cemarannya," ucapnya.
Dia menyebut bahwa material tumpahan minyak akan tenggelam dan turun ke dasar perairan. Hal itu akan mengganggu ekosistem pesisir dan berpotensi berdampak kepada kesehatan manusia. Ikan, udang, dan kepiting yang tercemar, sambungnya, jika dikonsumsi manusia akan berdampak negatif dalam waktu yang panjang.
"Bagaimana selanjutnya mengatasi material di dasar sungai atau laut itu? Perlu juga dipikirkan dan tentu harus berhati-hati. Jangan sekedar menghilangkan limbah dari permukaan tetapi masih ada di dasarnya. Itu berbahaya," tuturnya.
Dia berharap Pertamina meningkatkan keamanan agar kejadian serupa tidak berulang. Teluk Balikpapan memiliki arti penting terhadap masyarakat pesisir, baik Balikpapan maupun Penajam Paser Utara. (*)