Ekonomi
2022 Tahun Batu Bara, tapi…

Aktivitas pertambangan di Kutai Kartanegara. FOTO: MUHIBAR SOBARY ARDAN-KALTIMKECE.ID
Kaltim mengekspor batu bara senilai Rp 387 triliun sepanjang 2022. Sayangnya, tak banyak pengusaha lokal yang menikmatinya.
Ditulis Oleh: Muhibar Sobary Ardan
Selasa, 14 Februari 2023
kaltimkece.id Sekitan, 27 tahun, bukan nama sebenarnya, adalah seorang teknisi yang bekerja untuk sebuah perusahaan kontraktor pertambangan batu bara. Perusahaan tersebut mengerjakan sebuah konsesi tambang di Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara. Sudah dua tahun, Sekitan menjadi karyawan di sana. Tugasnya mengawasi perencanaan dan produksi tambang.
Lelaki asal Jawa Tengah, tersebut berstatus karyawan tetap. Gaji bersihnya Rp 12 juta sebulan di luar bonus dan lembur. Jika produksi perusahaan melebihi target, Sekitan dapat bonus. “Tambahan” itu dibagikan pada akhir tahun. Pada masa produksi 2021, Sekitan mengaku, total bonus yang ia terima Rp 48 juta.
Memasuki tahun berikutnya, pada 2022, harga batu bara kian menggila. Bonus yang diterima Sekitan otomatis lebih besar. Alumnus dari sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta itu menerima bonus sekitar Rp 96 juta pada akhir tahun. Jika ditambah gaji pokoknya, Sekitan menerima Rp 252 juta sepanjang 2022, sudah termasuk tunjangan hari raya.
Sekitan bekerja di Loa Kulu pada 2021. Pria yang sebelumnya magang di perusahaan batu bara di Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan, itu mengaku hendak berhenti dari pekerjaan tersebut. Alasannya karena tekanan kerja. Sekitan harus bangun pukul empat pagi. Dari tempat tinggalnya di Samarinda, ia kemudian naik bus perusahaan selama dua jam. Sampai di lokasi tambang, Sekitan bekerja sampai pukul delapan malam.
Tugas Sekitan adalah mengumpulkan data dan menganalisisnya. Data-data seputar perencanaan dan produksi diambil di lapangan. “Menurut saya, (pekerjaan) itu capek fisik, pikiran, dan pressure-nya besar. Tidak sebanding dengan gajinya,” jelasnya kepada kaltimkece.id, Rabu, 8 Februari 2023.
Sekitan mengaku sudah punya rencana. Ia ingin meneruskan usaha yang sudah ia rintis sejak 2018. Usaha konfeksi miliknya disebut punya omzet Rp 50 juta sampai Rp 100 juta per bulan.
Penghasilan besar Sekitan sebagai karyawan perusahaan batu bara tidak lepas dari kenaikan harga emas hitam. Menurut Bursa ICE Newcastle, harga batu bara pada Januari 2022 sudah menyentuh USD 222,75 per ton. Setelah itu, harga batu bara bertahan di atas USD 200 per ton dan terus merangkak. Pada Desember 2022, harga emas hitam ditutup di USD 404,15 per ton.
Tingginya nilai emas hitam di pasar dunia diikuti harga batu bara acuan (HBA). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan HBA tertinggi pada 2022 yaitu USD 321,59 per ton untuk Agustus.
Meroketnya komoditas ini memicu kenaikan produk domestik regional bruto (PDRB) Kaltim. Pada 2022, PDRB Kaltim menyentuh Rp 506 triliun atau naik dibanding PDRB 2021 yang sebesar Rp 484 triliun. Sebesar 53,24 persen PDRB Kaltim pada 2022 disumbangkan sektor pertambangan dan penggalian. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, kenaikan PDRB menyebabkan Bumi Etam mengalami pertumbuhan ekonomi 4,48 persen pada 2022.
Ekspor batu bara Kaltim juga melonjak. Sektor pertambangan menyumbang 83,70 persen dari seluruh ekspor Kaltim. Nilai ekspor bahan bakar mineral Kaltim pada 2022 mencapai USD 27,66 miliar atau Rp 387 triliun. Angka ini amat besar bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2021, ekspor bahan bakar mineral Kaltim ‘hanya’ USD 17,76 miliar atau sekitar Rp 248 triliun. Itu berarti, ekspor emas hitam naik Rp 139 triliun atau sebesar 56 persen.
Akademikus dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman, Hairul Anwar, memberikan pendapatnya. Keadaan tersebut dinilai tidak lepas dari faktor global. Konflik antara Rusia dan beberapa negara di Eropa belum selesai. Padahal, pasokan energi untuk sebagian besar Eropa berasal dari Rusia.
Beberapa negara Eropa terpaksa mencari sumber energi dari negara lain. Permintaan batu bara makin tinggi karena sebagian wilayah produsen emas hitam di Tiongkok dilanda bencana.
“Akibatnya, banyak yang ambil (batu bara) dari Indonesia,” terang Codi, sapaan Hairul Anwar. Kaltim, sebagai satu dari antara daerah produsen batu bara di Indonesia, akhirnya melewati Tahun Emas Hitam pada 2022.
Situasi ini menyebabkan Kaltim kian bergantung kepada batu bara. Codi mengingatkan bahwa fundamental ekonomi seperti ini tidak bagus. Harga batu bara bisa anjlok sewaktu-waktu. Pengalaman pada 2015-2016 telah membuktikannya. Begitu harga emas hitam terjun di bawah USD 50 per ton, pertumbuhan ekonomi Kaltim pun minus.
Minim Pengusaha Lokal
Ketua Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) Samarinda, Eko Prayitno, setuju bahwa Kaltim menikmati peningkatan harga dan produksi batu bara pada 2022. Menurutnya, kondisinya kurang lebih sama dengan 2021. Tren peningkatan harga itu sudah terlihat sejak 2019 dan 2020.
“Memang disebabkan kondisi global,” terangnya kepada kaltimkece.id.
Di tengah kejayaan emas hitam itu, Eko memberi catatan. Menurutnya, secara ekonomi peningkatan harga merupakan hal baik untuk Kaltim. Provinsi mendapatkan tambahan pajak maupun dana bagi hasil. Akan tetapi, kenaikan harga batu bara tak banyak dinikmati pengusaha lokal.
Penilaian itu didasari dari peristiwa ketika harga batu bara terjun bebas pada 2015. Pada momen tersebut, banyak pengusaha batu bara lokal, terutama dengan produksi menengah ke bawah, yang gulung tikar. Pengusaha skala menengah ke bawah inilah yang sebenarnya didominasi orang-orang lokal.
Kebanyakan pengusaha lokal akhirnya tidak bermain di sektor ini. Mereka melepas usaha tersebut pada krisis 2015. Ketika harga membaik pada 2019-2020, vendor-vendor baru banyak yang masuk. Sementara pengusaha lokal, jika ingin terjun kembali ke bisnis ini, harus mengurus izin di pemerintah pusat. Bukan lagi di daerah seperti dulu.
“Artinya, yang menikmati justru investor dari luar Kaltim. Perusahaan lokal sulit menikmati momentum kenaikan harga bara,” jelas Eko.
Kondisi ini juga terlihat dari pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) di Kaltim. Perusahaan yang beroperasi di Kutai Timur, Berau, Kutai Barat, maupun Kutai Kartanegara tersebut mendominasi produksi batu bara Kaltim. Secara keseluruhan, kata dia, ekonomi Kaltim tumbuh. Banyak sektor yang berkaitan dengan batu bara seperti jasa transportasi ikut meningkat. Aktivitas masyarakat juga menggeliat karena permintaan tenaga pasti bertambah.
“Tapi kalau dilihat perkembangan saat ini, investornya didominasi dari luar,” tutupnya. (*)
Artikel Terkait
Pariwara Pemkab Kukar
Pembangunan Pertanian Tanjung Batu
Pariwara Pemkab Kukar
Semangat Desa Batuah Bangun Objek Wisata
Pariwara Pemkab Berau
Bupati Berau Dorong Event Pandawa Centre jadi Ajang Tahunan
Pariwara Pemkab Kukar
Desa Batuah Gelar Pekan Olahraga Dusun
Pariwara Pemkab Kukar