Ekonomi
Beban Berat Jalur Kutai Barat

Kondisi jalan poros Samarinda-Kutai Barat pada Juli 2022. Banyak lubang jalan, aspal pun mengelupas. FOTO: GOOGLE STREET VIEW
Kerusakan di poros Samarinda-Kubar bak penyakit kronis. Jalan cor beton disebut bisa menjadi obat yang manjur. Perlu berapa biayanya?
Ditulis Oleh: Muhammad Al Fatih
Rabu, 01 Maret 2023
kaltimkece.id Jalan poros dari Samarinda menuju Kutai Barat menderita kerusakan. Di sejumlah titik Jalur Trans Kalimantan sepanjang 260 kilometer itu, lapisan aspal mengelupas. Satu di antara penyebab kerusakan adalah badan jalan yang tidak mampu memikul kendaraan bertonase besar. Waktu tempuh Samarinda-Kutai Barat kini pun menembus sembilan jam lebih.
Demikian terungkap dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi III DPRD Kaltim, Senin, 28 Februari 2023. Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kaltim, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR, hadir dalam RDP. Instansi tersebut berwenang atas jalan poros Samarinda-Kutai Barat yang berstatus jalan nasional.
Dalam RDP, Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Veridiana Huraq Wang, mengeluhkan truk-truk dengan muatan berlebihandi jalur poros Kubar. Kendaraan itu disebut ikut menyebabkan kerusakan. Menurutnya, jalur ini sudah berkali-kali diaspal dan diperbaiki.
“Diaspal sebentar, berlubang lagi,” ucap politikus PDI Perjuangan tersebut.
Veridiana menilai, perlu pendekatan berbeda untuk menuntaskan persoalan ini. Meskipun mahal, membangun jalan cor beton adalah pilihan yang tepat. Biaya pembangunan jalan cor beton memang jauh lebih tinggi dibanding jalan aspal. Akan tetapi, biaya pemeliharaannya sangat kecil. Lebih awet dan tidak sering rusak.
“Kalau (jalan cor beton) dianggarkan setiap tahun, nanti tuntas juga,” pintanya.
Veridiana mengatakan, jalan poros lintas kabupaten harus seperti pundak yang kuat. “Kalau bisa, pesawat pun dapat mendarat,” katanya, bertamsil.
Dedy Mandarsyah, kepala Bidang Preservasi Jalan, BBPJN Kaltim, memberikan penjelasan. Menurutnya, aspal di Pulau Kalimantan dibangun di tanah lunak sehingga cepat rusak. Karakteristik tanah Kalimantan disebut berbeda dengan di Pulau Jawa. Dedy juga mengakui, truk dengan muatan berlebih turut memperburuk kerusakan jalan.
Solusi dari kondisi jalan poros Kutai Barat memang jalan rigid pavement atau cor beton. Jalan cor beton disebut lebih tahan lama dibanding jalan permukaan aspal. Akan tetapi, biaya pembangunannya besar. Kombinasi jalan beraspal dan jalan cor akhirnya menjadi solusi alternatif.
Dedy menambahkan, pemerintah pusat telah menaikkan anggaran perbaikan jalan nasional di Kaltim. Pada 2022, anggaran pusat untuk Kaltim Rp 1,5 triliun. Jumlah tersebut naik Rp 300 miliar menjadi Rp 1,8 triliun pada 2023.
Perhitungan Biaya Cor Beton
Menurut istilah teknisnya, jalan cor beton disebut rigid pavement atau perkerasan kaku. Cor beton memiliki kekurangan dibanding perkerasan lentur seperti aspal. Biaya pembangunan jalan cor beton lebih mahal 20 persen, menimbulkan kebisingan saat berkendara, mempercepat ban aus, dan konstruksinya lebih rumit. Akan tetapi, cor beton punya kelebihan yaitu daya tahannya. Biasanya, usia jalan rigid pavement sekitar 20 tahun dengan biaya pemeliharaan yang amat kecil (Perkerasan Beton vs Aspal, Mana yang lebih baik? Presentasi Taqia Rahman PhD, Universitas Gadjah Mada, PDF).
Besaran biaya pembangunan jalan rigid pavement bergantung kualitas beton. Beton yang digunakan kebanyakan tipe K-350 dengan ketebalan yang disesuaikan beban kendaraan. Biaya pembangunan jalan cor beton K-350 dengan lebar 7,5 meter, tebal 23 sentimeter, adalah Rp 7 miliar per kilometer. Sementara untuk jalan aspal dengan panjang dan lebar yang sama adalah Rp 5,3 miliar per kilometer (Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur dengan Perkerasan Kaku Ditinjau dari Metode Pelaksanaan dan Biaya, Jurnal, 2016).
Kerusakan jalan di poros Kubar kebanyakan ditemukan di wilayah Kukar dan Kubar. Panjang ruas tersebut, menurut aplikasi Google Map, sejauh 228 kilometer. Lebarnya antara 6 sampai 7 meter. Apabila seluruh jalur tersebut dicor beton, total anggaran yang diperlukan sekitar Rp 1,59 triliun dengan asumsi Rp 7 miliar per kilometer.
Akademikus teknik sipil dari Politeknik Negeri Samarinda, Tumingan, setuju bahwa rigid pavement merupakan alternatif yang tepat. Jalan cor beton disebut lebih awet dan berumur lebih panjang. Sementara itu, jalan aspal bersifat sensitif terhadap cuaca. Ketika hujan, jalan aspal cenderung lebih mudah keropos.
“Sementara ketika cuaca terik, truk bermuatan berat yang mengerem dapat menimbulkan gumpalan di jalan aspal,” terangnya. Fenomena itu sering ditemukan di tikungan jalan maupun jalan menurun. Tidak heran bila jalan yang baru diaspal bisa rusak dalam hitungan bulan.
“Mungkin, (pekerjaan cor beton untuk seluruh poros Kutai Barat) bisa diselesaikan dalam lima tahun anggaran,” kata Tumingan.
Menurut Tumingan, kerusakan saat ini lebih disebabkan beban kendaraan yang melebihi kapasitas. Ia memberikan contoh di poros Samarinda-Bontang. Pada awal 2000-an, kerusakan jalan banyak ditemukan di sisi jalan menuju Bontang. Sementara sisi jalan ke arah Samarinda baik-baik saja. Fakta itu membuktikan kerusakan jalan disebabkan kendaraan yang membawa muatan. Lebih banyak truk bermuatan dari Samarinda menuju Bontang. Sebaliknya, truk-truk tersebut bermuatan kosong ketika kembali ke Samarinda..
Salsabila dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim menyampaikan tanggapan. Menurutnya, kerusakan jalan di poros Samarinda-Kutai Barat turut disebabkan truk pengangkut kelapa sawit maupun tambang batu bara. Padahal, kata dia, sudah ada Peraturan Daerah Kaltim 10/2012 dan Peraturan Gubernur 43/2013.
Kedua beleid itu melarang angkutan hasil tambang dan perkebunan kelapa sawit di jalan umum. Apabila ketentuan ini dilanggar, izin perusahaan dapat dicabut atau dikenakan denda Rp 50 juta.
“Sayangnya, perda dan pergub tersebut tidak ditegakkan,” tutup Salsabila. (*)
Senarai Kepustakaan
- Rahman, Taqia, Perkerasan Beton vs Aspal, Mana yang lebih baik? Presentasi UGM, PDF
- Sahrianto, Lutfi Ana. 2016. Analisa Perbandingan Konstruksi Jalan Perkerasan Lentur dengan Perkerasan Kaku Ditinjau dari Metode Pelaksanaan dan Biaya: Studi Kasus: Pekerjaan Peningkatan Struktur Jalan Mantingan-Ngawi, Publikasi Ilmiah Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.