kaltimkece.id Harga pangan, minuman, hingga bahan pokok makanan di Tenggarong, Kutai Kartanegara, dilaporkan naik. Kenaikan harga bahan bakar minyak disebut-sebut sebagai pemicunya. Walau demikian, Bank Indonesia Kaltim mengklaim harga kelompok makanan turun.
Ika Agusalim adalah pedagang di Pasar Tangga Arung, Tenggarong, Kukar. Ia menjual sembako seperti telur, beras, dan tepung terigu. Harga ketiga jenis kebutuhan tersebut dilaporkan naik sejak sepekan terakhir. Harga telur, misalnya, saat ini Ika menjual Rp 65 ribu per piring isi 30 butir. Padahal, sepekan sebelumnya hanya Rp 55 ribu. Sedangkan beras, harganya naik dari Rp 250 ribu menjadi Rp 255 ribu per 25 kilogram.
“Saya dapat informasi dari distributor, harga bahan pokok naik karena isu kenaikan solar seminggu yang lalu. Telur dan beras dikirim dari Jawa Timur dan Kalimantan Selatan menggunakan truk,” kata perempuan berusia 22 tahun itu kepada kaltimkece.id, Senin, 5 September 2022.
Kondisi tak jauh berbeda dialami Suprapto, pemilik warung makan di Tenggarong. Pria berumur 35 tahun ini mengaku menaikkan beberapa dagangannya karena harga BBM naik. Salah satu dagangannya yang mengalami kenaikan harga adalah air mineral kemasan tanggung, dari Rp 4 ribu menjadi Rp 5 ribu per botol.
“Masalahnya, modal belanja kami jadi bertambah. Jadi, ya, terpaksa dinaikkan,” ucapnya. Salah satu bahan pokok makanan yang bikin Suprapto kacak kepala adalah mahalnya harga telur. Walau demikian, ia belum menaikkan harga makanan yang dijual karena kebanyakan pelanggannya adalah mahasiswa dan pelajar. “Kalau harga makanan juga dinaikkan, pembeli akan mengeluh,” imbuhnya.
Penyebab Harga BBM Naik
Dikonfirmasi di lokasi berbeda, Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kukar, Rahmad Fitriadi, tak menampik bahwa kenaikan harga bahan pokok di Kukar imbas kenaikan harga BBM. Pemerintah mengumumkan kenaikan harga beberapa jenis BBM pada Sabtu, 3 September 2022. Harga pertalite yang semula Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter sedangkan solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Pemerintah beralasan, menaikkan harga BBM bersubsidi itu karena biaya subsidi BBM yang ditanggung APBN kelewat besar. Sepanjang 2022, biaya subsidi BBM dilaporkan mencapai Rp 502 triliun.
“Oleh sebab itu, perlu ada penyesuaian harga pertalite dan solar,” kata Rahmad Fitriadi kepada kaltimkece.id. Untuk menangani dampak yang ditimbulkan kenaikan ini, pemerintah memberikan bantuan langsung tunai atau BLT sebesar Rp 150 ribu kepada keluarga prasejahtera dan Rp 600 ribu untuk pekerja swasta dengan ekonomi rentan. Bantuan tersebut bersumber dari APBD Kaltim senilai Rp 800 miliar.
“Bantuan sosial ini sebagai pengganti subsidi BBM,” sambungnya.
Untuk menstabilkan harga bahan pokok di 18 kecamatan di Kukar, pemerintah kabupaten akan melakukan operasi pasar. “Ini adalah upaya alternatif yang kami lakukan. Semoga, harga bahan pokok lekas stabil,” ujarnya.
Unit Manager Communication dan CSR, Pertamina Marketing Operation Regional (MOR) Kalimantan, Susanto August Satria, memberikan keterangan tambahan soal penyebab harga BBM naik. Selain anggaran subsidi BBM membengkak, juga disebabkan penyaluran BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Sebanyak 89 persen dari total BBM bersubsidi disebut dinikmati masyarakat mampu. “Artinya, hanya 11 persen untuk warga dengan ekonomi menengah ke bawah,” bebernya
Menurut catatan Pertamina MOR Kalimantan, tahun ini Kaltim mendapat jatah pertalite sebesar 515.402 kiloliter. Sebanyak 416.267 kiloliter di antaranya telah digunakan. Adapun kuota solar yaitu 206.182 juta kiloliter dan sudah digunakan 146.706 kiloliter.
Kaltim Disebut Mengalami Deflasi
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim, Ricky Perdana Gozali, mengklaim, sejumlah komoditas pangan mengalami penurunan harga. Hal ini karena sejumlah daerah pemasok pangan ke Kaltim tengah menghadapi musim panen. “Bersamaan itu, harga crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku utama minyak goreng juga melandai,” sebut Ricky.
Penurunan ini membuat Kaltim mengalami deflasi pada Agustus 2022 setelah bulan sebelumnya mengalami inflasi. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, deflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim pada Agustus 2022 sebesar 0,26 persen (secara month to month/mtm). Sedangkan pada Juli 2022 mengalami inflasi 0,61 persen (mtm). Capaian ini membuat inflasi tahunan Kaltim pada periode yang sama menjadi 4,96 persen (year on year).
“Cabai rawit, minyak goreng, bawang merah, dan tomat merupakan komoditas bahan pangan utama penyumbang deflasi Kaltim pada Agustus itu,” jelas Ricky. Selain makanan, kelompok transportasi juga dilaporkan mengalami penurunan harga. “Kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 1,49 persen (mtm),” imbuhnya.
Untuk menjaga pasokan dan kestabilan harga komoditas, tim pengendalian inflasi daerah atau TPID se-Kaltim melakukan koordinasi. Pada Agustus 2022, Ricky membeberkan, koordinasi TPID Kaltim membahas kegiatan temu tani, operasi pasar, serta pasar murah. Koordinasi juga dilakukan bersama pemerintah daerah dan pusat melalui rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi. “Presiden Joko Widodo bersama Kementerian Dalam Negeri menetapkan pengendalian inflasi sebagai perhatian utama pemerintah pusat dan daerah pada 2022,” pungkasnya. (*)
Dilengkapi oleh: Giarti Ibnu Lestari