kaltimkece.id Pascamomentum Ramadan dan libur Idulfitri 1446 Hijriah, laju inflasi di Kaltim tercatat tetap terkendali dan menunjukkan tren positif. Stabilitas harga berbagai kebutuhan pokok menjadi indikator utama bahwa pengendalian inflasi di Bumi Etam masih berjalan efektif.
Merujuk data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim menunjukkan, indeks harga konsumen (IHK) Kaltim pada April 2025 mengalami inflasi sebesar 0,90 persen secara bulanan (month to month/mtm). Angka ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan Maret 2025 yang mencapai 2,02 persen. Inflasi tahunan (year on year/yoy) tercatat sebesar 1,57 persen dan inflasi tahun kalender (year to date/ytd) sebesar 1,66 persen.
Capaian inflasi Kaltim tersebut bahkan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang pada periode yang sama mencapai 1,95 persen (yoy). Hal ini menjadi bukti keberhasilan berbagai kebijakan dan sinergi antarinstansi dalam menjaga kestabilan harga, terutama pada periode yang biasanya rawan lonjakan inflasi.
Kepala KPw BI Kaltim, Budi Widihartanto, menyampaikan bahwa salah satu penyumbang utama inflasi April berasal dari kelompok perumahan, listrik, air, dan bahan bakar rumah tangga, dengan kontribusi sebesar 0,79 persen (mtm). Menurutnya, kenaikan ini didorong oleh berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik yang sebelumnya berlaku hingga Februari 2025.
"Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, akibat meningkatnya curah hujan yang memengaruhi produksi pangan," jelas Budi dalam rilis resmi KPw BI Kaltim yang diterima kaltimkece.id.
Ia menambahkan, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan antara lain daging ayam ras, kangkung, bayam, tomat, dan ikan tongkol. Namun, laju inflasi turut ditekan oleh penurunan harga sejumlah komoditas strategis lainnya. Di antaranya adalah angkutan udara, cabai rawit, udang basah, bensin, serta tarif pulsa ponsel yang mengalami penurunan harga dan memberikan efek pengendali terhadap inflasi April.
Untuk menjaga stabilitas harga ke depan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Kaltim terus menggencarkan berbagai program strategis, salah satunya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Program ini mencakup berbagai inisiatif mulai dari mekanisasi pertanian, distribusi bantuan pupuk, hingga pengembangan sistem digital farming.
Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) di berbagai wilayah, serta peresmian kios pengendali inflasi oleh TPID Kutai Kartanegara. GPM dinilai efektif dalam menstabilkan harga dan memperluas akses masyarakat terhadap bahan pangan dengan harga terjangkau.
"Koordinasi antar-TPID terus diperkuat melalui forum rapat rutin, program edukasi Ulama Peduli Inflasi, serta kampanye diversifikasi pangan dan belanja bijak," tutur Budi.
Ke depan, kata Budi, TPID Kaltim akan terus mengimplementasikan strategi 4K, yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Program ini juga diharapkan mampu mendorong investasi sektor swasta untuk menopang pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih inklusif dan berkelanjutan.(*)