kaltimkece.id Bisnis hunian kamar di sejumlah hotel di Balikpapan laris manis selama libur Idulfitri 1444 Hijriah. Salah satu hotel yang menuai berkah dari Hari Raya umat Islam itu adalah Hotel Horison Sagita Balikpapan. Public Relation Hotel Horison Sagita Balikpapan, Muhammad Asri Febriawan, menyebutkan, tingkat okupansi Hotel Sagita naik 35 persen saat Lebaran lalu.
“Waktu Lebaran, semua kamar full. Bahkan, banyak pemesan kamar terpaksa kami tolak karena sudah penuh,” kata Asri kepada kaltimkece.id, Rabu, 4 Mei 2023. Ia menjelaskan, hotel yang memiliki 90 kamar ini sudah penuh sejak seminggu sebelum cuti bersama libur Lebaran. “Pada awal Mei ini juga masih naik okupansinya,” imbuhnya.
Buah manis dari libur Idulfitri tahun ini turut dirasakan Hotel Blue Sky di Jalan Letjen Suprapto, Balikpapan Barat; dan Hotel Golden Tulip di Jalan Jenderal Sudirman, Balikpapan Kota. Senior Sales Manager Hotel Blue Sky, Berlian, menyebutkan, saat Lebaran tingkat okupansi Hotel Blue Sky mencapai 82 persen. Sementara Public Relation Golden Tulip, Renny Margaretha, mengatakan, tingkat okupansi Hotel Golden Tulip pada momen Lebaran tembus 100 persen.
“Banyak keluarga yang menginap di hotel kami,” sebut Berlian.
Menurut Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Balikpapan, Febri Yudiono, meningkatnya okupansi hotel adalah hal yang biasa. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kata dia, tingkat okupansi hotel menurun pada pekan pertama Ramadan lalu menanjak pada pekan kedua dan seterusnya. Rata-rata, tamu hotel selama Lebaran berasal dari luar Balikpapan.
“Puncak room occupancy tertinggi terjadi pada 23 hingga 25 April 2023. Setelah itu, kondisinya kembali normal,” kata Febri kepada kaltimkece.id, Sabtu, 6 Mei 2023.
Walau bisnis hunian kamar hotel menggelora namun tidak dengan usaha kulinernya. Febri membeberkan, jumlah pengunjung bisnis makanan dan minuman di beberapa hotel di Kota Minyak turun. Ia menyakini, penurunan ini disebabkan munculnya imbauan pejabat publik tidak menggelar buka puasa bersama.
“Sedikit banyak pasti memberikan dampak terhadap penurunan food and beverage occupancy,” jelasnya.
Febri berharap, realisasi pembangunan infrastruktur di sektor pariwisata ditingkatkan agar semakin banyak orang yang membutuhkan penginapan. Adanya proyek refinery development master plan alias RDMP di kilang minyak Balikpapan dan pembangunan ibu kota negara Nusantara diyakini memberikan dampak positif bagi bisnis perhotelan.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri alias Kadin Balikpapan, Yuli Shinta Noviyanti, memberikan pandangan. Ia mengatakan, meningkatnya okupansi hotel memberikan imbas baik bagi sejumlah pelaku usaha lainnya. Bisnis kuliner, pariwisata, hingga pusat perbelanjaan di Balikpapan disebut ikut menggeliat seiring meningkatnya tamu hotel.
“Tentu ini menandakan perekonomian bangkit,” ucapnya.
Naiknya tingkat okupansi hotel ditambah adanya pembangunan IKN, sambung Yuli, juga menandakan bahwa penghuni Balikpapan semakin padat. Oleh sebab itu, menurutnya, perlu ada penambahan infrastruktur publik seperti pelebaran jalan agar kemacetan dan banjir dapat teratasi. Dengan begitu, perekonomian dan kegiatan masyarakat bisa berjalan bersama. (*)