kaltimkece.id Balikpapan tengah menghadapi krisis bahan bakar minyak. Sudah empat hari sejak Sabtu, 17 Mei 2025, semua stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU di kota ini tak menyediakan pertamax (research octane number/RON 92). Beberapa pom bensin bahkan berhenti beroperasi. Sementara itu, SPBU yang masih buka dipadati kendaraan. Kondisi ini menyebabkan lalu lintas sempat kacau.
Sepanjang hari pada Senin, 19 Mei 2025, jurnalis kaltimkece.id memantau situasi Balikpapan. Setidaknya ada tiga pom bensin yang tak beroperasi yaitu Pertashop di Kelurahan Baru Ulu, Pertashop di Kelurahan Sepinggan Baru, dan SPBU di Jalan Ahmad Yani. Di bagian depan semua pom bensin itu tertera papan bertuliskan tak tersedia pertamax.
Adapun SPBU yang masih beroperasi yakni di Kebun Sayur, Karang Anyar, Kilometer 4, Kilometer 9, Gunung Guntur, Stalkuda, Sepinggan, dan tiga SPBU di sepanjang Jalan MT Haryono. Semua SPBU itu juga tak menjual pertamax. Mereka hanya menyediakan pertamax turbo (RON 98) atau pertalite dengan fasilitas pengisian yang terbatas. Walhasil, antrean tak terelakkan. Butuh 1,5 jam untuk jurnalis media ini mendapatkan 4,3 liter pertamax turbo di SPBU Kebun Sayur.
Antrean-antrean di semua SPBU itu mengular hingga memakan jalan. Tak ayal, semua jalan di lokasi SPBU menjadi macet. Sulitnya mendapatkan bensin juga membuat kendaraan mogok. Pada hari itu, sejumlah warga terpantau mendorong sepeda motor karena kehabisan bensin.
Pemandangan serupa masih terjadi hingga Selasa sore, 20 Mei 2025. Pada siang saat hujan deras mengguyur Balikpapan, ratusan orang tampak masih mengantre di SPBU-SPBU itu.
kaltimkece.id telah menghubungi Area Manager Communication & CSR Kalimantan, Edi Mangun, untuk mengonfirmasi masalah tersebut. Hingga Selasa sore, pesan singkat yang dilayangkan ke WhatsApp Edi belum dibalas.
Edi memberikan penjelasan dalam sebuah video yang beredar di media sosial sejak Senin malam, 19 Mei 2025. Ia mengklaim pasokan pertamax di Balikpapan masih tersedia, hanya saja terjadi keterlambatan distribusi dalam beberapa hari terakhir. Keterlambatan ini disebabkan terjadi lonjakan permintaan pertamax. Konsumsi harian pertamax di Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Paser disebut mencapai 370 kiloliter per hari.
Selain keterlambatan distribusi, krisis pertamax juga disebabkan pengalihan distribusi dari Fuel Terminal Balikpapan ke Fuel Terminal Samarinda. Pengalihan ini, kata Edi, karena sedang dilakukan stock opname atau inventarisasi barang di Fuel Terminal Balikpapan.
"Langkah ini bertujuan untuk memastikan kualitas BBM yang didistribusikan kepada konsumen sesuai dengan apa yang diatur atau menjadi persyaratan pemerintah," katanya. Ia menjamin, distribusi BBM di SPBU kembali normal pada Selasa ini.
Sehari setelah Edi memberikan penjelasan, giliran Executive General Manager PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Alexander Suliso, memberikan keterangan. Ia juga mengklaim bahwa krisis BBM di Balikpapan sudah teratasi sejak Selasa pagi, 20 Mei 2025. BBM untuk Balikpapan, kata dia, telah mendapat bantuan pasokan dari Samarinda dan Banjarmasin. Ia menyebut stok BBM untuk Balikpapan sudah sangat aman untuk beberapa hari ke depan.
"Untuk masyarakat Balikpapan, kami memohon maaf atas yang terjadi kemarin. Mudah-mudahan dengan datangnya stok, sudah sangat aman untuk beberapa waktu ke depan. Stoknya sudah bisa memenuhi seluruh masyarakat Kalimantan, terutama pertamax," kata Alexander Susilo.
Bukan kali ini saja Balikpapan dilanda masalah BBM. Beberapa tahun silam, sejumlah SPBU di Balikpapan kerap dikerumuni truk-truk nyaris sepanjang waktu. Mereka mengantre membeli solar bersubsidi. Pada 2024, sebagian SPBU di kota ini sudah tak menyediakan pertalite atau bensin bersubsidi.
Kemudian pada April 2025, banyak warga Kaltim, termasuk Balikpapan, mengeluh karena kendaraannya "brebet" setelah mengisi bensin di SPBU. Berdasarkan investigasi Pemkot Samarinda, kendaraan warga itu rusak karena mengonsumsi bensin yang bermasalah. Kejaksaan Agung bahkan mengungkap, pertamax pernah dioplos dari pertalite dalam kurun 2018-2023.
Balikpapan mendapat julukan Kota Minyak karena kilang minyak dan gas berdiri di kota ini. Sejumlah media nasional menyebut, setelah mengalami perluasan kilang dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP), pabrik pengolah migas di Balikpapan kini berkapasitas 360.000 barel minyak per hari.
Melansir indonesiabaik.id, kapasitas ini membuat kilang minyak Balikpapan menjadi yang terbesar ketiga di Asia Tenggara. Di atasnya adalah Kilang Jurong ExxonMobil, Singapura, berkapasitas 592.000 barel minyak per hari; dan Kilang Pulau Bukom Shell, Singapura, kapasitas 500.000 barel minyak per hari.
Ekonom Universitas Mulawarman, Samarinda, Purwadi, mengkritik keras krisis minyak hingga empat hari di Balikpapan. Pertamina disebutnya sudah sangat keterlaluan dalam mendistribusikan BBM untuk Balikpapan. Pertamina dan pemerintah, kata dia, seharusnya malu ada kilang besar di Balikpapan namun kerap terjadi krisis minyak.
"Ini sama saja tikus mati di lumbung padi," sindir akademikus Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu.
Ia pun mendesak Pertamina membuka data semua aktivitas migas dari hulu sampai hilir sebagai bentuk transparansi. Menurutnya, alasan yang dibuat Pertamina mengenai penyebab krisis BBM di Balikpapan tak masuk akal. Tak pernah ada, sebut dia, kabar yang menyatakan Kaltim mengalami pertumbuhan penduduk yang signifikan sehingga menyebabkan peningkatan konsumsi minyak secara tajam.
"Kasus ini aneh sekali. Seperti ada yang ditutupi," sebutnya.
Purwadi juga meminta Pertamina membenahi manajemennya. Sudah sepatutnya, ujar dia, publik mendapatkan transparansi kegiatan Pertamina dengan mudah. Berapa jumlah minyak yang dieksploitasi, diproduksi, hingga disalurkan ke SPBU dan konsumen harus bisa diakses melalui digitalisasi. Dengan begitu, masyarakat dapat mengawasi kegiatan Pertamina dan mendapat pencerahan yang riil. (*)