kaltimkece.id Sunyi menyelingkup di aula Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kaltim, Jalan Kusuma Bangsa, Samarinda, tatkala para kafilah mulai mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah Alquran (KTIQ) kategori putri. Sejak pukul 08.00 Wita, peserta dari seluruh provinsi berfokus menulis karya ilmiah. Suara papan ketuk terdengar sesekali diikuti bunyi kertas yang baru keluar dari alat pencetak.
Senin, 9 September 2024, para kafilah berupaya menyusun naskah mereka sebaik-baiknya di bawah pengawasan ketat panitera Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXX. Di ruangan di lantai lima gedung BPKAD Kaltim itu, hanya dewan hakim dan panitera yang diizinkan masuk.
Seorang dari puluhan peserta itu bernama Deajeng Azura Faradiba, 21 tahun. Perempuan yang disapa Ajeng itu menuntaskan naskahnya ketika hari menjelang petang. Hasilnya, ia dinyatakan lolos ke babak semifinal dan final.
Babak semifinal dan final cabang KTIQ kategori putri, MTQ Nasional XXX, diadakan pada 12 dan 14 September 2024. Ketegangan di aula makin meningkat dibanding babak penyisihan. Setelah menyelesaikan karya tulis, seluruh finalis diminta dewan hakim membuktikan karya mereka di hadapan ratusan penonton.
"Malam sampai keesokan harinya, badan saya gugup. Tangan saya terasa dingin karena menanti pengumuman lomba," tutur Ajeng menceritakan pengalaman mengikuti lomba tingkat nasional ketika ditemui kaltimkece.id di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman, Selasa, 17 September 2024.
Pemenang cabang KTIQ memang diumumkan sehari kemudian, tepatnya Ahad malam, 15 September 2024, saat penutupan MTQ Nasional XXX di Gelora Kadrie Oening, Sempaja. Dewan hakim menyatakan, pemenang KTIQ kategori putri berasal dari Kalimantan Timur atas nama Deajeng Azura Faradiba. Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Hakim Nomor 04/Kep.DH/MTQN-30/9/2024, Ajeng memperoleh nilai 92,685. Posisi kedua atas nama Qinta Berliana Valfini dari Daerah Khusus Jakarta dengan nilai 88,535. Sementara itu, posisi ketiga diraih Luqyana Azmiya Putri dari Jambi dengan nilai 88,071.
Segala kegugupan dan ketegangan Ajeng sirna bersalin kebahagiaan. Ajeng tak hentinya mengucapkan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Air matanya tak terasa menetes karena terbawa haru. Ia mengajak orang tua, guru, dan rekan-rekannya berdoa bersama.
"Masyaallah, saya bersyukur sekali. Saya sangat terharu dan bahagia," imbuhnya.
Ajeng adalah putri dari Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara. Ia lahir, besar, dan menyelesaikan pendidikan dari SD hingga SMA di kecamatan pesisir Kukar tersebut. Saat ini, perempuan yang telah mengharumkan nama Kaltim itu merupakan mahasiswa semester tujuh Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Unmul, Samarinda.
Juara dari Dua Tema Karya Tulis
Ajeng menulis dua tema di MTQ Nasional. Pada babak penyisihan, naskahnya berjudul Habituasi Qaulan Ma'rufa dalam Keluarga: Upaya Meminimalisasi Trend Abusive Language pada Remaja. Tema ini mengisahkan tentang masih adanya pelajar SMP yang menggunakan kalimat kasar kepada teman sebaya maupun kepada orang yang lebih tua.
Ajeng mengambil objek penelitiannya di sebuah SMP di Kaltim. Sejumlah pelajar ditemukan masih mengeluarkan kalimat yang tidak semestinya. Dari penelitian tersebut, Ajeng mengajukan solusi berupa tiga tahapan pembiasaan. Pertama, kebiasaan dengan langkah kecil seperti mengenakan seragam sekolah dengan rapi, menghormati teman sekelas, dan mengikuti pelajaran dengan serius. Kedua, menjadikan kebiasaan tersebut dalam bentuk tantangan. Terakhir, memberikan penghargaan kepada diri sendiri untuk setiap pencapaian.
"Habituasi Qaulan Ma'rufa adalah solusi preventif meminimalisasi tren abusive language di kalangan remaja," jelasnya.
Tema kedua yang ditulis Ajeng adalah Digital Parenting: Pelindung Anak dari Jeratan Cyber Gambling. Naskah ini disodorkan di babak semifinal KTIQ MTQ Nasional XXX. Ajeng menyebut, pada kuartal pertama 2024, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan mencatat, pemain judi online di Indonesia sebanyak empat juta orang. Lebih dari 80 ribu di antaranya berusia di bawah sepuluh tahun. Sementara itu, pemain judi online usia 10-20 tahun mencapai 440 ribu orang.
Berkaca dari data tersebut, ia menawarkan solusi bagi orang tua untuk mengontrol kegiatan anak saat bermain gadget. Ada tiga fase yang diperlukan sesuai tahap perkembangan usia anak. Pertama, membatasi dan menyeleksi setiap tontonan anak usia 1-6 tahun. Kedua, anak usia 7-15 tahun diberikan pemahaman dan diberi perjanjian mengenai jenis tontonan. Ketiga, bagi anak berusia lebih dari 16 tahun, perlu didampingi dan diawasi agar tidak salah memilih tontonan.
"Dengan begitu, anak akan terhindar dari paparan judi online atau tayangan lain yang sifatnya negatif," sambungnya.
Ajeng mengatakan, ada tiga kriteria penilaian di lomba KTIQ. Ketiganya adalah bobot materi, logika dan organisasi pesan yang hendak disampaikan, serta kaidah dan gaya bahasa. Penilaian ini berlaku pada babak penyisihan dan semifinal.
"Memasuki babak final, peserta diminta mempresentasikan kembali karya tulis yang telah dibawakan di babak sebelumnya. Pada babak ini, hanya dinilai 20 persen karena 80 persennya telah dinilai di penyisihan dan semifinal," ucapnya.
Dari Tingkat Kecamatan hingga MTQ Nasional
Ajeng tidak begitu saja bisa mewakili Kaltim di MTQ Nasional XXX. Ia menceritakan perjalanannya. Alumnus SMA 1 Muara Jawa itu mengaku, mulai jatuh cinta dengan dunia tulis ketika duduk di kelas 10 pada 2021. Kala itu, teman sekelasnya ramai menulis berbagai puisi dan cerita pendek.
Ketertarikannya dengan dunia literasi makin tinggi ketika masuk kuliah. Saat semester tiga, Ajeng berpartisipasi di lomba KTIQ mewakili Kelurahan Muara Jawa Pesisir dalam MTQ tingkat kecamatan. Ia berhasil menjadi juara satu MTQ Muara Jawa. Dari situlah, Ajeng memantapkan niatnya. Ia ingin berdakwah dan beramal dengan memberikan manfaat kepada banyak orang melalui tulisan.
Pada tahun yang sama, Ajeng diutus mewakili Kecamatan Muara Jawa di MTQ Kabupaten Kukar. Lagi-lagi, ia memperoleh juara satu. Ajeng kembali menyabet peringkat kedua MTQ tingkat Provinsi Kaltim di Balikpapan pada 2023 mewakili Kukar. Waktu itu, juara KTIQ kategori putri adalah kafilah dari Samarinda.
Walaupun duduk di peringkat kedua, jalan Ajeng menuju MTQ Nasional XXX rupanya tetap terbuka. Satu di antara syarat mengikuti MTQ Nasional XXX adalah maksimal berusia 25 tahun. Kafilah dari Samarinda tadi berusia lebih dari 25 tahun. Ajeng yang kemudian diutus Kaltim mengikuti MTQ Nasional. Dan, ia menyabet juara pertama.
"Setiap mau lomba, saya pasti minta doa dari orang tua dan orang terdekat. Semoga saya diberi kemudahan dan kelancaran setiap menjalani proses perlombaan," jelasnya.
Ajeng juga bersyukur bisa membanggakan nama Kaltim. Prestasi yang ia raih tidak lepas dari seluruh masyarakat Kaltim terutama orang tua dan orang-orang terdekat. Ia berharap, posisi Kaltim sebagai juara umum terus dipertahankan. (*)