kaltimkece.id Umayah, 44 tahun, tengah menikmati waktu istirahat dengan duduk di lantai mes sebuah perusahaan batu bara. Sudah setengah hari, ia menyelesaikan pekerjaan mencuci pakaian karyawan perusahaan yang berlokasi di Desa Sungai Payang, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara. Lelah yang Umayah rasakan justru membawa kebahagiaan. Ia diupah dengan baik walaupun hanya berstatus pekerja harian.
Kamis, 27 Mei 2021, setelah sukses mengusir lelah, Umayah melanjutkan pekerjaan. Ia bersama 36 warga Desa Sungai Payang kembali membersihkan ratusan potong pakaian karyawan tambang. Pekerjaan ini Umayah peroleh berkat kehadiran Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Payang Sejahtera. Perusahaan memercayakan pekerjaan penatu kepada bumdes tersebut.
Bumdes kemudian merekrut warga desa, kebanyakan perempuan, untuk menjalankan usaha laundry ini. Setiap pekerja seperti Umayah menerima honor dari Bumdes sebesar Rp 4,2 juta sebulan. Penghasilan yang besar itu benar-benar membantu warga setempat.
"Alhamdulillah, semua kebutuhan bisa terpenuhi. Anak saya juga bisa kembali melanjutkan kuliah," tutur Umayah ketika ditemui kaltimkece.id di tempat kerjanya. Sebelum ikut usaha penatu, Umayah adalah petani dan pedagang makanan ringan. Ia berjualan di dekat rumah saja. Sementara suaminya, adalah pekerja serabutan.
Pendapatan mereka dulu tak lebih Rp 1,5 juta sebulan. Setahun silam, anak sulungnya hampir putus kuliah. Pertolongan yang tak disangka datang. Bumdes Sungai Payang mengumumkan perekrutan warga untuk dilibatkan dalam unit usaha. Umayah pun bergabung.
Umayah tak sendirian. Tetangganya yang masih satu desa, Ardiana, 47 tahun, juga bekerja bagi Bumdes Sungai Payang. Ardiana sebelumnya membuka usaha katering. Berkat Bumdes, Ardiana dan sepuluh ibu rumah tangga diminta menjalankan unit usaha katering. Mereka kini harus memasak 300 porsi saban hari untuk dua perusahaan.
Kepada kaltimkece.id, Ardiana mengatakan, memasak adalah hobinya bersama teman-teman. Hobi itu kini menghasilkan. Setiap bulan, setiap ibu-ibu mendapat honor Rp 1 juta. “Lumayan sekali untuk menambah penghasilan rumah tangga. Lagi pula, ini juga hobi, kok,” katanya.
Awal Mula Bumdes
Desa Sungai Payang berdiri pada 1972 dengan luas wilayah 45 ribu hektare. Penduduknya kurang lebih 3.000 jiwa. Desa ini pada mulanya berstatus tertinggal. Sampai pada 2016, Rusdin terpilih sebagai kepala desa. Setelah dilantik, Rusdin berpikir bahwa potensi Desa Sungai Payang sangat besar. Sejumlah perusahaan pertambangan dan perkebunan beroperasi di sana. Akan tetapi, belum maksimal meningkatkan kesejahteraan warga. Dari situlah, Rusdin yang baru berusia 39 tahun berniat mengembangkan Bumdes.
Perjuangan pemerintah desa membangun Bumdes berliku-liku. Pada 2016, usulan modal usaha Bumdes Sungai Payang sebesar Rp 300 juta ditolak Pemkab Kukar. Alasannya, belum satu pun desa di Kukar yang mengajukan bantuan permodalan bagi Bumdes.
Rusdin tak patah arang. Pada awal 2017, pemerintah desa merestrukturisasi Bumdes sekaligus membenahi sistem administrasi. Mereka memanfaatkan dana desa dari pemerintah pusat. Bumdes merintis 12 unit usaha yang hanya dalam beberapa bulan, mendapat apresiasi dari Kementerian Desa. Sungai Payang dianggap berhasil menggunakan dana desa untuk peningkatan ekonomi yang efektif. Apresiasi dari pusat ini menjadi modal desa menjalin komunikasi dan meyakinkan perusahaan setempat.
Keberhasilan Bumdes
Lini usaha Bumdes satu per satu berkembang pesat seiring kepercayaan pihak swasta. Hanya dalam tiga tahun, unit-unit usaha itu beromzet jumbo.
Menurut Direktur Pelaksana Bumdes Payang Sejahtera, Supian, omzet dari jasa angkutan tandan buah sawit sebesar Rp 3 miliar pada 2020. Ada pula jasa pengangkutan minyak hasil sawit yang menyumbang Rp 1 miliar, jasa laundry Rp 1 miliar, katering Rp 1 miliar, dan jasa pengangkutan bahan bakar minyak Rp 500 juta.
“Ditambah tujuh unit usaha yang lain, omzet Bumdes menembus Rp 7,8 miliar pada 2020. Penghasilan bersihnya Rp 600 juta yang masuk ke pendapatan asli desa,” terang Supian.
Sekretaris Bumdes Sungai Payang, Sholikin, menjelaskan bahwa Bumdes saat ini mempekerjakan 140 penduduk desa. Seluruhnya berstatus pegawai lepas harian. Sebanyak 56 orang menjadi sopir angkutan sawit, 23 pegawai laundry, 13 pekerja perkebunan sawit, dan 10 pegawai katering. Sementara 38 warga desa tersebar di unit usaha yang lain.
Sholikin mengatakan, pencapaian ini mendorong Bumdes terus berkembang. Badan usaha berencana menambah sembilan unit lagi. Ia menjelaskan, konsep Bumdes Sungai Payang bukan hanya melulu menghasilkan keuntungan. Bumdes ingin memberdayakan sumber daya manusia di wilayah tersebut.
“Kami menciptakan peluang usaha dan penghasilan bagi warga untuk meningkatkan perekonomian," terangnya.
Desa Sungai Payang yang berstatus tertinggal pun naik kelas menjadi desa berkembang. Menurut Rusdin selaku kepala desa, dua tahun lalu, ada 120 orang yang menerima bantuan langsung tunai. Sekarang, tinggal 12 orang.
Sungai Payang pun meraih penghargaan sebagai desa dengan pengelolaan Bumdes terbaik kedua di Kaltim. Menurut Rusdin, keberhasilan ini tak terlepas dari sinergi perangkat desa dengan masyarakat. Ada kerja sama menumbuhkan kemandirian dan kekuatan ekonomi warga. Partisipasi masyarakat tak hanya difasilitasi mendapatkan pekerjaan, Bumdes membantu dari segi permodalan usaha.
"Sebagai contoh, masyarakat yang memiliki truk dilibatkan dalam pengangkutan tandan sawit ke pabrik," terang Supian selaku pimpinan Bumdes. Ia menambahkan, Bumdes menyediakan unit truk baru bagi warga yang berkeinginan bekerja. Mekanismenya, truk dibeli tunai oleh Bumdes dan warga mengangsur hingga lunas tanpa bunga.
Keberhasilan Bumdes telah sampai di telinga Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar. Pada awal Mei 2021, Abdul Halim secara khusus datang ke Desa Sungai Payang untuk melihat sendiri keberhasilan tersebut. (*)
Editor: Fel GM