kaltimkece.id Pohon aren menjadi sumber utama mata pencarian sejumlah warga Desa Tuana Tuha, Kecamatan Kenohan, Kutai Kartanegara. Hasil dari pohon tersebut, mereka olah menjadi gula semut yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Sebuah produk yang dikatakan Bupati Kukar, Edi Damansyah, memiliki nilai budaya.
Kepada kaltimkece.id, Kepala Desa Tuana Tuha, Tommy, mengatakan, warganya mengandalkan hasil sadapan pohon aren sebagai mata pencarian sejak lama. Awalnya, warga lebih dulu membuat gula aren berbentuk balok kemudian berkembang menjadi gula semut sejak 2020. Alasanya karena harga jual gula semut lebih tinggi ketimbang gula aren.
_____________________________________________________PARIWARA
Produk gula semut warga Desa Tuana Tuha bermerek Guleku. Satu kemasan Guleku dengan berat 250 gram, sebut Tommy, harganya Rp 40 ribu. Sedangkan kemasan 1 kilogram seharga Rp 60 ribu. “Sementara harga gula balok, itu hanya kisaran Rp 25 ribu satu bungkusnya,” sebut lelaki 31 tahun itu, Sabtu, 8 Januari 2022.
Pemerintah desa dan Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim memasarkan Guleku ke hampir semua daerah di Bumi Etam. Biasanya, pemasarannya ke toko-toko cendera mata. Sebuah hotel ternama di Balikpapan bahkan disebut menjadi pelanggan gula semut produksi Desa Tuana Tuha.
Saat ini, kata Tommy, rumah produksi bernama Guleku sedang dibangun oleh Pemkab Kukar. Sebelum rumah itu jadi, pengemasan Guleku dilakukan di rumah-rumah warga. “Rumah produksi ini akan mulai beroperasi pada Februari 2022,” bebernya.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Pada kesempatan berbeda, Bupati Kukar, Edi Damansyah, memberikan apresiasi kepada para pembuat Guleku. Menurutnya, masa depan produk turunan gula aren itu sangat cerah. “Gula semut itu nanti bisa masuk pasar modern, perhotelan, bahkan diekspor,” ucapnya.
Bupati Edi menyebut, Desa Tuana Tuha memiliki potensi menjadi objek wisata budaya. Mengingat, cara warga desa membudidayakan pohon aren dan memproduksi gula secara tradisional, disebut memiliki nilai budaya dan kearifan tersendiri. Oleh karena itu, dia berharap, warga desa bisa terus menginovasi hasil pohon aren. “Dengan begitu, orang bakal banyak berkunjung ke Desa Tuana Tuha melihat proses pembuatannya,” terangnya. (*)
Editor: Surya Aditya