kaltimkece.id Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Purnama milik Desa Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara, membeli rice transplanter atau alat tanam padi otomatis. Produk buatan Thailand ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan memangkas masa tanam padi. Alat ini juga sebagai tanda dimulainya pertanian Kukar yang modern.
Selasa pagi, 22 Maret 2022, BUMDes Sumber Purnama mendemonstrasikan rice transplanter. Kegiatan ini diikuti Bupati Kukar, Edi Damansyah. Ia sempat mengoperasikan alat seharga Rp 31 juta tersebut di persawahan Desa Loh Sumber. Kepada kaltimkece.id, Bupati menjelaskan, alat tersebut dibeli menggunakan uang kas BUMDes Sumber Purnama.
“Kita harus mengapresiasi BUMDes Sumber Purnama karena terus melakukan terobosan. Kami berharap, ini dapat menjadi contoh BUMDes yang lain di Kukar,” ujar Bupati Edi.
_____________________________________________________PARIWARA
Dia menjelaskan, penggunaan alat modern untuk pertanian merupakan sebuah inovasi untuk meningkatan produktivitas pertanian. Selain itu, penggunaan teknologi juga bisa menjadi solisi mengatasi masalah krisis petani. Selama ini, terang Edi, Kukar minim regenerasi petani muda.
Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Desa Loh Sumber akan menjadi penguji rice transplanter. Jika alat tersebut bekerja dengan baik dan cocok digunakan di persawahan Kukar, kata Edi, Pemkab akan membeli rice transplanter dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada para petani Kukar.
“Dengan begitu, perekonomian akan meningkat dan petani menjadi lebih sejahtera,” terang pria 57 tahun itu.
Direktur BUMDes Sumber Purnama, Sudarmadji, memastikan, pembelian alat tersebut telah melalui analisis sejumlah petani. Petani merasa, bertani dengan cara konvensional atau tradisional memakan banyak waktu dan biaya. Bertani tradisional, sebutnya, memerlukan biaya sekitar Rp 3,2 juta per hektare. Sedangkan menggunakan rice transplanter hanya perlu Rp 2,3 juta dengan luas sawah yang sama. Artinya, petani bisa memangkas biaya produksi sekitar Rp 900 ribu.
“Pekerjaan juga menjadi lebih cepat. Menggunakan mesin ini, menanam padi hanya memerlukan dua sampai tiga jam per hektare,” katanya.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Berkurangnya biaya produksi karena rice transplanter memangkas penggunaan bibit padi. Sebelum menggunakan alat tersebut, kata Sudarmadji, diperlukan bibit sebanyak 60 kilogram untuk satu hektare. Sedangkan menggunakan rice transplanter hanya memerlukan bibit sebanyak 30 kilogram per hektare. “Karena penanamannya lebih sempurna,” jelasnya.
Ada empat unit rice transplanter yang dibeli BUMDes Sumber Purnama di Thailand. Total biaya pembeliannya adalah Rp 124 juta. Sudarmadji membenarkan, biaya pembelian bersumber dari kas BUMDes. Ada sejumlah syarat jika ingin menggunakan alat tersebut. Salah satunya membayar biaya sewa. “Petani yang mau menggunakannya juga harus memesan satu bulan sebelum musim tanam,” tutup Sudarmadji. (*)
Editor: Surya Aditya