kaltimkece.id Suatu hari pada 2021, Suarnita, 49 tahun, hanya bisa berdiam diri di rumah. Sudah berhari-hari langit murung yang disertai hujan deras. Padahal, perempuan yang tinggal di Desa Jembayan Dalam, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara, itu harus menjemur bulir padi hasil panen sawahnya. Sinar matahari sayangnya tak kunjung datang.
Dua ton gabah milik Suarnita akhirnya busuk. Gabah tersebut tidak bisa dijual. Tanpa uang di tangan, ia pun kebingungan pada musim tanam selanjutnya. Suarnita tidak punya modal untuk bercocok tanam lagi.
Pertolongan baginya datang pada pertengahan 2021. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Purnama, Loh Sumber, Loa Kulu, tengah menggalakkan program bantuan usaha pertanian. Bantuan yang ditawarkan meliputi seluruh kebutuhan produksi pertanian untuk petani.
Tanpa berpikir panjang, Suarnita mengajukan diri sebagai anggota usaha BUMDes Purnama. Ia menerima bantuan benih padi, pestisida, dan pupuk. Kemudahan yang lain juga diperoleh. Semenjak bergabung di BUMDes, ia dibantu menanam padi, memanen, hingga pascapanen. BUMDes bahkan membeli gabahnya dengan harga tertinggi sesuai kesepakatan.
“Acuan harganya adalah musim tanam sebelumnya. Kami tidak takut harga gabah anjlok," terang Suarnita kepada kaltimkece.id, Sabtu, 11 Februari 2023. Rasa aman makin lengkap ketika BUMDes turut menjamin usaha petani. Ada asuransi yang melindungi risiko gagal panen.
Awal Mula Berdirinya BUMDes
Loa Sumber adalah sebuah desa dengan luas wilayah 16 ribu hektare. Jumlah penduduknya 3.512 jiwa. BUMDes di desa tersebut didirikan pada 2020 ketika Sukirno, 48 tahun, baru setahun terpilih sebagai kepala desa. Badan usaha itu bertujuan untuk menambah pendapatan asli desa.
Kepala desa membentuk BUMDes Sumber Purnama beserta kepengurusannya. Modal awal dialokasikan Rp 100 juta. Usaha yang dipilih yakni pengelolaan pertanian padi sawah, mulai tanam padi hingga pemasaran. Unit tersebut menjadi usaha satu-satunya BUMDes.
Kepada kaltimkece.id, Sukirno mengatakan, usaha ini sebenarnya bertentangan dengan geografis desa yang ia pimpin. Tidak sejengkal tanah pun di Loh Sumber yang berupa sawah atau ladang padi. Akan tetapi, desa itu dikelilingi lumbung padi. Ada 14 desa di Kecamatan Loa Kulu yang mayoritas dihuni petani padi.
"Potensi itulah yang menjadi dasar untuk menjalankan unit usaha milik desa," ucapnya.
Sukirno kemudian mencari kendala yang dihadapi petani. Di desa lain, petani kesusahan ketika harga gabah anjlok maupun ketika gagal panen. Sukirno bersama BUMDes lantas bertekad membangun ekosistem pertanian yang profesional.
BUMDes tadi kemudian berfokus mendampingi petani saat musim tanam hingga pascapanen. BUMDes juga menyediakan permodalan untuk petani bekerja sama dengan bank milik negara. Ada pula asuransi pertanian melalui kerja sama dengan perusahaan swasta.
"Semua itu untuk menjamin kesejahteraan petani," sambung pria yang sudah menjabat kepala desa selama tiga tahun tersebut.
Program batuan pertanian dari BUMDes Sinar Purnama dinilai sukses oleh pemerintah. Pemkab Kukar memberikan penghargaan kepada Bumdes di Loa Sumber. BUMDes itu mendapatkan peringkat kedua inovator terbaik dalam Pekan Inovasi 2022.
Keberhasilan BUMDes
Direktur BUMDes Sumber Purnama, Sudarmadji, menjelaskan bahwa lini usaha BUMDes mulai berkembang sejak 2020. Mereka menjalankan Program Sinar Purnama yang berfokus kepada sektor pengembangan padi sawah. Sudarmadji menjelaskan teknis dari program tersebut.
Modal bagi seorang petani pada masa tanam bervariasi, sekitar Rp 6 juta. Pembayaran dari pinjaman modal itu akan dipotong dari hasil penjualan gabah kepada BUMDes. “Untuk diketahui, kami membeli gabah petani di atas harga rata-rata,” tutur Sudarmadji.
Sementara untuk biaya premi asuransi, sepenuhnya dibayar BUMDes. Sumbernya dari keuntungan BUMDes menjual beras. Sudarmadji melanjutkan, BUMDes memang telah membangun rice milling unit (RMU) atau penggilingan padi di Desa Loh Sumber. Dari penggilingan padi ini, gabah yang dibeli dari petani dijual di pasar dalam bentuk beras. Dari situlah keuntungan BUMDes.
Modal pembangunan pabrik bersumber dari bank dan bantuan perusahaan swasta di dekat desa. Biaya pembangun RMU kurang lebih Rp 1,5 miliar. Peralatan dan desain mesin RMU dirakit oleh BUMDes. Pabrik ini mampu mengolah gabah kering menjadi beras sebanyak 1 ton per jam. Pabrik ini kemudian dikelola dengan mekanisme kerja sama.
“Petani kini tak perlu susah-susah lagi menggiling atau mengeringkan padi. Pendirian RMU memang bertujuan menghemat waktu produksi dan meningkatkan nilai ekonomi padi,” jelasnya.
RMU di Desa Loh Sumber dioperasikan tujuh karyawan berstatus tenaga harian. Beras yang diproduksi pabrik disebut memiliki kualitas yang baik. Seluas 1.000 hektare lahan disebut menopang kapasitas produksinya.
Beras produksi BUMDes terdiri dari beberapa varietas padi. Ada mikongga, mayas, inpari, dan pandan wangi. Beras kemudian dikemas dengan merek Cap Tugu. Harganya Rp 22.000 untuk kemasan 2 kilogram dan Rp 50.000 untuk kemasan 5 kilogram. Beras ini dipasarkan di Kukar, Samarinda, dan Balikpapan. (*)