kaltimkece.id Para petani Desa Loh Sumber di Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara, akhirnya bisa tersenyum. Mereka tak perlu lagi susah-susah menggiling padinya. Sebuah pabrik rice mining unit (RMU) atau penggilingan padi telah berdiri di desa tersebut. Nilai ekonomi padi pun diyakini bisa meningkat seiring adanya pabrik tersebut.
Kamis, 25 November 2021, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Purnama yang dikelola Desa Loh Sumber meresmikan pabrik RMU. Ditemui setelah peresemian, Direktur BUMDes Sumber Purnama, Sudarmadji, menceritakan latar belakang pabrik. Ide pembangunan muncul karena harga jual gabah kerap anjolok. Tak ingin berlarut-larut, BUMDes membangun RMU di Desa Loh Sumber pada Juli 2021.
Akan tetapi, bukan perkara gampang mendirikan pabrik tersebut. Masalah paling besar mendirikan RMU, kata Sudarmadji, adalah modal pembangunan. Pantang menyerah, BUMDes mencari investor. Harapan muncul setelah sebuah bank milik negara menyatakan bersedia menjadi pemodal. Para petani bersuka cita menyambutnya.
“Pengelolaan pabriknya dilakukan dengan mekanisme kerja sama,” terang lelaki 63 tahun itu kepada kaltimkece.id.
_____________________________________________________PARIWARA
Peralatan dan desain mesin RMU, sambungnya, dirakit sendiri oleh BUMDes. Secara teknis, pabrik ini mampu mengolah gabah kering menjadi beras sebanyak satu ton per jam. Dengan demikian, permasalahan yang dihadapi para petani pascapanen yakni sering kelimpungan menggiling padi, diyakini bisa teratasi.
“Kami juga membeli gabah petani di atas harga rata-rata,” sebut Sudarmadji. Saat ini, tambahnya, RMU di Desa Loh Sumber memiliki dua karyawan. Beras yang diproduksi pabrik disebut memiliki kuwalitas yang baik. Pabrik tersebut memiliki luas lahan untuk memenuhi kapasitas produksi sebesar 1.000 hektare. Pada 2022 nanti, lahan tersebut diperluas sampai 2.000 hektare.
Biaya membangun RMU, sebut Sudarmadji, adalah Rp 1 miliar. Mengenai biaya perawatan pabrik, diperkirakan butuh Rp 400 juta per tahun. Adapun sumber pendapatan BUMDes Sumber Purnama, yakni membeli gabah petani kemudian diolah menjadi beras dan menjualnya ke pasar. Agar pabrik bisa terus beroperasi, BUMDes berkerja sama dengan para ahli pertanian dan sejumlah kampus di Kaltim.
Varietas beras yang diproduksi BUMDes antara lain mikongga, mayas, invari, dan pandan wangi. Beras kemudian dikemas. Kemasan 2 kilogram dijual seharga Rp 20.500. Sedangkan kemasan 5 kilogram harganya Rp 50.000. “Wilayah pemasarannya di Kukar, Samarinda, hingga Balikpapan,” beber Sudarmadji.
Untuk memantapkan pabrik tersebut, para petugas BUMDes Sumber Purnama berencana terbang ke Sidenreng Rappang (Sidrap) dan Pinrang di Sulawesi Selatan. Di kedua kabupaten tersebut, mereka hendak menimba ilmu mengenai pengoperasian penggilingan padi. RMU di Sidrap dan Pinrang, kabarnya, telah lebih maju.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Mohammad Yadi Sofyan Noor, mengaku sangat senang sekaligus bangga dengan berdirinya pabrik RMU. Ia pun menyampaikan terima kasih kepada BUMDes Sumber Purnana yang mau dan berani membangun pabrik penggilingan padi.
“Selama ini, pemilik pabrik beras mayoritas perusahaan swasta. Namun kali ini dimiliki oleh desa. Ini adalah sebuah inspirasi yang baik untuk warga Kukar,” ujar Yadi.
Pertanian, kata Yadi, adalah bisnis yang sangat menjanjikan bila kapasitas produksi terpenuhi, pengolahan berjalan baik, dan pangsa pasar terjaga. Oleh sebab itu, dengan adanya RMU, ia optimistis pertanian Kukar akan berjalan baik. Ia pun menyatakan akan memasukan inovasi RMU ini ke program nasional agar bisa dicontoh daerah lain.
Dia juga menyampaikan, peralatan penggilingan padi yang dikonsep dan dirakit secara otodidak, merupakan invoasi yang amat bijak. Bila alat-alat tersebut dibeli dari perusahaan swasta, harganya bisa mencapi Rp 1 miliar per unit. Ia mendorong Pemkab Kukar membuatkan hak paten peralatan RMU tersebut.
“Di daerah lain, hanya perusahaan swasta dengan ekonomi menengah ke atas yang berani membangun pabrik seperti ini. Jadi, saya sangat salut dengan apa yang dilakukan teman-teman ini. Luar biasa,” tuturnya.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Yang Perlu Diantisipasi BUMDes
Berdirinya RMU di Desa Loh Sumber diapresiasi Sekertaris Kabupaten Kukar, Sunggono. Menurutnya, inovasi ini adalah prestasi yang luar biasa. Mengingat, tujuan RMU untuk meningkatkan taraf ekonomi warga dan menjadi solusi pascapanen padi.
“Saat ini, Kukar berada di peringkat satu sebagai daerah penghasil padi di Kaltim. Kurang lebih daerah ini menyumbang 40 persen beras untuk kebutuhan provinsi,” terang Sunggono.
Dengan telah berdirinya pabrik tersebut, Sunggono berharap, BUMDes Sumber Purnana bisa menjalin kerja sama memberikan motiviasi kepada sejumlah BUMDes dan petan yangi lain di Kukar. Dengan begitu, ekonomi para petani Kukar bisa terangkat juga. Selain itu, BUMDes dan petani Desa Loh Sumber diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian.
“Karya BUMDes ini dapat diterapkan juga ke desa-desa yang lain di Kukar," jelasnya.
Meski demikian, masalah RMU bukannya tak ada. Dia menyebut, yang menjadi persoalan bila penggilingan hanya beroperasi sedikit dalam setahun. Mengingat, masa tanam hingga panen padi adalah tiga bulan. Itu berarti, dalam 12 bulan, hanya empat kali menggiling dan mengemas beras. “Itu akan menjadi beban operasional bagi BUMDes,” sebut Sunggono. Olek karena itu, dia mengingatkan, BUMDes mesti menyikapi masalah tersebut sedini mungkin agar tidak terjadi kerugian yang besar. (*)
Editor: Surya Aditya