kaltimkece.id Pembangunan Jembatan Pela di Desa Muara Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, rampung pada 2004 dengan biaya Rp 117 miliar. Akan tetapi, sampai hari ini, jembatan yang membentang di atas Sungai Mahakam itu belum dioperasikan. Masalahnya, jalan penghubung jembatan tersebut belum ada.
Hal tersebut disampaikan Kepala Desa Muara Pela, Sufyan Noor, kepada kaltimkece.id, Jumat, 19 Agustus 2022. Dijelaskannya, usulan membangun jalan penghubung Jembatan Martadipura (jembatan lain di Kota Bangun) dengan Jembatan Pela sepanjang 3,5 kilometer sudah disampaikan kepada Pemkab Kukar pada 2017. Jalan ini diperlukan agar Jembatan Pela bisa dimanfaatkan. Namun usulan tersebut belum dikabulkan.
“Alasan pemerintah daerah karena tengah mengalami defisit anggaran,” jelasnya.
Sufyan berharap pemerintah segera membangunkan jalan pendekat Jembatan Pela. Pasalnya, penduduk Kota Bangun disebut sudah sangat menantikan jembatan dengan desain melengkung itu. Keberadaan Jembatan Pela diyakini dapat meningkatkan perekonomian warga karena mobilitas semakin mudah.
Sufyan menyebut, mayoritas penduduk Kota Bangun berprofesi sebagai nelayan. Jika Jembatan Pela dioperasikan, nelayan bisa menjual hasil tangkapannya dengan mudah. Selama ini, warga Desa Muara Pela, Desa Muara Wis, dan Desa Muara Muntai menggunakan kapal untuk menyeberangi Sungai Mahakam.
“Lagi pula, Desa Muara Pela sudah ditetapkan pemerintah pusat sebagai destinasi wisata percontohan. Kalau Jembatan Pela dioperasikan, tentu akan mendatangkan lebih banyak wisatawan,” kata Sufyan.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kukar, Wisnu Wardhana tak menampik bahwa Jembatan Pela telah mangkrak selama 17 tahun. Masalahnya, terang dia, tidak murah membangun jalan penghubung Jembatan Pela dengan Jembatan Martadipura. Meski demikian, Dinas Pekerjaan Umum berjanji segera membahas pembangunan jalan pendekat Jembatan Pela.
“Kami rencanakan dulu pembangunan jalannya, termasuk menghitung materi dan teknisnya, lalu pada 2023 kami usulkan anggarannya,” kata Wisnu.
Pendapat Wisnu tersebut diamini Kepala Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum Kukar, Restu Irawan. Dia menjelaskan, pembangunan jalan penghubung Jembatan Pela-Jembatan Martadipura mahal karena ada banyak rawa di sana. Membangun jalan di atas rawa disebut memerlukan biaya yang lebih besar karena memerlukan jalan layang.
Restu menyebutkan, membangun jalan sepanjang satu kilometer membutuhkan biaya Rp 100 miliar. Sementara dari Jembatan Martadipura hingga Jembatan Muara Pela, panjangnya mencapai 3,5 kilometer. Namun tak hanya itu. Untuk mengoperasikan Jembatan Pela, juga diperlukan jalan penghubung Kecamatan Muara Wis sepanjang 4 kilometer. Tambahan jalan ini karena pada awal pembangunan, jembatan tersebut diproyeksikan untuk menghubungkan tiga kecamatan yakni Kota Bangun, Muara Wis dan Muara Muntai. Dengan demikian, panjang jalan pendekat yang mesti dibangun adalah 7,5 kilometer dengan biaya sekitar Rp 800 miliar.
“Kami juga berkomunikasi dengan Menteri Pekerjaan Umum untuk meminta bantuan pembiayaan membangun jalan penghubung Jembatan Pela,” ucap Restu.
Sebenarnya, beber Restu, ada cara lain yang lebih ekonomis membangun jalan di atas rawa yakni menimbun rawa dengan tanah uruk. Akan tetapi, cara ini dinilai tak efektif karena jalan mudah terendam banjir saat hujan deras mengguyur. “Rawa di sana juga banyak menjadi daerah konservasi ikan air tawar,” bebernya.