kaltimkece.id Permukiman yang menyendiri di tepi Danau Semayang itu bernama Desa Pela. Penduduknya senantiasa hidup berdampingan bersama pesut, mamalia penghuni Sungai Mahakam yang terhubung danau seluas 13 ribu hektare tadi. Panorama desa berupa lekukan sungai khas hutan hujan tropis memanjakan mata. Desa Pela pun bersolek untuk menarik wisatawan.
Upaya Desa Pela membangun desa ekowisata sejak beberapa tahun belakangan mulai kelihatan hasilnya. Desa di Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, itu masuk nominasi 50 desa wisata terbaik se-Tanah Air. Pencapaian yang luar biasa karena ada 3.319 desa dari sepenjuru negeri yang mendaftar Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI pada April 2022.
Penentuan desa wisata terbaik di Indonesia kini memasuki tahap tujuh besar. Masih ada penilaian lagi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Desa Pela yang berpenduduk 550 jiwa sebentar lagi menerima kunjungan Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno. Menteri bersama tim akan datang pada Mei 2022 sekaligus memberikan penilaian.
“Desa Pela menjadi satu-satunya desa yang mewakili Kaltim di ajang tersebut,” demikian Alimin, ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pela, kepada kaltimkece.id, Rabu, 11 Mei 2022.
_____________________________________________________PARIWARA
Penilaian desa wisata dalam ADWI 2022 berfokus kepada tujuh kategori. Ada atraksi wisata, penggunaan aplikasi pelayanan wisata, homestay, cendera mata, kelembagaan, promosi digitalisasi, kuliner, dan toilet. Desa Pela disebut sedang berfokus memperkuat kelembagaan berdasarkan evaluasi pada 2021.
Alimin menjelaskan, Desa Pela menawarkan konsep ekowisata. Jenis wisata terdiri dari susur sungai, memancing bersama nelayan setempat, sampai melihat pesut mahakam di Danau Semayang. Desa ini juga menyediakan wisata edukasi. Ada museum nelayan yang berisi koleksi alat tangkap tradisional hingga informasi pesut mahakam.
Pembangunan museum adalah hasil kerja sama Desa Pela dengan Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI). Museum tersebut telah dilengkapi digitalisasi barcode untuk informasi koleksi, termasuk pembayaran nontunai.
Kategori lain juga sudah tersedia di Desa Pela. Ada kuliner khas daerah dan ketersediaan homestay. Alimin menyebutkan, lima rumah warga berfungsi sebagai homestay. Rumah tinggal bagi wisatawan itu sebentar lagi menjalin kerja sama dengan aplikasi penginapan ternama.
Upaya membawa nama Desa Pela ke kancah nasional bukan sekejap mata. Alimin menguraikan, desa ini pada mulanya harus menjaga habitat pesut mahakam. Fauna itu menjadi daya tarik wisata. Makanya, sejak 2018, desa memberlakukan peraturan larangan ilegal fishing sejak 2018. Alat tangkap ikan modern juga tidak diperbolehkan di desa tersebut. Penduduk telah sepakat menjaga kelestarian ikan air tawar yang menjadi makanan utama pesut mahakam.
Dari seluruh upaya tersebut, Desa Pela kini telah ramai menerima kunjungan wisatawan lokal hingga mancanegara. Alimin berharap, desanya bisa masuk tujuh besar ADWI 2022. Dengan demikian, bukan hanya bantuan dana, Desa Pela akan memperoleh promosi di level nasional.
“Ujung-ujungnya, kemajuan pariwisata dapat meningkatkan perekonomian warga desa,” jelas Alimin.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara, Muhammad Ridha Fatrianta, menjelaskan, Desa Pela membawa kebanggaan bagi kabupaten maupun provinsi. Dinas Pariwisata Kukar sejauh ini sebatas mendampingi. Ia menilai, Desa Pela memiliki banyak keunggulan lewat berbagai terobosan dari penduduk setempat.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Pernyataan di atas diamini Kepala Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata Kaltim, Ahmad Herwansyah. Ia mengatakan, sembari menunggu penilaian kementerian, Pemprov Kaltim akan membantu desa melengkapi sarana dan prasarana. Satu di antaranya adalah kedai kuliner.
Herwansyah melanjutkan bahwa terobosan Desa Pela patut diapresiasi. Menurutnya, pariwisata merupakan sektor yang melibatkan banyak orang. Dari sektor yang berkesinambungan ini, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat suatu daerah bisa meningkat. Khusus Desa Pela yang menjalin kerja sama dengan Yayasan RASI untuk menjaga habitat pesut, dua keuntungan bisa diperoleh. Pariwisatanya makin maju, lingkungan pun terjaga. (*)
Editor: Fel GM