kaltimkece.id Sedikitnya ada lima isu strategis yang dihadapi sektor perkebunan di Kutai Timur. Solusi dari beberapa isu tersebut ternyata sejalan dengan program Kalimantan Forest Project (KalFor). Kerja sama antara pemerintah dan mitra lembaga non-pemerintahan menjadi sangat penting.
Menurut Kepala Bidang Perlindungan, Dinas Perkebunan Kutim, Didik Prayitno, pembangunan di Kutim menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa tantangan itu di antaranya penurunan kualitas lingkungan hidup, perubahan iklim, hingga ekosistem hutan.
"Kami ingin mengoptimalkan pengelolaan ruang untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik dan lebih sehat untuk kehidupan," kata Didik dalam Pertemuan Koordinasi Daerah Perencanaan Kerja Sama Mitra Pembangunan Kutai Timur 2021. Acara tersebut berlangsung di Hotel Royal Victoria, Sangatta, Senin, 25 Januari 2021.
Didik mengatakan, ada lima isu strategis yang menjadi pekerjaan rumah di sektor perkebunan. Kelimanya yaitu rendahnya produksi, deforestrasi dan kerusakan lingkungan, peningkatan kebutuhan pangan dan energi. Isu berikutnya adalah nilai tambah dan daya saing perkebunan serta rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Pemkab berharap, para mitra pembangunan bisa mengambil peran dan memberi solusi terhadap isu strategis tersebut. "Tentunya konsentrasi pembangunan perkebunan untuk kesejahteraan masyarakat. Kalau korporasi, dia bisa sendiri," kata Didik.
Sekretaris Dinas Perkebunan Kutim, Muhammad Amin, menambahkan bahwa program pembangunan perkebunan yang direncanakan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan. Pemkab Kutai Timur, melalui Dinas Perkebunan, mengajak mitra lembaga non-pemerintahan merumuskan program pembangunan. Khususnya di sektor perkebunan.
Amin mengatakan, koordinasi dengan mitra pembangunan ini bertujuan merancang perencanaan bersama di sektor perkebunan. Adapun mitra pemerintah yang terlibat di antaranya Kalimantan Forest (KalFor Project), Earthworm Foundation, serta GIZ SCPOPP.
"Koordinasi untuk menyusun program sinkronisasi antara Disbun Kaltim, Disbun Kutim, dan para mitra pembangunan di Kutim. Program yang dihasilkan jangan tumpang tindih," ingatnya.
Program KalFor Project
Kutim memiliki 483.865 hektare areal perkebunan. Sebanyak 95 persen adalah perkebunan kelapa sawit. Adapun serapan tenaga kerja di sektor perkebunan Kutim, mencapai 85 ribu orang.
Menurut Regional Facilitator-KalFor Project Kaltim, Panthom Priyandoko, lembaganya menyiapkan sejumlah program yang berhubungan dengan sektor perkebunan di Kutim pada 2021. KalFor Project bertujuan menjaga area berhutan di luar kawasan hutan, termasuk di perkebunan kelapa sawit. Program ini bisa menjadi salah satu solusi dari isu strategis yakni deforestrasi dan kerusakan hutan.
“KalFor mendukung penyusunan Peraturan Gubernur tentang Areal Nilai Konservasi Tinggi. Ini juga berkaitan area bernilai konservasi tinggi di perkebunan," katanya.
Program yang juga dapat menjawab isu di atas adalah Forum Perkebunan Berkelanjutan. Di level kabupaten, KalFor Project mendukung terbentuknya forum tersebut. KalFor berharap, forum itu mendapat dukungan agar terwujud di Kutim.
"Kami memberikan dukungan mulai pembentukan Forum Komunikasi Perkebunan Berkelanjutan di Kutim hingga penyusunan rencana kerjanya," terang Phantom.
Program KalFor selanjutnya di Kutim adalah peningkatan sumber daya manusia di sektor perkebunan. Dari program ini, isu strategis terakhir yakni rendahnya kualitas SDM mendapat solusi. "Program pengembangan kapasitas SDM ini bisa diikuti SDM dari bidang perkebunan," tutup Phantom. (*)