• Berita Hari Ini
  • Warta
  • Historia
  • Rupa
  • Arena
  • Pariwara
  • Citra
Kaltim Kece
  • WARTA
  • LINGKUNGAN
  • Wanamina hingga Peraturan Desa Demi Lestarikan Mangrove di Babulu Laut

WARTA

Wanamina hingga Peraturan Desa Demi Lestarikan Mangrove di Babulu Laut

Keberadaan tambak sempat mengancam keberadaan mangrove di Babulu Laut. Konsep tambak wanamina hingga peraturan desa pun diterapkan agar mangrove tetap lestari.
Oleh Muhammad Al Fatih
15 Januari 2025 16:00
ยท
0 menit baca.
Mangrove bukan hanya meningkatkan hasil tambak, namun juga menjaga pesisir dari kerusakan. FOTO: M AL FATIH-KALTIMKECE.ID
Mangrove bukan hanya meningkatkan hasil tambak, namun juga menjaga pesisir dari kerusakan. FOTO: M AL FATIH-KALTIMKECE.ID

kaltimkece.id Namanya Wasmini. Pria asal Indramayu itu dahulu merantau ke Kalimantan ketika usianya baru beranjak 18 tahun. Menginjakkan kaki di Benua Etam pada awal 90-an, takdir membawanya menjadi pekerja kebun kelapa di desa Babulu Laut, sebuah kawasan pesisir di Penajam Paser Utara.

Tahun demi tahun ia jalani menjadi pekerja upahan dengan tugas menebas tandan kelapa dengan parang. Beberapa kali ia dibayar dengan uang, namun ada kalanya ia dibayar dengan sekian petak lahan. Hingga akhirnya, ia memutuskan menjadikan luasan lahan yang ia telah kumpulkan menjadi sebuah tambak ikan dan udang. Tahun 2008 kali pertama dirinya membuka tambak. Usianya yang dulu belasan, kini sudah menginjak kepala tiga.

"Saya memulai saat itu dengan seember bibit kepiting," ucapnya sambil tertawa terkekeh-kekeh saat ditemui kaltimkece.id, di tambaknya, Jumat, 10 Januari 2025.

Wasmini, salah satu pengelola tambak mangrove di Babulu Laut. FOTO: M AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Wasmini, salah satu pengelola tambak mangrove di Babulu Laut. FOTO: M AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Hingga dua tahun pertama usaha tambaknya berjalan mulus. Bibit kepiting yang ia tebar menuai untung. Namun perlahan, Wasmini mulai merasakan kejanggalan di tambak miliknya. Airnya mulai berwarna kekuningan.

"Rupanya air asin laut mulai naik dan masuk ke tambak saya," jelasnya sambil mengingat momen tersebut. Menurut Wasmini, air laut perlahan-lahan mengikis daratan Babulu Laut sejak akhir 1990-an dan semakin meningkat di awal 2000-an. Penebangan mangrove yang terus berlangsung membuat air laut naik ke permukaan.

Menyadari itu, Wasmini mulai menanam mangrove di tambak miliknya sejak 2010. Tujuannya saat itu sederhana, agar mangrove di tempat ia tinggal tidak punah dan air tidak semakin naik ke daratan. Siapa sangka, keputusan itu justru menimbulkan keuntungan bagi tambaknya.

"Mangrove ini ternyata menghasilkan lumut yang menjadi pakan alami," sebutnya.

Dirinya pun dapat menghemat pengeluaran. Sebelumnya, ia mesti merogoh kocek untuk satu karung pupuk penumbuh lumut saban bulan. Harga pupuk itu kini mencapai Rp300 ribu per karung.

"Untuk penebaran bibit pertama, bahkan mesti menyebarkan hingga 6 karung pupuk," ujar dia. 

Produktivitas tambaknya pun meningkat. Setiap enam bulan Wasmini dapat menghasilkan tujuh ratus kilogram hasil tambak yang terdiri bukan lagi hanya kepiting, namun kini udang windu dan bandeng. Tambaknya pun bukan hanya meningkatkan kuantitas, keberadaan mangrove menghasikanl tambak yang berkualitas.

"Bandeng dari tambak saya tidak berbau dibandingkan tambak tradisional," ujarnya.

Belasan tahun berlalu sejak ia pertama kali membuka tambak, Wasmini yang telah menikah kini memiliki tiga anak. Hasil tambaknya cukup untuk menghidupi dia dan keluarganya. Kadang-kadang, mereka juga mengonsumsi hasil tambak sebagai makanan sehari-hari.

"Anak saya yang paling besar kemudian mempunyai ide menjual beberapa hasil udang kami untuk pakan memancing," sebutnya.

Dari pertemuan bersama Wasmini, kaltimkece.id kemudian menuju Kantor Desa Babulu Laut. Di sana, Sekretaris Desa Babulu Laut, Pirman, menyambut dengan ramah. Sambil setengah bercanda ia menegaskan bahwa namanya Pirman dengan huruf P, bukan huruf F. Ternyata, begitulah nama yang tertera di papan nama di dadanya.

Sekretaris Desa Babulu Laut, Pirman. FOTO: M AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Sekretaris Desa Babulu Laut, Pirman. FOTO: M AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Pirman kemudian menjelaskan, bahwa di desa berpenduduk 4.300 jiwa ini sebagian warga memiliki usaha tambak. Setidaknya sepertiga dari 10 ribu hektare luas desa merupakan tambak yang dikelola oleh warga.

Ia mengamini cerita Wasmini mengenai air laut yang mulai naik ke permukaan. Ironisnya, tambak menjadi salah satu penyebab naiknya air laut. Beberapa warga lain merasa mangrove mempersempit lahan tambaknya dan memilih untuk menebang pemecah ombak tersebut.

"Beberapa juga menebang untuk memanfaatkan kayunya," paparnya.

Melihat keberhasilan Wasmini, Kantor Desa Babulu Laut kemudian melakukan sosialisasi hingga pelatihan kepada warga yang memiliki tambak agar dapat hidup berdampingan dengan mangrove. Dibantu oleh tim riset dari Universitas Mulawarman yang dipimpin oleh Profesor Esti Handayani, guru besar dari Fakultas Perikanan.

Tim riset itu membantu terbitnya Peraturan Desa Babulu Laut 02/2023 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Dalam beleid tersebut, warga yang mengelola ekosistem mangrove bisa mendapatkan pendanaan melalui dana desa untuk pemeliharaan mangrove.

"Terdapat (juga) sanksi bagi yang merusak berupa menanam mangrove sepuluh kali lipat dari jumlah yang dirusak," papar Pirman.

Penghargaan dan sanksi itu bukan tanpa alasan. Air asin yang semakin naik bahkan membuat warga kehilangan sumber mata air. Dahulu, sungai di Babulu Laut dapat dikonsumsi hingga dipakai untuk mandi. Kini, air tawar di sungai itu mulai tercemar dengan air laut dan lumpur yang dibawanya.

Meski baru berlaku setahun lalu, peraturan itu mendorong warga untuk menjaga mangrove tetap lestari. Beberapa warga bahkan mengikuti jejak Wasmini dalam menjadikan mangrove sebagai penyuplai pakan tambak.

Setelah perjalanan di Babulu Laut pada 10 Januari 2025, kaltimkece.id menemui Prof Esti di Samarinda. Senin, 13 Januari 2025 lalu, ia menerima kaltimkece.id di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Akuakultur, Fakultas Perikanan, Universitas Mulawarman.

Dosen yang meraih guru besarnya di usia 39 tahun tersebut menyebutkan, bahwa pendampingan pelestarian mangrove di Babulu Laut sudah berlangsung sejak 2020, yang bekerjasama dengan Balai Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

Tambak yang berdampingan dengan mangrove, memang menjadi perhatiannya sebagai ketua pelaksana program yang juga didanai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (sebelum berganti nama) melalui Kedaireka Matching Fund, salah satu program Kampus Merdeka jaman Nadiem Makarim.

"Untuk tambak udang, sebenarnya secara alami hanya akan berumur sampai belasan tahun. Keberadaan mangrove dapat memperpanjang umurnya hingga 20 tahun lebih," sebutnya.

Prof Esti Handayani, Dosen Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman. FOTO: M AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Prof Esti Handayani, Dosen Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman. FOTO: M AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Secara intensif, ia kemudian melakukan sosialisasi pembudidayaan mangrove di kawasan tambak kepada warga Babulu Laut. Dalam dunia perikanan, biasa disebut wanamina atau silvofishery. Apalagi, sudah ada contoh yang berhasil seperti Wasmini.

Prof Esti menerangkan, bahwa mangrove memberikan beragam manfaat bagi tambak. Pertama, akar mangrove merupakan tempat menempelnya perifiton, sekumpulan organisme yang menjadi pakan alami untuk hewan tambak. Kemudian, bentuk akar mangrove juga menyaring air menjadi lebih jernih.

Selain itu, akar mangrove yang lebat dan menyebar di kedalaman air juga menjadi tempat udang windu berkembang biak. Udang windu, sebutnya, cenderung berkembang biak di tempat yang tersembunyi. Akar mangrove merupakan tempat ideal berkembang biaknya udang windu.

"Karena udang ini makhluk yang punya kebutuhan untuk bersembunyi," ujarnya.

Tak hanya menyuplai pakan alami, mangrove juga memberikan tambahan nutrisi. Mulai dari kandungan natrium, kalium, dan fosfor yang menyuburkan tambak menjadi lebih produktif dan meningkat kuantitas hasil.

Mangrove juga dapat menekan angka kematian udang. Fitokimia yang dihasilkan mangrove dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen seperti vibrio yang kerap menyebabkan udang atau ikan terinfeksi dan mati.

"Dibandingkan tambak biasa, jumlah kematian bisa menurun sekira 40 persen," sebutnya.

Keberadaan asam amino dari mangrove juga membuat hasil panen tambak tidak mudah membusuk sehingga tak berbau. Prof Esti menekankan, nilai jual hasil panen tambak mangrove pun lebih tinggi dibandingkan tambak biasa.

"Ibaratnya seperti ayam kampung dengan ayam broiler," contohnya.

Meskipun begitu, Prof Esti mengakui mangrove di kawasan tambak memiliki tantangan tersendiri. Sebab, mangrove secara alami sebenarnya hidup di kawasan pesisir yang airnya cenderung pasang surut.

"Sehingga kita buat parit dan undakan di sekitar mangrove di tambak agar tidak terbenam air secara keseluruhan," ucapnya.

Air tambak juga mesti lebih sering dibersihkan dibandingkan tambak pada umumnya. Jika tambak pada umumnya hanya perlu mengganti air sebulan sekali, wanamina atau silvofishery mesti mengganti air sepekan sekali. Sebab, ada sel-sel mangrove yang terendap dan dapat membusuk jika tidak dikuras.

"Tetapi ingat bahwa mangrove ini memang bukan hanya pemanis, dia juga makhluk hidup yang dipelihara di tambak," tegasnya.

Mangrove yang ditanam terlalu berdekatan juga dapat menyulitkan proses pemanenan. Udang yang kerap bersembunyi di akar-akar mangrove akan susah dijala apabila akar-akar mangrove terlalu rapat satu sama lain.

"Karena konsepnya tambak berdampingan dengan mangrove, memang jangan sampai mangrovenya mengganggu tambak, begitu pula sebaliknya," ujarnya.

Menutup percakapan, Prof Esti menegaskan bahwa mangrove penting untuk tetap dilestarikan. Selain mencegah abrasi air laut yang semakin naik ke permukaan, mangrove terbukti memiliki fungsi ekologi yang luar biasa. "Fungsi ekologisnya dari daun, batang, hingga ke akar," tandasnya. (*)

Liputan ini merupakan hasil kerjasama dengan Yayasan Planet Urgence Indonesia

Editor : Cony Harseno
Iklan Above-Footer

Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi kaltimkece.id

Gabung Channel WhatsApp
  • Alamat
    :
    Jalan KH Wahid Hasyim II Nomor 16, Kelurahan Sempaja Selatan, Samarinda Utara.
  • Email
    :
    [email protected]
  • Phone
    :
    08115550888

Warta

  • Ragam
  • Pendidikan
  • Lingkungan
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Humaniora
  • Nusantara
  • Samarinda
  • Kutai Kartanegara
  • Balikpapan
  • Bontang
  • Paser
  • Penajam Paser Utara
  • Mahakam Ulu
  • Kutai Timur

Pariwara

  • Pariwara
  • Pariwara Pemkab Kukar
  • Pariwara Pemkot Bontang
  • Pariwara DPRD Bontang
  • Pariwara DPRD Kukar
  • Pariwara Kutai Timur
  • Pariwara Mahakam Ulu
  • Pariwara Pemkab Berau
  • Pariwara DPMD Kutai Kartanegara

Rupa

  • Gaya Hidup
  • Kesehatan
  • Musik
  • Risalah
  • Sosok

Historia

  • Peristiwa
  • Wawancara
  • Tokoh
  • Mereka

Informasi

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
© 2018 - 2025 Copyright by Kaltim Kece. All rights reserved.