kaltimkece.id Lorensius Brit terbangun dari tidur lelapnya ketika mendengar gemuruh petir. Geledek pada Jumat 14 Januari 2022 dini hari sekira pukul 01.00 Wita itu disertai teriakan warga dan tetabuhan gong penanda kondisi darurat. Petinggi – Kepala Kampung Long Bagun Ilir itu segera keluar dari rumahnya. Di hadapannya, Si jago merah sudah berkobar dan menjilat beberapa rumah kayu tak jauh dari kediamannya.
“Saya bangun sudah ada tiga rumah terbakar. Api cepat betul menjalar ke Lamin Adat karena atapnya terbuat dari kayu sirap,” ujar Lorensius kepada sejumlah wartawan, Jumat, 14 Januari 2021.
Lamin adat yang ia maksud adalah Lamin Adat Dayun Urun di Kampung Long Bagun Ilir. Balai adat itu menjadi salah satu situs kebudayaan komunitas Dayak Aoheng. “Balai adat yang terbakar itu dibangun ketika perpindahan masyarakat di Long Bagun Ilir dari Kampung Tiong Ohang tahun 1978. Seumuran saya,” ujar Lorensius pria 43 tahun yang sempat tinggal di lamin adat yang kini rata dengan tanah itu.
Sepanjang dini hari, warga bersama petugas pemadam kebakaran berjibaku menjinakkan si jago merah yang mengamuk di permukiman padat penduduk yang berjarak kurang dari 100 meter dari bibir sungai Mahakam itu.
Kondisi sebagian besar bangunan yang terbuat dari kayu membuat api menjalar dengan cepat. Laporan sementara, sekitar 11 rumah termasuk dan bangunan Lamin Adat Dayun Urun di Kampung Long Bagun Ilir rata dengan tanah. Belasan kepala keluarga dan puluhan jiwa kehilangan tempat tinggal.
“Kita berterima kasih kepada Damkar, dengan segala upaya membantu masyarakat memadamkan api,” ujar Lorensius.
Menjelang azan subuh berkumandang, api berhasil dipadamkan. Warga yang masih kelelahan memadamkan api dan menyelamatkan jiwa dan harta benda kembali dikejutkan dengan penemuan jenazah di sekitar puing-puing reruntuhan bangunan yang habis dilalap si jago merah.
Jenazah langsung dibawa ke Rumah Sakit Gerbang Sehat Mahulu untuk diidentifikasi. Dari hasil identifikasi, jenazah diketahui berjenis kelamin laki-laki. Almarhum diketahui bernama Antonius Alli Ngo berusia 20 tahun. Warga Kampung Long Bagun Ilir RT 02.
Ngo – sapaan karib almarhum semasa hidup terakhir diketahui berada sendirian di salah satu rumah yang telah terbakar. “Posisi jenazah ketika ditemukan masih di dalam rumah. Terbaring di atas karung beras,” ujar Lorensius. “Kemungkinan korban terjebak. Tidak ada yang tahu karena pemilik rumah tidak berada di rumah,” sambung Kepala Kepolisian Sektor Long Bagun, Ajun Komisaris Polisi Purwanto kepada media di hari yang sama.
Wakapolsek Long Bagun, Inspektur Satu Aan Anwari memberi penjelasan tambahan. Hari ini korban meninggal dunia sudah dikebumikan di TPU Long Bagun Ilir.
Begitu pula tim INAFIS ( Indonesia Automatic Fingerprint System) Polres Kutai Barat direncanakan akan melakukan penyelidikan meminta keterangan saksi, korban, bukti dan akan menggelar olah tempat kejadian perkara untuk mengetahui penyebab kebakaran. “Sehingga TKP dipasang Police Line supaya tidak tersentuh,” ujarnya di kesempatan yang sama diwawancarai tim Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setkab Mahulu di hari yang sama. “Kami juga akan membantu memfasilitasi surat kehilangan barang bagi korban jika dibutuhkan,” sambungnya.
Bupati Minta Korban Didata
Kurang dari delapan jam setelah api berhasil dipadamkan, Bupati Mahakam Ulu, Bonifasius Belawan Geh beserta jajaran langsung meninjau lokasi kebakaran. Bupati terlihat datang didampingi Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat, Lawing Nilas, Kepala Dinas Sosial Perlindungan Perempuan dan Anak, Emiliana Dai.
Dalam kunjungannya, bupati menyapa dan memberi semangat kepada para korban. Terlihat, ada sekitar 200an kotak makanan bantuan Dinas Sosial dan warga yang disalurkan.
Dalam kunjungannya, bupati menyampaikan telah menginstruksikan Dinas Sosial Perlindungan Perempuan dan Anak mendata para korban. Kajian data dan regulasi ini penting sebagai acuan pemberian santunan dan bantuan ke depan.
“Bantuan dan santunan sesuai aturan akan kami sampaikan pada saatnya nanti,” ujar Bupati Bonifasius di lokasi kebakaran.
Selain itu bupati juga meminta segera dibangun posko darurat guna memudahkan koordinasi bantuan kepada para korban dari berbagai kalangan.
Sebagai informasi, kebakaran hebat di Kecamatan Long Bagun juga sempat terjadi kurang dari sembilan bulan lalu. Persisnya 29 Mei 2021. Akibat kebakaran di lingkungan padat penduduk kali itu, sedikitnya delapan rumah, termasuk Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Kantor Cabang BRI Ujoh Bilang rata dengan tanah.
Berkaca dari dua kejadian kebakaran besar di kecamatan yang berada di kecamatan yang berada di pusat kabupaten ini, bupati meminta warga lebih waspada terhadap potensi munculnya kebakaran. Pesan itu disampaikan kepada para pengurus kampung dan sejumlah elemen masyarakat.
Bupati berharap, ke depan, warga yang ingin membangun rumahnya kembali agar menata permukiman agar tak terlalu berdempet dan mewaspadai potensi munculnya api penyebab kebakaran di permukiman. Setelah ini, bupati meminta warga bergotong-royong membersihkan puing kebakaran agar mudah ditata.
“Ke depan, ditata baik-baik. Dengan pembangunan baru diharapkan ditata ulang,” pesan bupati.
Tak sampai di situ. Bupati yang tinggal di kampung tetangga di Kampung Ujoh Bilang ini juga mengucapkan bela sungkawa dan semangat kepada korban.
“Jangan kita bawa bencana ini menjadi kesedihan berkelanjutan yang tak ada habisnya akhirnya kita jadi sakit menambah penderitaan kita,” pesan bupati.
Upaya Rehabilitasi
Petinggi Kampung Long Bagun Ilir, Lorensius Brit berharap perhatian dari pemerintah daerah. Salah satu yang paling mendesak adalah memulihkan trauma yang kemungkinan dialami anak-anak maupun lansia.
“Ada empat kepala keluarga yang rencananya kita berikan lokasi khusus di pasar kampung untuk tinggal sementara,” ujar Lorensius.
Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Ujoh Bilang dr Melkior Pancasiyanur memberi penjelasan tambahan langkah yang telah mereka ambil paska kebakaran. Sejauh ini jajaran petugas kesehatan dari Puskesmas Pembantu Long Bagun Ulu dan Ilir sudah mendirikan posko kesehatan tak jauh dari lokasi.
Di posko yang dibuka dua shift pagi dan sore itu sudah tersedia para tenaga medis dan obat-obatan. Dari pemantauan di lapangan, rata-rata para korban mengalami gejala pusing, tekanan, mual dan tidak ada gejala berat. “Ada perawat yang datang ke rumah korban membantu, infonya karena trauma,” ujarnya.
Kepala Dinas Sosial Perlindungan Perempuan dan Anak Mahulu, Emiliana Dai menyampaikan jajarannya saat ini masih mendata korban. Data ini untuk memudahkan penyaluran dan penyiapan langkah bantuan ke depan dari Pemkab Mahulu. Ia meminta korban untuk bersabar. Sejauh ini, bantuan dari berbagai kalangan sudah berdatangan di posko kegawatdaruratan tak jauh dari lokasi.
“Kita harap kepada korban bencana bersabar. Jaga kesehatan dan banyak berdoa agar tak jatuh sakit karena stres,” ucapnya.
Informasi dari sejumlah relawan di lapangan, ada sejumlah barang kebutuhan yang dibutuhkan para korban. Di antaranya, peralatan mandi dan tidur, logistik bagi orang dewasa dan bayi.
Kepala Seksi Penanggulangan Bencana Pengembangan dan Kemitraan Dinsos Mahulu Papilius Panyu memberi penjelasan tambahan. Sesuai regulasi, masa tanggap darurat bencana berlangsung 7 hari dan bisa diperpanjang 14 hari sesuai kondisi di lapangan.
Ia berharap para donatur yang ingin menyumbang bantuan meringankan para korban menyerahkan langsung terpusat kepada petugas di posko penanganan. “Biar tidak menimbulkan masalah,” jelasnya.
Ia menyampaikan, akan bekerja sama lintas OPD dan relawan agar sejumlah penanganan baik logistik, kesehatan dan penanganan trauma terkoordinasi dengan baik. (*)